Pages


Jumat, 21 Mei 2010

SPECIAL CHAPTER (settingnya: 1 bulan sebelum chapter 11)

14 Shinmyo (Februari) Kediaman Perdana Menteri Bi Dam

Karena merasa ada sesuatu yang hilang dari sisinya, Deok Man terbangun dari tidurnya. Rasa mual dan kram perut yang dialaminya setiap pagi mulai berkurang tapi bukan itu yang membangunkannya. "Bi Dam?" Ia melihat ke sisinya namun tak ada siapa-siapa. "kemana dia?" gumam Deok Man sambil beranjak dari tempat tidurnya dan bercermin untuk merapikan rambutnya. Tak lama kemudian seorang pelayan masuk ke kamarnya lalu memberi hormat kepada Deok Man. "maaf Nyonya, ada titipan pesan untuk Nyonya dari Tuan.."kata pelayan itu sambil memberikan sebuah amplop merah untuk Deok Man. "terima kasih..kau boleh pergi sekarang" jawab Deok Man lalu membuka amplopnya membaca isi kertas yang diambilnya itu " selamat pagi Tuan Putri..kuharap tidurmu nyenyak semalam..karena hari ini adalah hari yang istimewa untukmu..aku ingin kau bermain sebentar denganku..nama permainannya adalah Mencari Bi Dam..temukan aku dengan mengikuti petunjuk-petunjuk berikut.." Kemudian Deok Man melihat ke dalam amplop dan menemukan lembar yang lain membaca lembar yang kedua. "dimana anganku memimpikanmu dan mataku memandang wajahmu terlelap damai..." "ini teka-teki?" Deok Man membacanya keheranan. "memimpikan?terlelap?tempat tidur maksudnya?" lalu ia kembali ke tempat tidurnya dan memeriksanya. Di bawah bantal Bi Dam, Deok Man menemukan sebuah kertas terlipat dan amplop merah, lalu membaca kertas itu. "bagaimana? terlalu mudah ya?baiklah petunjuk berikutnya.. Ketika pagi dan sore, kabut panas akan menyelubungiku..mungkin sekarang aku masih muda dan tidak manis, meskipun membutuhkan waktu yang tidak pendek..tapi kuyakin, aku akan menjadi demikian dan menyenangkan banyak orang.. aku sangat ingin menyenangkan hati Tuan Putri yang menyukaiku..ia berkata akan menungguku sampai saatnya tiba.. "hmm semakin sulit ya.." gumam Deok Man tersenyum. Lalu ia membuka amplopnya dan melihat isinya. Air mata menetes dari matanya begitu membacanya. Air mata bahagia.
menatap wajahmu yang terlelap damai dan menemanimu terjaga di sisiku adalah hal terindah dalam hidupku..
terkadang aku takut ketika aku menutup mata dan membukanya, kau tidak ada di sisiku atau ternyata itu hanya mimpi..
Tetapi mendengarmu menggumam memanggilku, dan memeluk erat lenganku aku tahu itu adalah kenyataan. Kenyataan bahwa aku begitu sangat mencintaimu dan takut kehilanganmu...
Kau adalah yang terakhir kulihat sebelum terjaga dan kau jugalah yang pertama kali kulihat ketika ku terbangun. Dan yang akan memenuhi hari-hariku di sepanjang hidupku.
