Pages


Jumat, 26 Agustus 2011

Yangjae Citizen's Forest *beneran ada lho ^^


p.s: I didn't own this picture, it's just a fanfic :)

The Hidden Wounds Chapter 17: The Lies and Impudence


genre: angst,romance, mystery 

Starring:
-  Kim Nam Gil as Shim Gun Wook
- Lee Yo Won as herself
- Seo Young Hee as Sohwa (Yo Won’s Nanny)
- Lee Moon Shik As Uncle Min (Driver Jo Min Shik)
- Ahn Seong Gi as Lee Seong Gi 
- Chung Jung Myung as Hong Gi Hoon
- Jung So Min as Hong Mo Ne
- Kim Hye Ok as Madam Hong 
- Choi Il Hwa as Hong Myung Hwan
- Ham Eunjung (T-ara) as Shin Yuri
- Kim Soo Hyun as Choi Soo Hyun
- Jo Hyun Jae as dr. Ahn Jong Geun


I didn't own the characters and the pictures. It's just a fanfiction :)
**********************************************************************************

- May, 15th 2009, 06:20 AM, Seongwon Apartement, Yongsan-gu, Seoul- 
“Jigum e dero jun hago shipuh..jamgyuh itdun maum ehyul sweh ga” Yuri asyik  mendendangkan lagu Key of Heart yang sedang diputar di ponselnya sambil menggoreng telur di dapur.

“When I see your smile…” Yuri pun segera menoleh begitu mendengar lagu yang diputarnya berubah dan ponselnya bergetar. “Hyun menelpon?” pikir Yuri. Ia pun segera mematikan kompor dan mengambil ponselnya dari meja dapur.

“halo..”   Yuri segera mengambil ponsel dan mengangkatnya. “Hyun?”

“Yuri bisakah kau menjemputku di terminal? Sebentar lagi aku sampai dan rasanya lelah sekali…” terdengar suara berat Soo Hyun.

“mwo?kau sudah pulang?bukankah hari ini kau cuti dan menginap di Suwon?” tanya Yuri.

“ada pekerjaan mendadak..” jawab Soo Hyun.

“baiklah 10 menit lagi aku akan sampai di sana..tunggu aku..” jawab Yuri.

“ya aku tunggu…” jawab Soo Hyun.Begitu pembicaraan ponsel selesai, Yuri pun segera melepaskan celemek biru yang dikenakannya dan berlari menuju kamarnya.

-  06:21 AM, Geumcheon-gu, Seoul -
“srrr…”  Gun Wook menuangkan kopi dari teko yang baru saja dipanaskannya ke dalam gelas. Ia membiarkan kopi yang masih panas itu di atas meja dan berjalan menuju meja bar. Tempat dimana ponselnya yang mati karena baterainya belum ia pasang. Ia memasangnya kemudian menghidupkan ponselnya. “drrt..drrt..drrt..drrt” ponselnya tak berhenti bergetar tak lama setelah dihidupkan karena adanya sms yang masuk. 9 dari sms yang masuk adalah dari Mo Ne. Dan Gun Wook langsung menghapusnya tanpa membacanya, dan menyisakan satu sms.

“bukankah ini nomor…” Gun Wook pun langsung membuka sms itu. Senyum tipis terukir di wajahnya.

- 06:25 AM Kediaman Keluarga Lee, Seocho-gu, Seoul-
 “selamat pagi Nona…” sapa So Hwa begitu Yo Won turun dari anak tangga terakhir.

Yo Won tersenyum membalasnya “selamat pagi bi..” Ia berjalan menuju meja makan untuk mengambil segelas susu yang sudah disediakan untuknya. “apakah ayah sudah bangun?”

“belum Nona..Tuan belum keluar dari kamarnya..” jawab So Hwa yang berdiri di samping nonanya sambil memeluk nampan. “apakah Nona ingin pergi berolahraga?” So Hwa menatap penampilan Yo Won yang mengenakan training shirt lengan panjang berwarna kelabu dan celana training ¾ berwarna hitam.

“ah iya…aku ingin berolahraga sekaligus jalan-jalan ke taman kota…” jawab Yo Won yang baru saja selesai meminum susunya.

“kalau begitu, saya akan meminta supir untuk menyiapkan mobil..” So Hwa membungkukkan badannya memberi hormat.

“oh ya bi, mengenai itu…apakah sepedaku masih disimpan di garasi?” tanya Yo Won.

“eh..”

- 06:37 AM Terminal Bus Banpo-dong , Seoul-
“tap..tap..” Soo Hyun berjalan menuruni tangga bus sambil menggendong ranselnya di punggung. Ia berjalan menuju pintu keluar terminal, dimana Yuri sudah berdiri menunggunya di luar.

“hyun..” Yuri berseru sambil melambaikan tangan.

Senyum tipis terukir di wajah Soo Hyun. Ia berjalan menghampiri Yuri dan tanpa berkata apa-apa ia langsung memeluknya.

Yuri pun terkejut “Hyun?” 

- 06:45 AM  Yangjae Citizen’s Forest,  Seocho-gu, Seoul-
“rupanya sudah banyak yang berubah…” gumam Yo Won begitu melihat pemandangan di sisi kana dan kirinya. Langkahnya terhenti di sebuah papan berwarna hijau yang diberi hiasan pita berwarna-warni. “Selamat datang di festival dan bazaar SMA Yangjae” kata-kata yang tertulis di papan itu.

“oh pantas saja hari ini ramai sekali…sepertinya menarik…” Yo Won pun kembali berjalan.

“selamat datang, silahkan mampir ke stand kami…” anak-anak remaja berseragam sekolah berseru dari stand mereka masing-masing yang ada sisi kanan dan kiri jalan.
Yo Won yang berada di tengah-tengah keramaian pun tertarik untuk melihat-lihat.

“bruuk..” seorang anak kecil kira-kira berumur 5 tahun menabrak Yo Won yang sedang berjalan di tengah keramaian.

“ibu…ibu dimana?” anak itu menangis terisak-isak di tengah keramaian. Yo Won pun segera menggendong anak itu, membawanya keluar dari keramaian, dan mendudukannya di bangku taman tidak jauh dari situ.

“ibu..ibu dimana?” tangisan anak itu tidak berhenti. Yo Won mengeluarkan sapu tangannya dan menghapus air mata anak itu.
Yo Won mengusap kepala anak itu agar tangisannya mereda “adik..kakak akan membantu mencari ibumu…apa kau ingat ibumu memakai pakaian apa?”   

“i..ibu memakai baju garis-garis pink…” kata anak itu sesunggukan.

“garis-garis pink..” Yo Won pun menoleh ke arah keramaian, mencari sesosok wanita memakai baju bergaris-garis pink. Namun hasilnya nihil.

“kalau begitu kakak akan menggendongmu..kita akan mencarinya bersama-sama..” Yo Won menoleh kembali ke arah bangku taman. Namun anak itu kali ini tidak sendiri, ada seorang pria yang jongkok di hadapannya dan memberinya minum.

“anak pintar…” Gun Wook mengusap kepala anak itu dengan lembut.

“Shim Gun Wook-ssi?” gumam Yo Wonyang terkejut begitu melihat pria itu


- 07:12 AM Kediaman Keluarga Hong, Gangnam-gu, Seoul-
“sraak..sraak..” Gi Hoon berjalan sambil membaca berkas-berkas yang ada di tangannya.

“kau sudah menemukan dimana pria itu tinggal?” terdengar suara Tuan Hong dari ruang kerjanya yang tidak tertutup. Gi Hoon menghentikan langkahnya dan berdiri di dekat pintu.

“pria itu?siapa yang ayah sedang selidiki?” pikir Gi Hoon.

“ya Direktur..orang yang saya suruh berhasil menemukan alamatnya setelah membuntutinya sepulang dari bar kemarin…” terdengar suara sekretaris So dari telepon.

“apa dia menemui seseorang?” tanya Tuan Hong.