"Bi Dam.." gumam Deok Man sambil menghapus air matanya. Setelah membacanya berulang kali, Deok Man memasukannya kembali ke dalam amplop kemudian kembali fokus pada teka-teki kedua dari suaminya. "saat pagi dan sore kabut panas menyelubunginya..kabut panas?asap?apa mungkin asap dari dapur?tapi itu tidak hanya saat pagi dan sore saja.."pikir Deok Man. Lalu ia duduk sambil menuang tehnya, memikirkan jawaban teka-tekinya. "duh tehnya masih panas sekali.." ujarnya ketika memegang gelas tehnya. Uap teh yang muncul di permukaan gelas menarik perhatiannya. "apa mungkin maksudnya uap air?uap air di pagi dan sore?ya betul kamar mandi...mandi air panas di pagi dan sore hari.." Wajah Deok Man semakin cerah memikirkan teka-tekinya. "dan di sekitar kamar mandi ada..kolam?tidak mungkin..semak dan tanaman?apa iya?tapi di sini ditulis akan menjadi manis meskipun membutuhkan waktu yang tidak singkat..orang akan menjadi senang..dan aku menyukainya..apa ya?" Ketika sedang memikirkan jawaban, tiba-tiba terlintas dalam benak Deok Man, ketika ia dan Bi Dam sedang berdiri menatap pohon Jeruk yang baru ditanam "aku harap pohon jeruk ini cepat berbuah, Bi Dam..kau tahu dari semua buah yang kusukai..jeruklah yang paling kusukai.." ujar Deok Man. Bi Dam hanya tersenyum mengangguk kepadanya. "ya..petunjuk berikutnya ada di pohon jeruk..yang ditanam dekat kamar mandi.." ujar Deok Man. Lalu ia segera beranjak dari tempat duduknya, keluar dari kamarnya menuju tempat pohon jeruk itu ditanam.
Setibanya di sana, Deok Man segera memeriksa pohon jeruk itu. Dan jawabannya benar. Di ranting pohon itu, tergantung sebuah amplop merah dan kertas. Kali ini, ia memutuskan untuk membaca isi amplop dulu.
Di dahan pohon dewa, orang-orang menggantungkan doa dan permohonan mereka.
Di sini, aku menggantungkan perjanjian.
Janji untuk selalu setia kepadamu..menjagamu dan melindungimu..
Janji untuk selalu membahagiakanmu..
Janji untuk selalu berbagi suka dan duka bersama..
di sini, aku, Bi Dam berjanji akan mencintaimu, Deok Man.. selamanya sampai maut memanggilku dari dunia ini..
"ya..sampai maut memisahkan..aku juga berjanji akan selalu mencintaimu Bi Dam.."gumam Deok Man tersenyum. Lalu ia mengambil kertas yang satu lagi.
"bagaimana?agak sulit atau mudah?ku harap kau tetap semangat memecahkan teka-teki ini, Deok Man..dan teka-teki yang ketiga adalah..
di mana masa depan kita kelak akan terjaga..mungkin sekarang kosong tetapi akan segera terisi..hanya dalam hitungan bulan.." "masa depan kita terjaga?tertidur mungkin maksudnya?"gumam Deok Man sambil memangku dagu dengan tangannya dan membaca teka-teki. "sekarang kosong tapi kelak akan terisi..hanya dalam hitungan bulan?" Deok Man duduk di di kursi dekat situ, mengusap perutnya, dan membacanya berulang-ulang. "masa depan kita?jangan-jangan.." Deok Man segera melipat kertas itu dan membawanya bersama kertas-kertas sebelumnya dan berjalan. "dimana masa depan kita terjaga..tak salah lagi di sinilah tempatnya.."gumam Deok Man, berdiri di depan pintu sebuah ruangan. Di depan kamar anak-anaknya kelak. Deok Man membuka pintunya. Ruangan itu masih kosong belum terisi. Namun di tengah ruangan, ada sebuah kursi bulat dan di atasnya terdapat amplop merah dan kertas terlipat. Ia memilih membaca isi amplopnya dahulu.
"Di sini masa depan kita akan terjaga kelak..
anak kita..darah daging kita..
Tak ada yang lebih menggembirakan bagiku selain mengetahui bahwa di sudut semesta ini hadir sebuah kehidupan.. yang menyatukan darahmu dan darahku.. Yang kau kandung dan jaga di dalam rahimmu..
Kau melengkapiku Deok Man.
Kalian adalah harta yang paling berharga dan tidak tergantikan dalam hidupku.."
"kami juga sangat menyayangimu, Bi Dam.." gumam Deok Man sambil mengusap perutnya. Matanya kembali berkaca-kaca. Setelah itu, Deok Man membaca kertas yang masih terlipat di atas kursi.