“tidak Direktur…sejak semalam hingga sekarang, ia belum keluar dari apartemennya…”

“mengenai latar belakang keluarganya kau harus menyelidikinya lebih detail lagi...” ujar Tuan Hong sambil melihat berkas yang dipegangnya.

“ba..baik Tuan..” jawab Sekretaris So.

“ayah menyelidiki sedemikian rupa?apa ia menginginkan orang itu menjadi orangnya?” pikir Gi Hoon. “siapa sebenarnya yang diinginkan ayah?”

“tap..tap..” Tuan Hong berjalan menuju pintu. Gi Hoon pun segera bersembunyi di balik tembok yang berlawanan arah. Begitu ayahnya sudah tak terlihat di ujung lorong, Gi Hoon pun masuk ke ruang kerja ayahnya. Berjalan menuju meja kerja ayahnyadan membuka map yang tadi dipegang ayahnya saat menelpon.

“siapa yang sebenarnya yang ayah cari?” pikir Gi Hoon. Ia pun membuka berkas itu. Keningnya pun mengernyit begitu melihat foto yang tercantum di dalam map itu. “laki-laki ini?!” gumam Gi Hoon. Terbersit dalam benaknya kejadian yang menimpa yachtnya waktu itu. Sosok pria yang disukai adiknya tapi bagi dirinya pria itu menyebalkan.

“kenapa ayah tiba-tiba tertarik pada pria ini?” pikir Gi Hoon. “tunggu semalam ibu pun juga bilang kalau ayah membiarkan Mo Ne untuk  menghubungi laki-laki ini…”

“Shim Gun Wook…” gumam Gi Hoon memegang berkas di tangannya erat-erat.

 - 07:15 AM  Yangjae Citizen’s Forest,  Seocho-gu, Seoul-
“apa kau melihat ibumu di kanan?” tanya Gun Wook. “tidak paman..” jawab anak kecil yang tadi Yo Won gendong. Sekarang anak itu duduk di bahu Gun Wook sambil berpegangan pada kedua tangan Gun Wook.

“di kiri juga tidak ada…” kata Yo Won yang berjinjit agar bisa melihat di tengah keramaian.

“baiklah..kita cari di tempat lain..” ujar Gun Wook.

“ayo jalan..jalan…” kata anak kecil yang duduk di bahu Gun Wook kegirangan. Setelah mengelilingi beberapa tempat, mereka pun memutuskan beristirahat di bangku taman.

“sini ya..kakak pangku…biar pamannya beristirahat…” Yo Won mengambil anak kecil itu dari bahu Gun Wook dengan perlahan dan memangkunya.

“apakah aku nampak begitu tua sehingga kau pun ikut memanggil paman…” protes Gun Wook.

Yo Won pun tertawa kecil. “bagaimana jika setelah ini kita ke pos polisi..tadi aku lihat di petunjuk jalan di dekat sini ada pos polisi mungkin orangtua anak ini ada di sana…” kata Yo Won.

“hmmm..” Gun Wook menjawabnya dengan anggukan. Ia menyandarkan dirinya pada bangku untuk merenggangkan badannya. Ia menatap Yo Won yang sedang bermain dengan Hyun Woo, anak kecil yang sedang dipangkunya itu. Hyun Woo nampaknya senang sekali berada dalam pelukan Yo Won dan Yo Won pun nampak senang sekali menemani Hyun Woo berceloteh tentang jagoan kesukaannya.

“ah itu ibu..” seru Hyun Woo begitu melihat sesosok wanita memakai polo shirt bergaris-garis pink, melintas di tengah keramaian . “itu ibu..” tunjuk Hyun Woo

“eh…” Yo Won melihat ke arah  yang ditunjuk Hyun Woo. Ia juga melihat hal yang sama. Wanita itu nampak kebingungan seperti sedang mencari sesuatu.

“tunggu sini..” Gun Wook segera bangun dari tempat duduknya dan berlari mengejar wanita itu.

“sabar ya Hyun Woo…Paman Gun Wook akan membawa ibumu ke sini” Yo Won menenangkan Hyun Woo yang mulai merengek.

Tak lama kemudian, Gun Wook berjalan keluar dari keramaian ditemani seorang wanita. Wanita itu mengenakan polo shirt bergaris-garis pink. “Hyun Woo…” wanita itu memanggil

“ibuu…” seru Hyun Woo. Ia melompat dari pangkuan Yo Won dan berjalan menuju ibunya.

“kamu kemana nak?” ibu mencari-cari kamu daritadi…” kata wanita itu.

Yo Won bangun dari duduknya dan berdiri di samping Gun Wook.

“terima kasih ya karena telah menemukan anakku…aku tak tahu bagaimana membalas kebaikan kalian…” wanita itu membungkukkan badannya dalam-dalam di hadapan Gun Wook dan Yo Won.

“sama-sama..” jawab Yo Won sambil tersenyum.

Hyun Woo pun datang menghampiri Gun Wook “terima kasih ya paman…”

Gun Wook jongkok dan mengusap kepala anak itu “lain kali kau harus berpegangan terus pada ibumu yah…”

“iya paman…” jawab Hyun Woo sambil tersenyum lebar.

Kemudian Hyun Woo mendatangi Yo Won. “terima kasih ya kak…”

“iya..Hyun Woo jangan nakal yaa..” Yo Won berlutut dan memeluk anak itu sebelum akhirnya Hyun Woo kembali kepada ibunya

“sekali lagi terima kasih…” wanita itu membungkuk sekali lagi. Yo Won dan Gun Wook pun membalas dengan membungkuk.

Yo Won memberikan lambaian tangan pada Hyun Woo yang melambaikan tangannya dari gendongan ibunya.

Yo Won menoleh ke samping. Gun Wook nampak serius sekali menatap Hyun Woo yang sudah dibawa pergi ibunya

“kenapa wajahmu nampak serius seperti itu?”  tanya Yo Won.

“sebenarnya Hyun Woo menghilang karena kelalaian ibunya…” gumam Gun Wook.

“hm?bagaimana kau bisa tahu?” tanya Yo Won.

Gun Wook pun menceritakannya sambil berjalan “tadi sebenarnya wanita itu tidak sendiri mencari Hyun Woo…ia bersama babysitter…sebelum aku menghampiri mereka, wanita itu  memarahi babysitternya karena lalai menjaga Hyun Woo sehingga menganggu acara berkumpul bersama teman-temannya…baby sitter itu pun memberi alasan kalau tadi ia sedang mengurus kakaknya Hyun Woo yang merengek minta makanan..jadi ia pikir Hyun Woo akan diam saja bersama mainannya…wanita itu hampir saja menampar babysitter itu jika saja aku tidak memanggilnya..”

“ya Tuhan…” gumam Yo Won.

“aku tidak begitu suka dengan orangtua yang mempercayakan anaknya sepenuh kepada babysitter seperti itu…ketika anak mereka menghilang mereka memaki-maki babysitternya habis-habisan..”

Mereka kemudian duduk di bangku taman di depan sebuah kolam air mancur.

“begitukah?kalau begitu kau mungkin tidak menyukai orangtuaku..” jawab Yo Won.

“hm?” Gun Wook pun menoleh

“kondisi ibuku memang lemah jadi ibuku memerlukan pengasuh untuk membantunya mengasuhku karena ayahku harus bekerja…3 tahun kemudian ibuku meninggal, otomatis aku pun diasuh oleh pengasuh karena kami tidak punya sanak keluarga lain dan ayahku harus bekerja keras mencari nafkah..akan tetapi setiap siang, ayahku selalu pulang ke rumah untuk menemaniku makan dan bermain sebelum kembali ke kantor lalu saat malam selalu berusaha menemaniku tidur dan membacakan buku cerita..dan kemudian…”

Gun Wook meletakkan tangannya di atas punggung tangan Yo Won. Yo Won pun berhenti bercerita dan menoleh

“itu adalah hal yang berbeda…” kata Gun Wook.

Gun Wook pun bangun dari duduk dan berlutut di hadapan Yo Won “sebelumnya aku minta maaf jika ternyata pendapatku sudah menyinggung perasaanmu tapi aku percaya jika Direktur bisa memilih, ia tentu tidak ingin  melakukan hal demikian...aku yakin itu..”

“Shim Gun Wook-ssi..” gumam Yo Won. Gun Wook tersenyum padanya “kita jalan lagi?”

Yo Won pun tersenyum mengangguk. Mereka pun kembali berjalan. Ketika mereka akan memasukki jalan yang ramai, tanpa berkata-kata apa Gun Wook menggenggam tangan Yo Won dan menuntunnya berjalan di tengah keramaian.

“eh..”  Yo Won pun terkejut. Ia memang tidak menggenggam balas tangan Gun Wook  namun ia tidak melepaskan tangannya dari genggaman itu. Ia membiarkan Gun Wook menuntunnya melewati keramaian ini. Membiarkan tangan kanannya berada dalam genggaman Gun Wook sementara tangan kirinya memegang dadanya yang  berdebar-debar dengan keras.

Mereka pun berhasil keluar dari keramaian, namun Gun Wook tidak melepaskan genggaman tangannya. Yo Won diam-diam menatap Gun Wook dari samping.

Terbersit dalam benaknya tatapan Gun Wook padanya saat berada di laboratorium kemarin.

“aku…” suara Gun Wook bergema dalam pikirannya. “menyukaimu..”

“tidak…tidak mungkin..” batin Yo Won.

Tiba-tiba dua orang siswi berseragam SMA berdiri di depan mereka. “selamat datang pasangan yang berbahagia..” Mereka mengepang dua rambut mereka dan menambahkan pita pink di kedua kepangan rambut mereka.
Gun Wook dan Yo Won pun menghentikan langkahnya.

“kami dari klub kesenian SMA Yangjae membuat gelang pasangan dan kami ingin kedua kakak ini menjadi pasangan yang langgeng dan berbahagia dengan mengenakan gelang buatan kami..” ujar siswi yang berdiri di sebelah kanan. Sedangkan temannya yang lain  sudah menyediakan dua gelang anyaman tali berwarna merah dengan bandul kecil berbentuk hati dan hendak memasangkannya ke lengan kanan Yo Won.

Yo Won pun menarik tangannya dari genggaman Gun Wook “ma..maaf tapi kami…”

“tolong kami kak…kami menjual ini untuk kegiatan akhir tahun ajaran klub kami…” siswi yang berdiri di depan Gun Wook memohon sambil mengatupkan kedua tangannya di depan dada.

Gun Wook pun tersenyum ia merogoh dompetnya dari saku celana trainingnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang Won  “baiklah kalau begitu aku beli sepasang..kembaliannya ambilah untuk kalian…semoga kegiatan klub kalian lancar…”

“wah..terima kasih banyak..” kedua mahasiswi itu  pun membungkukkan badannya dalam-dalam.  Tanpa sungkan mereka pun segera memasangkan gelang itu di tangan kanan Gun Wook dan tangan kiri Yo Won.

“kami sudah membawa gelang ini ke kuil untuk didoakan…kata pendetanya, beliau sudah mendoakan agar pasangan yang memakai gelang ini bisa langgeng, murah rezeki, dan dilancarkan dalam menghadapi masalah hidupnya..”

Gun Wook hanya tersenyum lebar mendengarnya “ kalau begitu kami pergi dulu..”

“iya..hati-hati di jalan ya kakak…” ujar kedua siswi itu kompak.

Gun Wook dan Yo Won pun kembali berjalan namun terpisah meskipun berdekatan. Yo Won masih menatap gelang yang dikenakan tangan kirinya.

“maafkan aku karena telah membuatmu memakai gelang itu..kau bisa melepasanya padaku jika tidak menyukainya..” kata Gun Wook.

“ah…tidak..bukan begitu..aku pun ikut senang jika mereka bisa terbantu dengan kau membeli gelang ini…kita pun waktu SMA dulu juga pernah mengalaminya bukan?…aku dan teman-teman menjual es limun waktu itu…” jawab Yo Won.
Gun Wook pun tertawa “benarkah?aku tak bisa membayangkan Wakil Direktur berjualan es limun..”

“kalau kau bagaimana?” tanya Yo Won.

“hmm..kalau waktu itu, aku dan teman-teman membuka usaha cuci mobil di tempat bengkel milik ayah temanku..jadi setiap ada pelanggan bengkel datang, aku dan teman-teman segera menawarkan cuci mobil…awalnya karena masih baru, kami meninggalkan sisa busa sabun dibagian bawah mobil..untung saja pemilik mobil itu tidak marah besar pada kami…”

Yo Won pun tertawa mendengarnya. Mereka terus berjalan sampai akhirnya tiba di sebuah jembatan dekat pintu keluar.
Gun Wook mengangkat lengan kanannya, menatap gelang itu dengan seksama. “kuharap apa yang dikatakan kedua anak tadi tentang gelang ini benar mengenai pasangan yang mengenakan gelang ini..”

“eh..” Yo Won yang berjalan di depan pun berhenti dan menoleh ke belakang.

“aku berharap agar perasaanku bisa diterima..” Gun Wook menatap Yo Won yang berdiri di depannya.
Gun Wook berjalan mendekat.

“tatapannya sama seperti kemarin…” batin Yo Won. Ia hanya berdiri tak bergerak sama seperti kemarin. Hanya saja kali ini tidak ada pegangan yang bisa ia cengkram.

 Gun Wook sekarang sudah berdiri di hadapan Yo Won “tidak peduli apakah ini lancang…”  

 “aku tak ingin tanganku kau lepaskan…” Ia menarik kedua tangan Yo Won, menggenggamnya dengan erat dan menatapnya.    “aku mencintaimu Lee Yo Won”


- 08:56 AM, Seongwon Apartement, Yongsan-gu, Seoul-
“sraat…sraat..” Yuri menggeser halaman-halaman resep masakan yang tampil di layar tabbynya.

“hmmm…mungkin Dak Galbi bisa untuk makan malam nanti..” gumam Yuri sambil membaca resep Dak Galbi yang muncul di layar tabbynya.

“piip..piip..” sebuah ponsel berwarna hitam berbunyi di atas meja.  “ada sms untuk Hyun?apakah dari editor?” pikir Yuri. Ia pun mengambil ponsel itu.

“dari kak Siwon?” gumam Yuri begitu melihat siapa pengirim sms itu.

“BLAAM” terdengar suara pintu ditutup. Soo Hyun berjalan keluar kamar dengan wajah seperti orang baru bangun dari tidur panjang. 

“ah Hyun..kak Siwon mengirim sms untukmu?mau aku bacakan?” tanya Yuri.

“biar aku saja yang membacanya..” jawab Soo Hyun sambil mengusap rambutnya yang berantakan. Ia mengambil ponselnya dari tangan Yuri dan alih-alih duduk di sofa bersama Yuri, ia memilih duduk di kursi meja makan. Soo Hyun pun segera membuka sms itu dan membacanya.

“Soo Hyun, apa kau sudah sampai di Seoul?kita harus bicara mengenai masalah kemarin..temui aku saat makan siang nanti..” Alih-alih membalasnya, Soo Hyun segera menghapus sms itu dan meletakkan ponselnya di atas meja.

Yuri berjalan menghampiri meja makan mengambil sebuah cangkir dan dan teko. “kak Siwon sms tentang apa?”  Ia menuangkan teh dari teko itu dan meletakkannya di hadapan Soo Hyun.

“bukan apa-apa…hanya menanyakan apakah sudah sampai apa belum..” jawab Soo Hyun.

Yuri berdiri di belakang Soo Hyun dan menyandarkan kepala Soo Hyun ke perutnya, memberinya pijatan ringan pada kedua bahunya “kau sudah merasa baikan?”

Soo Hyun tersenyum memegang erat tangan Yuri yang merangkul dadanya “sangat lebih baik..hanya saja aku masih mengantuk..”

Yuri pun tersenyum lebar “mandilah..aku akan menyiapkan kopi dan sarapan untukmu..”