"gudang kata adalah tempat Tuan Putri bersantai..helaian kata yang semalam ia sentuh, di sanalah aku tersimpan.." "gudang kata?hmm..pasti di sana.."pikir Deok Man. Lalu ia berjalan keluar meninggalkan ruangan, kemudian masuk ke dalam ruangan lain. Ruang baca. "ya inilah gudang kata.. dan helaian kata yang semalam ku sentuh?" Deok Man memperhatikan sekeliling ruangan. "yang kulakukan semalam di sini..adalah membaca.." Deok Man berpikir keras "ya benar..membaca!.. itu arti menyentuh helaian kata..berarti kertas itu ada di.." Deok Man segera memeriksa rak, mencari buku yang semalam dibacanya. Dibukanya buku itu, dan Ibenar saja, ada sebuah amplop merah dan kertas terlipat di tengah halaman. Lalu ia duduk di kursi, membuka amplopnya dan membacanya.
" Pernah suatu kali aku berbohong kepadamu, namun kau memelukku dan tetap mempercayaiku..
Dan ketika aku meragukanmu,pergi meninggalkanmu, dan memberontak..kau tetap memaafkanku dan memeluk hangat diriku..
Berbohong tetap berbohong..
memberontak tetap memberontak..
itulah kenyataan bahwa aku telah melakukan kesalahan terbodoh dalam hidupku.. membohongimu dan meragukan perasaanmu terhadapku..
dibalik itu semua, hatiku tidak bisa berbohong atau memberontak,ketika menyadari bahwa aku sangat mencintaimu, Deok Man..
Dan inilah awal hidupku yang baru..hidup kita bersama..
Bisakah kau mempercayaiku sekali lagi? mempercayakan kebahagiaanmu padaku?"
Air matanya lagi-lagi tidak bekerja sama dengannya. "tentu saja..aku percaya..Bi Dam" gumam Deok Man. Kemudian, ia membaca kertas yang satu lagi.
" dan ini teka teki yang terakhir Deok Man.. merah, hitam, dan putih hidup di air..di atasnya aku berdiri tersenyum kepadamu.. "
"merah hitam putih hidup di air?" Deok Man diam sejenak memikirkannya berulang-ulang "hmm..aku mengerti.." Lalu ia segera bangun dari duduknya dan berjalan ke arah pintu yang menuju halaman. Ia membuka pintu itu, dan benar, Bi Dam sedang berdiri dan tersenyum kepadanya. Berdiri di gazebo yang dibangun di atas kolam ikan koi. Deok Man berjalan menghampiri suaminya. Dengan kedua tangan di belakang, Bi Dam tersenyum menyambutnya. Lalu ia bergerak maju dan mengecup kening Deok Man yang berdiri di hadapannya "selamat ulang tahun istriku.." Wajah Deok Man memerah mendengarnya "terima kasih.. Bi Dam.."gumam Deok Man. Kemudian, Bi Dam menjulurkan kedua tangannya. Ada sebuket bunga di tangannya. "selamat ulang tahun Tuan Putri..kali ini aku tidak salah tanggal kan?" candanya. Deok Man tersenyum mengangguk menerima bunga itu. "nah ayo kita makan sekarang..aku sudah lapar nih..." ujar Bi Dam sambil menarik tangan Deok Man. Di atas meja bundar sudah tersaji hidangan untuk mereka berdua. Bi Dam mempersilahkan istrinya duduk, sebelum ia sendiri duduk. Deok Man takjub dengan semua kejutan suaminya itu "kapan kau menyiapkan ini semua Bi Dam?" Bi Dam tersenyum lebar "sebelum tidur dan tadi pagi..kau suka?" Deok Man tersenyum mengangguk. Bi Dam mengambil sumpitnya dan mangkuk nasinya "nah..selamat makan.." Deok Man tersenyum lalu mengambil sumpitnya.
Setelah selesai makan, mereka berdua duduk di kursi panjang dekat situ, menikmati udara pagi bersama. "aku mencintaimu Bi Dam.." kata Deok Man sambil menyandarkan kepalanya ke bahu suaminya. Bi Dam mencium kepala istrinya "aku juga mencintaimu Deok Man.." Deok Man menggenggam erat tangan suaminya "aku mempercayakan kepadamu kebahagiaanku, masa depan kita.. dan aku juga berjanji untuk setia bersamamu, mencintaimu, Bidam..selamanya..kami sangat menyayangimu Bi Dam.." lalu ia meletakkan tangan Bi Dam di atas perutnya. Bi Dam mengecup kening istrinya "aku pasti memegang janjiku, Deok Man dan tak akan melanggar kepercayaanmu lagi.." "ya.." Deok Man memeluk erat suaminya.