“ya…” jawab Soo Hyun.

 - 09:35 AM Kediaman Keluarga Lee, Seocho-gu, Seoul-
Gun Wook sekarang sudah berdiri di hadapan Yo Won “tidak peduli apakah ini lancang…”  

 “aku tak ingin tanganku kau lepaskan…” Ia menarik kedua tangan Yo Won, menggenggamnya dengan erat dan menatapnya.    “aku mencintaimu Lee Yo Won”

 “nonaa..” terdengar suara dari belakang Yo Won. Yo Won pun segera menarik tangannya dari Gun Wook dan menoleh. “bibi?”

So Hwa pun berlari menghampiri nonanya itu . Memberi hormat kepadanya dan juga kepada Gun Wook.

“saya dan supir Jo sudah mencari nona kemana-mana untung saja nona ada di sini..nona harus segera pulang…”

“maafkan aku bi, ponselku tertinggal di kamar, apakah terjadi sesuatu di rumah?” tanya Yo Won. Kepanikan dan khawatir mulai menyelimuti wajahnya,

“Tuan ingin mengajak nona untuk berlibur di villa bersama Tuan Ahn dan keluarganya…dan Tuan ingin berangkat sekarang..” jawab So Hwa.

“baiklah kalau begitu aku pulang sekarang..aku akan mengambil sepedaku dulu..” kata Yo Won.

“sepeda nona sudah dibawa, jadi nona bisa pulang naik mobil..” ujar Soo Hwa.

“begitukah?baiklah..” jawab Yo Won. Ia pun menoleh ke belakang dimana Gun Wook masih berdiri di sana menatapnya. Tatapannya nampak teduh namun menghanyutkan Yo Won yang menatapnya. Kedua matanya seakan-akan tidak menginginkan dia pergi. Tak ingin melepaskannya.

“maaf aku harus kembali sekarang Shim Gun Wook-ssi..” entah mengapa Yo Won merasa berat untuk mengatakan ini, meskipun di sisi lain ia merasa lega karena debaran jantungnya kembali normal begitu So Hwa mendatanginya. Gun Wook hanya menjawabnya dengan senyum kemudian membungkukkan badan sebagai tanda hormat.

Yo Won duduk termenung di depan meja riasnya “tidak peduli apakah ini lancang..aku tak ingin tanganku kau lepaskan…aku mencintaimu Lee Yo Won..” Entah mengapa begitu mengingat hal itu hatinya merasa sangat hangat, namun di sisi lain hatinya juga berkata bahwa Gun Wook belum mengetahui segala sesuatu tentang dirinya dan begitu juga Yo Won yang belum mengenal Gun Wook lebih jauh. Dan lebih dari itu semua, ia juga tidak yakin dengan perasaannya sendiri. Ia memang merasa nyaman bersamanya namun ia juga belum siap untuk membuka perasaannya lagi.  Ia pernah membuka hatinya sekali untuk seseorang, namun itu semua berakhir dengan buruk, oleh karena itu ia merasa ia belum siap untuk membukanya sekali lagi.

 “tok..tok..” suara ketukan pintu membangunkan Yo Won dari pergulatan hatinya. “nona, apakah nona sudah siap?”

“ah iya..sudah..” jawab Yo Won.

-  09:40 AM, Geumcheon-gu, Seoul -
“ckiit..sraak…” Gun Wook menarik kedua tuas rem sepedanya sehingga sepedanya berhenti melaju tepat didekat seberang halaman parkir sebuah gedung apartemen dimana mobilnya terparkir. Ia membuka kacamata hitamnya dan menatap lurus mobil sedan hitam yang berhenti di dekat parkiran sebuah apartemen, di dalam mobil itu nampak seorang pria sedang diam mengamati pintu masuk apartemen. Suara tawa tertahan pun terdengar dari balik masker hitam yang dikenakannya.

“dasar bodoh..” 

- 11:38 AM Villa Keluarga Lee, Chuncheon-
Yo Won berdiri di beranda lantai kedua villa milik ayahnya yang besar dan luas. Pemandangan barisan pepohonan dan halaman rumput yang hijau  nan asri tidak mampu membuat pandangan kedua matanya teralih pada gelang merah yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

“rasanya sudah lama sekali kita tidak berkunjung ke sini..” ujar Tuan Lee yang berjalan mendekati putrinya sambil meregangkan badannya.

Yo Won yang berdiri di beranda pun tersenyum “ya ayah..”

Tuan Lee berdiri di samping putrinya, menatap halaman rumput hijau yang luas dengan pohon-pohon pinus dan cemara besar yang menjadi pagarnya. “ayah membangun tempat ini dengan tujuan agar ayah bisa menghabiskan hari libur ayah denganmu di sini..tapi sejak tempat ini selesai dibangun sampai sekarang, ayah baru bisa mengajakmu lima kali ke sini…”
Yo Won pun menoleh menatap ayahnya yang berdiri di sisinya “ayah… “

“ayah ingin sekali bisa menghabiskan hari tua ayah di sini…” ujar Tuan Lee.

“tap..tap” So Hwa berjalan menghampiri mereka berdua dan memberi hormat. “Tuan..Tuan Ahn dan keluarganya sudah datang…”

“antarkan mereka ke sini..kami akan makan siang bersama di sini…” jawab Tuan Lee.




Rabu, 17 Agustus 2011

The Hidden Wounds Chapter 16: Another Surprise


genre: angst,romance, mystery 

Starring:
-  Kim Nam Gil as Shim Gun Wook
- Lee Yo Won as herself
- Seo Young Hee as Sohwa (Yo Won’s Nanny)
- Lee Moon Shik As Uncle Min (Driver Jo Min Shik)
- Ahn Seong Gi as Lee Seong Gi 
- Chung Jung Myung as Hong Gi Hoon
- Jung So Min as Hong Mo Ne
- Kim Hye Ok as Madam Hong 
- Choi Il Hwa as Hong Myung Hwan
- Ham Eunjung (T-ara) as Shin Yuri
- Kim Soo Hyun as Choi Soo Hyun
- Jo Hyun Jae as dr. Ahn Jong Geun

Special Appearance:
Choi Siwon as Choi Siwon
Destira Andari Fikri as Park Daejia
Yuli Kusumaning Diah as Choi Yoo Hee

I didn't own the characters. It's just a fanfiction :)
**********************************************************************************

-12:35 PM, Seoul-
“kau terlihat menawan dan elegan dalam gaun coklat  Lee Yo Won-ssi…” senyuman dan tatapan Gun Wook terngiang dalam benak Yo Won.

“Yo Won, sampai kapan kau akan mengaduk spaghettimu?” tanya ayahnya yang daritadi memeperhatikannya.

Yo Won pun tersadar dari lamunannya dan berhenti mengaduk spaghettinya “ah..maaf..”

Tuan Lee meletakkan sendok makannya dan fokus kepada putrinya itu “apa ada masalah yang kau pikirkan?sejak di mobil ayah perhatikan kau terus melamun…”

“ah bukan apa-apa ayah..aku hanya masih memikirkan taman di atas laboratorium tadi…aku jadi berpikiri bagaiman kalau gedung kantor juga dibuat seperti itu…tapi tidak perlu dirombak semua cukup ditambah penghijauannya saja…dan mungkin kita juga bisa menambah fasilitas pembangkit listrik tenaga matahari..” jawab Yo Won. Ia menatap wajah ayahnya berharap ayahnya percaya padanya.

Tuan Lee pun tersenyum dan kembali mengambil sendoknya. “kau ini seharusnya kau bilang pada ayah kalau kau menginginkannya, ayah bisa meminta aristek gedung kita untuk memenuhi keinginanmu…”  

“ini baru rencana saja ayah..lagipula Tae Wang sekarang sedang mempersiapkan banyak event dan program kerja…jadi aku tak ingin mengganggu rencana kerja yang sudah ditetapkan direksi…” jawab Yo Won.
Mendengar pemikiran putrinya, Tuan Lee hanya bisa menghela napas  tersenyum “nanti kita pikirkan bersama…”

-12:36 PM, Siheun-
“slurp..” Gun Wook melahap ramennya dengan lahap. Selain semangkuk ramen, tersaji di hadapannya tempura dan sekaleng minuman soda.

“hei hyung..bagaimana dengan penawaran harga atas asset dan saham yang kutawarkan?apa kau tidak tertarik?” terdengar suara pria dari balik sekat tempat dimana Gun Wook duduk. Restoran Jepang tempatnya makan siang sekarang terdiri dari bilik-bilik yang dipisahkan oleh sekat-sekat dimana para pengunjungnya duduk di atas tatami untuk menikmati hidangan.

“kau gila??harga yang kau tawarkan itu terlalu murah, seharusnya harganya jauh lebih tinggi…” terdengar suara pria yang lain dengan nada kesal.

“braak..” terdengar suara gelas diletakkan dengan kasar dan suara orang bangun dari tempat duduknya. “aku sudah selesai…kau yang bayar bonnya…” kata pria itu sambil mendengus.

Gun Wook mengambil mapnya dan minuman kalengnya kemudian segera bangun dari duduknya dan berjalan ke luar biliknya.

“hah..silahkan kau cari investor yang mau memberikan harga seperti yang kau mau..harga yang kuberikan itu sudah yang tertinggi…” sahut lawan bicara pria itu yang ikut kesal.

“pokoknya aku tak akan menjual sampai kau memberikan harga yang bagus…” ujar pria yang tadi duduk di bilik sebelah Gun Wook sambil berjalan menoleh ke belakang.

“bruuk…klaang” pria itu menabrak Gun Wook begitu menghadapkan badannya. Map di tangan Gun Wook pun terlepas dan beberapa berkasnya jatuh berserakan di lantai. Baik jas maupun berkas-berkas itu basah karena tumpahan soda.

“m..maafkan aku…” ujar pria itu begitu melihat Gun Wook yang sedang memeriksa jasnya yang basah. Ia pun segera
berlutut ikut membantu Gun Wook memungut berkas-berkasnya yang jatuh. Sambil mengumpulkan berkas, pria itu tak sengaja membaca beberapa berkas yang dipegangnya. Deretan angka dan simbol mata uang tertulis di kertas-kertas serta secarik formulir untuk investasi dana di sebuah bank.

“maafkan aku…” ujar pria itu seraya membungkukkan badan dan menyerahkan berkas-berkas itu kepada Gun Wook.

“tidak masalah…” jawab Gun Wook seraya mengibaskan jasnya yang basah.

“astaga jas tuan basah…” pria itu menarik jas Gun Wook dari tangan pemiliknya dan memeriksanya. “saya akan membawanya ke binatu…”

“ta..tapi saya masih punya jas cadangan…” Gun Wook berusaha mengambil kembali jasnya.

“begini saja…saya akan membawa jas ini ke binatu dan mengantarkannya ke kantor Tuan…ini kartu nama saya….” pria  itu dengan tergesa-gesa membuka dompetnya dan mengeluarkan selembar kartu nama.

“perkenalkan saya Kim San Joong…” pria itu memperkenalkan dirinya sambil menyerahkan kartu namanya kepada Gun Wook.

“Direktur Suwei Investment company…apakah anda pemiliknya” Gun Wook membaca kartu nama itu dengan seksama.

“iya..tepat sekali Tuan…maaf bolehkah saya meminta kartu nama Tuan?” tanya Kim San Joong.

“tentu…” jawab Gun Wook. Ia mengambil dompet dari saku belakang celananya dan mengeluarkan selembar kartu nama dari dompetnya itu lalu memberikannya kepada pria yang baru dikenalnya itu.

Kim San Joong segera membaca kartu nama itu dengan seksama dan kedua matanya nampak berbinar begitu melihat jabatan yang tertera di bawah nama Gun Wook “ah rupanya anda seroang pengusaha di Amerika…senang bertemu dengan Anda, Tuan Shim Gun Wook…maaf atas kejadian yang tidak menyenangkan ini…”

Senyum tipis terbentuk di wajah Gun Wook “tidak apa-apa…”

-01:15 PM Tae Wang Emporium Tower, Seoul- 
“silahkan duduk Tuan…sebentar lagi manager akan datang menemui Tuan di sini…” salah seorang karyawan wanita mempersilahkan Choi Siwon masuk ke dalam ruangan.

“terima kasih..” jawa Siwon sambil memandang ke sekeliling ruangan. Selain benda pajangan dan lukisan, hanya ada dirinya dan sebuah meja berbentuk oval yang besar beserta kursi-kursinya “ini kah perusahan tempat kekasih Soo Hyun bekerja?” pikirnya begitu duduk.

“braak…” pintu ruangan dibuka. Beberapa pria berjas hitam dan abu-abu berjalan masuk. Siwon pun segera bangun dari duduknya dan memberi salam.

“selamat datang di Taewang Petroleum Corp. Choi Siwon-ssi…” ujar pria berjas abu-abu yang berdiri berhadapan dengan Siwon. “saya Park Cheol Yeong marketing manager di sini..”

“braak..” pintu pun terbuka lagi. Semua pria berjas itu memberi hormat kepada orang yang baru saja masuk itu. “Wakil Direktur Lee…”

Yo Won tersenyum “maaf atas keterlambatanku…” Ia pun menatap  Siwon yang berdiri di dekat Manager Park. Si Won pun membungkukkan badannya memperkenalkan diri “perkenalkan nama saya Choi Siwon…”

Yo Won pun ikut membungkukkan badannya “suatu kehormatan tersendiri bagi saya bisa bertemu dengan pembalap nasional yang sudah membawa nama Repubik Korea ke kancah internasional…”

Kemudian mereka pun duduk di kursi mereka masing. Manager Park menyerahkan sebuah map hitam kepada Siwon. “Tae Wang Petroleum Corp. ingin mengontrak anda untuk menjadi brand ambassador kami dan sekaligus menjadi sponsor anda pada kompetisi F1 tahun ini…”

Siwon yang mendengar hal itu pun tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Ia sudah menduga mungkin dirinya akan diminta untuk menjadi brand ambassador, tapi jika Tae Wang menawarkan sponsorship untuk dirinya, itu benar-benar kejutan.

Yo Won ikut angkat bicara. “setelah sekian lama Tae Wang Petroleum Corp. menarik dari dari kegiatan sponsorship seperti ini karena fokus kami pada dunia pendidikan dan pengembagan ilmu pengetahuan dan kesehatan, akhirnya kami kembali pada kegiatan sponsorship…dan kami yakin bahwa keputusan mendukung karir seorang pembalap nasional seperti anda adalah keputusan yang tepat…”

“wow..bagi saya sendiri ini suatu kehormatan mendapatkan kesempatan seperti ini,mendapatkan sponsor sebesar ini..” Siwon mengekpresikan keterkejutannya.  “tapi mungkin saya tidak bisa menandatanganinya sekarang…karena tentu saja kontrak ini harus saya pelajari terlebih dahulu..”

“tentu saja Choi Siwon-ssi..kami akan menunggu keputusan anda, namun saya harap anda tidak membutuhkan waktu lama untuk itu…” ujar Manager Park.

Siwon pun mengangguk “3 hari lagi saya akan menghubungi Anda…bagaimana?”

Yo Won mengangguk setuju “baiklah kami akan menunggu..”

Siwon dan Yo Won pun bangun dari duduknya dan saling berjabat tangan “terima kasih atas kesempatan yang diberikan Wakil Direktur Lee..tentu saya akan mempertimbangkannya..”

“terima kasih Cho Siwon-ssi...saya akan menungguk keputusan terbaik dari Anda..” ujar Yo Won.

Kemudian Siwon di antar oleh asisten Manager Park menuju lift terdekat dari ruangan. Meninggalkan Yo Won dan Manager Park berdua di ruangan.

“Wakil Direktur, sepertinya pihak San Hao Group juga tertarik pada Choi Siwon-ssi…apakah saya harus menghubungi pembalap lainnya?kita bisa menghubungi pembalap top lain ah atau  Park Seunghyun…seharusnya ia yang menjadi juara GP2 tahun lalu jika saja mesin mobilnya tidak mengalami kerusakan…” usul Manager Park.

Yo Won pun menggelengkan kepalanya “kurasa lebih baik kita lebih fokus untuk membantu atlet berprestasi dari cabang lain atau pembangunan fasilitas olahraga lainnya…”

Wajah Manager Park nampak agak kecewa begitu mendengar jawaban Yo Won “saya mengerti Wakil Direktur, hanya saja saya mengkhawatirkan pamor San Hao Group yang semakin hari semakin menanjak...saya tahu ini tugas saya sebagai marketing manager untuk menjaga pamor perusahaan, oleh karena itu saya dan tim ingin memanfaatkan momentum terpilihnya Republik Korea menjadi tuan rumah F1 dan masuknya pembalap nasional dalam ajang F1 ini untuk pertama kalinya…akan tetapi sepertinya Direktur dan Wakil Direktur kurang berkenan dengan usul ini…”

“bukannya kurang berkenan..hanya saja kita harus memilih dengan tepat siapa yang akan menjadi brand ambassador Tae Wang…tentu akan terdengar aneh jika memilih pembalap asing sebagai brand ambassador dan mengenai  Park Seunghyun, aku sudah membaca profil dan berita mengenai dirinya…aku tidak yakin ia bisa membawa image perusahaan ini dengan profil dan berita seperti itu… ” jawab Yo Won.

“maafkan saya Wakil Direktur, saya seharusnya  mempelajari profil  Park Seunghyun terlebih dahulu…” Manager Park membungkukkan badannya.

Yo Won tersenyum mengangguk  “oh ya Manager Park mengenai pelaksanaan eksibisi apakah Manager Park memegang perencanannya?”

“mohon maaf Wakil Direktur, saya tidak memegang perencanaannya..saya hanya menjadi pengawas di sini..tapi saya bisa memanggil Kang Min Ho-ssi untuk membawa perencanaannya kepada Wakil Direktur…” jawab Manager Park

“apakah rencana itu sudah disetujui oleh Direktur?” tanya Yo Won.

Manager Park mengangguk “sudah Wakil Direktur…”

Yo Won pun mengangguk-anggukan kepalanya “baiklah kalau begitu aku akan kembali ke ruanganku…selamat siang Manager Park”

Manager Park  pun membungkukkan badan memberi hormat sampai Yo Won keluar dari ruangan.

-01:16 PM Tae Wang Petroleum Corp. Research & Development  Laboratory, Siheung-
“tok..tok..” terdengar suara pintu ruangan Kepala Divisi Riset dan Penelitian diketuk.

“masuk..” jawab Dr.Uhm yang sedang menatap dengan serius layar komputernya.

“blaam..” sambil membawa map di tangannya, Gun Wook berjalan masuk dan memberi hormat kepada Dr. Uhm.

“saya ingin meminta izin membawa beberapa sample hasil lab ke kantor pusat…” Gun Wook menyerahkan map yang dipegangnya kepada Dr. Uhm.

“kau duduk dulu…aku masih harus menyelesaikan ini sebentar…” jawab Dr. Uhm yang masih fokus pada komputernya.

Gun Wook pun duduk di hadapan Dr. Uhm. Ia menatap meja Dr. Uhm, melihat beberapa pigura foto tertata dengan rapi
di meja. Foto Dr.Uhm dengan anggota timnya baik di depan kantor maupun di sebuah restoran. Semua foto itu nampak baru namun ada satu foto yang menarik perhatian Gun Wook. Sebuah foto yang nampak kusam, namun tersimpan rapi dalam pigura. Sebuah foto lama dua baris orang pria dan wanita bersama tersenyum. Di atas mereka terpasang spanduk

“peletakkan batu pertama Kantor Pusat Tae Wang Petroleum Corp. 11 Januari 1982”

Gun Wook mengamati foto itu dari barisan belakang, tak ada yang dikenalnya. Kedua matanyapun beranjak ke barisan depan, dari ujung kiri ke kanan. Ia mengenali Dr. Uhm dengan rambut hitamnya yang agak tebal, duduk di sebelah pria berkacamata yang tidak ia kenal. Di sebelah pria berkacamata itu, ia melihat Tuan Lee yang masih muda tersenyum duduk dengan tangan kanannya sedang berpegangan pada gagang sekop yang menancap di tanah. Namun begitu Gun Wook melihat siapa yang duduk di sisi kiri dan dirangkul Tuan Lee, jantungnya berdegup keras saking terkejutnya.

“i..ini ayah?” bisik Gun Wook.

“ctaak…” Dr. Uhm menekan tombol enternya dengan penuh semangat kemudian mengalihkan pandangannya pada Gun Wook yang sedang melihat foto-foto miliknya.

“ah jangan bilang kau terkejut melihat rambutku yang tebal di situ…itu asli lho..” ujar Dr. Uhm.

Gun Wook pun segera menyembunyikan raut keterkejutan di wajahnya “Doktor…ini foto Direktur dengan siapa?”

Dr. Uhm mengambil pigura foto itu kemudian menunjukkannya kepada Gun Wook dengan telunjuk kanannya “oh ini foto saat gedung kantor pusat yang baru di Seoul dibangun…mereka semua adalah generasi pertama Tae Wang...yang di baris paling belakang adalah karyawan yang bekerja di lab dan kantor pusat pertama…dan di barisan pertama adalah para manager atau yang saat itu lebih dikenal dengan panggilan kepala bagian…saat itu aku masih asisten Kepala Bagian Riset dan Penelitian…dan yang disebelah kanan Direktur adalah dr. Ahn Jae Hwan, ia adalah teman dekat Direktur di Seoul, ia selalu memantau kesehatan pekerja di sela-sela praktiknya…”

“lalu siapa pria ini?tampaknya ia akrab sekali dengan Direktur…” tanya Gun Wook.

“ia adalah Kepala Bagian Riset dan Penelitian saat itu, Dr. Kim Jeong Hoon sekaligus sahabat Direktur Lee sejak kuliah di Amerika Serikat…bisa dikatakan Tae Wang Petroleum Corp. lahir dari tangan kedua beliau ini…Direktur Lee bekerja di lapangan sekaligus memimpin perusahaan, sementara Dr. Kim Jeong Hoon yang bergerak di belakang layar melakukan riset.. oli dan bahan bakar minyak generasi pertama yang dproduksi Tae Wang adalah salah satu dari hasil penelitiannya…jika tertarik, kau bisa melihat beberapa hasil penelitian dan karya tulisnya di sini..brilian namun rendah hati..” ujar Dr. Uhm sambil menatap foto itu dengan tatapan rindu.

“lalu dimana Dr. Kim sekarang?saya tak pernah melihatnya di sini?apakah ia sudah pensiun?” Gun Wook ingin tahu apa yang didengar Dr. Uhm mengenai kejadian yang menimpa ayahnya

“tidak lama setelah foto ini, Dr.Kim mendapatkan undangan untuk bekerja di IEA..kau tahu kan Badan Energi Dunia…tentu saja itu suatu kehormatan untuk bisa bekerja di sana…Direktur Lee pun mendorong agar Dr. Kim menerima panggilan itu.. Dr. Kim pun akhirnya pergi…Ia ditempatkan di laboratorium IEA Swiss…beberapa tahun sekali ia datang berkunjung ke sini…tahun 1992 beliau memutuskan untuk pindah kembali ke sini, sebuah malapetaka terjadi…di saat bencana Cheonan terjadi, Dr. Kim beserta keluarganya terbunuh dalam peristiwa perampokan…kami semua pun terpukul mendengar berita ini…tanpa Dr. Kim Jeong Hoon tidak mungkin aku bisa duduk di sini sekarang, ia sudah seperti kakak dan mentor bagi karyawan waktu itu di sini..”

Gun Wook hanya terdiam saja mendengar setiap perkataan Dr. Uhm. “tidak mungkin..tidak mungkin…” batinnya.

“baiklah…ini sudah kutandatangan…minta pihak storage yang mengemasnya untukmu…” ujar Dr. Uhm  sambil menyerahkan map yang baru saja ditandatanganinya tadi.

Gun Wook pun tersadar dari lamunannya “ba..baik Doktor..terima kasih..” Ia pun beranjak dari kursi dan memberi hormat
kepada Dr. Uhm sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan ruangan itu.

“tidak..tidak mungkin…” gumam Gun Wook sambil berjalan. Ia berjalan menuju lorong yang sepi dan berhenti untuk menyadarkan dirinya di balik pilar.

“tidak mungkin…ayah adalah pendiri perusahaan ini…”

-02:35 PM Tae Wang Emporium Tower, Seoul-
“PING” Yo Won dan Yuri berjalan berdampingan keluar dari lift. “tolong hubungi GM Jun dan Manager Produksi untuk menghadapku sekarang…aku ingin memastikan tidak ada lagi penyelundupan minyak terjadi..aku akan melakukan pemeriksaan silang dengan laporan yang kuterima dari masing-masing kantor cabang dan pelabuhan…”  ujar Yo Won yang berjalan sambil membaca berkas-berkas yang dipegangnya.

“baik Wakil Direktur…” Yuri segera memasukkan apa yang disampaikan Yo Won ke dalam tabbynya.

“selamat siang Wakil Direktur Lee…” terdengar suara seorang pria menyapanya.

Yo Won pun menoleh, menatap ke depan dimana Hong Gi Hoon sudah berdiri di depan pintu ruangan Direktur. Mereka berdua berjalan mndekat untuk bertemu.

“lama tidak berjumpa denganmu Wakil Direktur Lee…” ujar Gi Hoon.

“ya…” jawab Yo Won dengan penuh percaya diri. “apa yang sedang Wakil Direktur Hong lakukan di sini?”

“ah..aku hanya berkunjung…menemui beberapa anggota Direksi untuk mengetahui perkembangan perusahaan..” Gi Hoon pun berjalan maju dan mendekatkan wajahnya  ke telinga Yo Won “hampir separuh perusahaan ini adalah milikku...”

Yo Won hanya terdiam mendengarnya dengan tatapan lurus ke depan dan kedua tangan terkepal  gemetar.

Gi Hoon pun menarik wajahnya dan menatap Yo Won “kurasa tidak masalah bukan, aku berada di sini?”

“ya…” jawab Yo Won sambil menatap Gi Hoon dengan tatapan tegas.

Gi Hoon pun memamerkan senyumnya “tadinya aku ingin bertemu Direktur tapi sayangnya Direktur sedang keluar…tapi

ya sudahlah…” Ia melirik jam rolexnya “ah sayangnya aku tak bisa berlama-lama di sini…kalau begitu sampai bertemu kembali  Wakil Direktu Lee…sampaikan salamku untuk ayahmu…” Gi Hoon mengakhiri kalimatnya dengan sebuah senyum agak merendahkan. Ia pun berjalan meninggalkan Yo Won dan Yuri menuju lift.

“mengesalkan sekali orang itu..” komentar Yuri begitu selesai memberi hormat.

Yo Won berusaha tidak menggubris pernyataan Gi Hoon tadi dan berjalan menuju ruangannya lalu duduk di kursinya.

“apa Direktur Lee bilang beliau pergi kemana?”  tanya Yo Won.

“Direktur Lee hanya bilang beliau ingin menemui temannya..hanya itu..” jawab Yuri.

“oh mungkin dengan dr. Ahn..” pikir Yo Won. “kalau begitu sekarang panggilkan Manager Produksi dan GM Jun untuk ke sini…”

“baik..Wakil Direktur…” jawab Yuri.

-06:55 PM,Suwon-
“apa kau sudah di rumah?” Soo Hyun berdiri di beranda kamarnya sambil menelpon dengan ponselnya.

“ya baru saja selesai mandi…apa kau sudah sampai di sana?” tanya Yuri.

“ya..aku juga baru saja sampai…” jawab Soo Hyun. “kau sudah makan?”

“belum…hari ini aku berniat memasak nasi tumis sayur daging…nasinya sudah jadi tapi sayurnya belum..” terdengar suara tawa kecil Yuri..kau sendiri?”

“kakak sedang menyiapkan makan malam bersama ibu…mungkin sebentar lagi siap..”

“kalau begitu selamat makan ya…aku titip salam untuk kak Yoo Hee, kak Siwon, kak Daejia, Paman dan juga Bibi..”
Soo Hyun tertawa kecil mendengarnya. “akan kusampaikan…”

“tin..tin..” terdengar suara klakson mobil di depan pagar rumah Soo Hyun.

“suara mobil siapa?” tanya Yuri.

Soo Hyun  berjalan menuju ujung beranda untuk melihatnya  “sepertinya kak Siwon..”

“Soo Hyun…tolong kau bantu kakakmu membuka pintu…” terdengar suara teriakan dari bawah.

“baik ayah…” jawab Soo Hyun sambil menjauhkan ponselnya dari telinganya.

“sepertinya kau dipanggil ya? nanti saja kita lanjutkan lagi…” kata Yuri.

“ya nanti malam aku akan menelponmu lagi..Yuri, I miss you..” jawab Soo Hyun
Terdengar suara tawa kecil Yuri “kau ini padahal tadi bilang tidak akan merindukanku dan bertaruh kalau aku yang akan merindukanmu duluan…”

Soo Hyun pun tersenyum lebar “lebih baik aku mengalah karena aku tahu kau akan berusaha mati-matian tidak mengucapkannya agar tidak kalah meskipun sebenarnya kau merindukanku duluan iya kan…”
Yuri pun tertawa mendengarnya “sudah nanti paman marah..bye bye..I miss you too Hyun..”

“bye..” jawab Soo Hyun. Ia mengakhiri percakapan di ponselnya dan berjalan menuju pintu kamarnya untuk keluar.

-06:55 PM Tae Wang Emporium Tower, Seoul-
“ponselku dimana ya?” pikir Yo Won sambil memeriksa rak-rak buku di ruangannya. Kemudian ia menuju mejanya dan memasukkan sederet angka dengan telepon.

“tut..tut..tut..” Yo Won melihat ke sekeliling berharap ada suara ponsel di sana. Tapi tak ada suara apa-apa.

“apa tertinggal di salah satu ruang rapat?” pikir Yo Won. Ia pun memutuskan untuk mencarinya ke luar ruangan.

“sraak..sraak..” Gun Wook membaca dengan cepat berkas-berkas penelitian yang tersimpan di ruang dokumen Divisi Riset dan Penelitian. Kertas-kertas yang dipegangnya sudah berwarna kecoklatan menandakan itu adalah berkas lama.

“ini benar-benar tanda tangan ayah…” gumam Gun Wook sambil meraba tanda tangan ayahnya. Air mata meleleh jatuh membasahi pipinya. Tidak terbayangkan olehnya ayahnya dibunuh oleh sahabat karibnya sendiri yang ia bantu. Dunia tidak mengetahui kebenaran mengenai kematian ayah dan ibunya.

“korban pembunuhan dan perampokan…hanya itu yang mereka tahu..”  pikir Gun Wook. Ia pun menghapus air matanya dan merapikan kembali berkas-berkas itu ke tempatnya semula. Kemudia berjalan menuju pintu untuk keluar.

“ada apa ini?” pikir Gun Wook begitu melihat beberapa cleaning service hilir mudik. Ia menghampiri salah satunya yang sedang memencet tombol angka telepon di salah satu meja staff.
Gun Wook menepuk bahu cleaning service itu “apa yang sedang kalian lakukan?”

“kami sedang ikut membantu Wakil Direktur mencari ponselnya…” jawab cleaning service itu.

“mencari ponsel Wakil Direktur?” tanya Gun Wook.

“ya..” jawab cleaning service itu.

“senior..di ruang Dewan Direksi tidak ada..” terdengar suara dari ujung lorong. “di ruang GM pun juga tidak ada..” terdengar suara yang lain.

“ya..coba kalian periksa di tempat lain..” sahut cleaning service yang berdiri di samping Gun Wook.
Gun Wook hanya berdiri terdiam mencoba mengingat sesuatu. “sepertinya aku tahu ada dimana..” gumamnya.

“berikan aku nomornya..aku akan ikut mencari..” kata Gun Wook pada cleaning service itu.

-07:15 PM Tae Wang Emporium Tower, Seoul-
“di sini juga tidak ada…” gumam Yo Won yang nampak kelelahan begitu selesai memeriksa rak-rak dokumen. Barang-barang yang selalu di tangannya saat di kantor adalah buku kecil, tempat alat tulis, dan ponselnya. Itu sudah menjadi kebiasaannya sejak ia bekerja dulu. Ponsel penting baginya selain untuk alat komunikasi, Ia meminta Yuri untuk mengirim update jadwalnya ke sana setiap hari. Ia pun berjalan keluar ruangan untuk mencarinya di ruangan yang lain. 

“Wakil Direktur..” dua orang cleaning service berlari ke arahnya.

“kami menemukannya…” ujar cleaning service itu. Salah satu dari mereka menyerahkan smartphone yang berwarna hitam itu kepada Yo Won. Kelelahan di wajah Yo Won nampak sirna sudah

“dimana kalian menemukannya?” tanya Yo Won.

“di ruangan tempat barang dan sample untuk eksibisi disimpan…” jawab cleaning service itu.

“di ruangan tempat barang dan sample?” Yo Won mencoba mengingat. Ia ingat sebelum ia kembali ke ruangannya untuk bersiap pulang, ia sempat berkunjung sebentar ke ruangan tempat barang dan sample itu karena ada beberapa alat peraga yang digunakan sudah datang dan ia ingin melihatnya. Di saat sedang mencoba alat-alat  itulah kemungkinan ponselnya terselip karena saat itu beberapa pekerja sedang memasukkan alat-alat yang lain juga.

“ah iya aku baru ingat aku sempat ke sana tadi…” kata Yo Won. “terima kasih semuanya…maaf sudah menyusahkan kalian..” Yo Won membungkukkan badannya sebagai tanda terima kasih.

“tapi Wakil Direktur bukan kami yang menemukannya…” jawab kedua cleaning service itu.

“lalu siapa?” tanya Yo Won.

“hei katanya kau tahu siapa orang itu..” cleaning service yang berdiri di kanan menyikut temannya yang di kiri.

“ya Wakil Direktur…ia karyawan baru yang ruangannya ada di seberang ruangan Nona Yuri..kalau tidak salah tadi di name tagnya tertulis Shim Gun Wook…”ujar cleaning service itu.

“Shim Gun Wook-ssi?” gumam Yo Won. Yo Won pun mencoba mengingat. Ia sedang memperhatikan alat peraga oli yang dituang ke dalam mesin yang terbuat dari Kristal. Saat ia sedang menoleh, sesaat ia memang melihat Shim Gun Wook sedang membantu pekerja yang membawa sample-sample dari laboratorium.  Tetapi hanya itu. Hanya sekali itu ia melihat Shim Gun Wook seruangan dengannya setelah kembali dari laboratorium.

“lalu dimana Shim Gun Wook-ssi sekarang?” tanya Yo Won.

“sepertinya sudah pulang, ia turun menuju lobby begitu menyerahkan ponsel ini kepada kami…” jawab cleaning service itu.

“baiklah..terima kasih karena kalian membantuku..maaf sudah merepotkan kalian…” ujar Yo Won sambil tersenyum.

-07:16 PM Suwon-
“tadi aku bertemu dengan Yuri di kantornya…kantornya benar-benar nyaman..” ujar Siwon sambil menarik kursi meja makan untuk ia duduk.

Soo Hyun pun tersenyum mendengarnya “ya Yuri sudah menceritakannya padaku…”

"Hei kak kau kan tidak boleh membawa yang berat-berat…” Soo Hyun segera bangun dari duduknya dan membantu kakaknya  yang sedang membawa sepanci sup. “kakak ipar bisa menembak kami jika terjadi apa-apa dengan kau dan bayimu…” canda Soo Hyun. Kakak tertuanya, Choi Yoo Hee pun tertawa mendegarnya. Daejia, kakak ipar Soo Hyun pun ikut bergabung di meja makan setelah selesai menyajikan hidangan lauk pauk di atas meja. 

“dimana ibu?” tanya Siwon pada istrinya yang duduk di sampingnya. “ibumu sedang di kamar..sebentar lagi pasti turun..” sahut Tuan Choi, ayah dari Yoo Hee, Siwon, dan Soo Hyun.

“lalu kakak akan menerima tawaran kontrak dari Tae Wang?” tanya Soo Hyun begitu duduk di samping kakaknya.

“ah kau ingin melapor pada kekasihmu ya mengenai keputusanku?mentang-mentang dia asissten Direktur..” ledek Siwon.

“bu..bukan begitu..Yuri tidak memintaku untuk itu…itu kemauanku sendiri…” jawab Soo Hyun.

“wajar kalau Soo Hyun ingin membantunya…mungkin kau bisa memintaku untuk membujuk suamiku untuk menandatanganinya hari ini..” sahut Daejia sambil tersenyum lebar pada suaminya.

Si Won mengangkat sebelah alisnya seakan-akan wajahnya mengatakan “apa kamu bisa?”. Yoo Hee dan Soo Hyun pun
tertawa melihatnya. Sementara Tuan Choi tersenyum melihat anak dan menantunya berkumpul bersama. Hanya kurang menantu laki-lakinya, Lee Han saja yang sedang ikut wajib militer di Namsan.

“hayo..hayo kalian tertawa tapi tidak mengajak ibu..” terdengar suara dari belakang Tuan Choi. Suara tawa pun mereda. “apa yang sedang kalian tertawakan?” tanya Nyonya Choi begitu duduk di samping suaminya.

“Siwon dan Daejia bu..”  jawab Yoo Hee.

“benarkah?memangnya mereka kenapa?” tanya Nyonya Choi.

“bukan apa-apa ibu, hanya lelucon pengantin baru…” jawab Siwon sambil menahan tawa.

“oh kukira kalian sedang membicarakan seseorang yang tidak ibu suka…baguslah kalau begitu..” kata Nyonya Choi sambil menyiapkan sumpit makannya.

Yoo Hee, Siwon, dan Daejia terdiam. Sementara Soo Hyun berpura-pura  tidak mendengar hal itu. Mereka tahu siapa yang dimaksud ibu.

“sudahlah mari kita makan…” ujar Tuan Choi sambil mengangkat mangkoknya, mencairkan suasana.

“iya..selamat makan semua…” sahut Yoo Hee. Ia segera mengambil mangkuk adik bungsunya untuk diisi dengan lauk dan sayur. “ini untukmu..” ujarnya sambil tersenyum. Senyum yang bermakna agar Soo Hyun tidak memmikirkan perkataan ibu tadi.

“ya..terima kasih kak..” jawab Soo Hyun begitu menerima mangkuknya.

- 07:38 PM  Seoul-
 “huuh..kenapa sms dan teleponku tidak dijawab..” Mo Ne menatap dengan kesal ponsel yang digenggamnya.

“Mo Ne tak bisakah kau simpan ponselmu itu..kita sedang makan malam sekarang…” Gi Hoon yang duduk di seberangnya menegurnya.

“itu bukan urusanmu..lagipula hidangan utama juga belum datang..” jawab Mo Ne.

Nyonya Hong hanya bisa menggelengkan kepala melihat pertengkaran kedua anaknya, dan menatap suaminya berharap suaminya memberi jawaban kenapa membiarkan Mo Ne menghubungi laki-laki itu. Tetapi Tuan Hong hanya diam saja.

- 07:40 PM, Seoul-
“vodka