Sejenak, mereka menikmati pemandangan pagi dan kicauan burung-burung. "Bi Dam, bukankah kau ada pertemuan dengan para menteri hari ini?" tanya Deok Man. "ya..membahas kedatangan pejabat dari Wei dan kerjasama yang akan dibuat antara Shilla dan Wei..maaf ya aku tak bisa menemanimu seharian hari ini..di hari ulang tahunmu.." jawab Bi Dam. "aku mengerti Bi Dam.. aku sendiri juga mau ke istana hari ini.. ke tempat altar kakakku..hari ini hari ulang tahun kami berdua.."kata Deok Man.
Kemudian, mereka berdua beranjak dari duduknya, berjalan meninggalkan gazebo menuju kamar mereka untuk bersiap-siap ke Istana. Setelah mandi dan berganti pakaian, Deok Man bercermin sambil menata rambutnya. Di belakangnya, Bi Dam berdiri, memeluknya dari belakang lalu memberikan sebuah kotak kecil kepada istrinya. "apa ini?" tanya Deok Man. "bukalah..ku harap kau menyukainya.."jawab Bi Dam yang masih memeluk Deok Man. Lalu Deok Man membuka kotak itu, di dalamnya terdapat sepasang anting berbentuk rantai kecil emas yang terhubung dengan bandul kecil bola mutiara putih. "cantik sekali..kau memberiku banyak hadiah hari ini, Bi Dam.." Lalu Deok Man mengecup pipi kiri Bi Dam "terima kasih.." "aku senang kau menyukainya Deok Man.." gumam Bi Dam. Tanpa melepas pelukannya ia mencium mesra istrinya. Kemudian, Deok Man memakai anting itu di telinganya.
Setelah persiapan selesai, mereka berdua berangkat menuju Istana dengan tandu mereka.

Siang hari. Istana.
Deok Man duduk sendiri di hadapan altar kakaknya. Lalu ia membakar dupa untuk kakaknya. "kakak..selamat ulang tahun.." katanya sambil menatap lukisan wajah kakaknya, kemudian menutup matanya berdoa untuk kakaknya.
tap..tap..tap.. Raja Muyeol berjalan menuju altar sembahyang ibunya. Melihat Deok Man yang sedang berdoa, Raja tersenyum melihatnya "oh ya hari ini bibi ulang tahun juga ya.." pikirnya.
Lalu Deok Man membuka matanya, ia melihat bayangan orang di sampingnya lalu menoleh ke belakang, dan segera berdiri begitu melihat siapa yang berdiri di belakangnya "Yang Mulia.." sambil menunduk memberi hormat. Kali ini, Raja juga menundukkan kepala "selamat ulang tahun Putri Deok Man.." Deok Man tersenyum menatap keponakannya itu "terima kasih Yang Mulia.." "hari ini bibi dan ibu berulangtahun..ku harap tadi aku tidak mengganggu tadi.." kata Raja sambil memandang lukisan wajah ibunya. "tidak Yang Mulia..kebetulan tadi saya sudah selesai.."jawab Deok Man. Raja hanya terdiam memandang wajah ibunya. Kerinduan yang amat dalam terpancar dari matanya. "saya permisi dulu Yang Mulia.." kata Deok Man lalu menunduk memberi hormat dan berjalan meninggalkan altar. "Putri Deok Man, bolehkah aku meminta sesuatu?" tanya Raja. Deok Man berhenti melangkah dan menoleh "tentu saja Yang Mulia..apa yang ingin Yang Mulia minta?" Raja menoleh ke arah Deok Man dan berjalan ke arahnya "bisakah Putri memelukku?seperti saat ibu memelukmu.." katanya dengan wajah tertunduk. Mendengar itu, Deok man segera memeluknya. Sama seperti bagaimana kakaknya memeluknya sebagai saudara untuk pertama kalinya. "aku memang tak akan pernah bisa menjadi pengganti kakak..tapi sebagai bibi..aku sangat menyayangimu.." kata Deok Man "bibi..ibu.." gumam Raja sambil memeluk erat Deok Man.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar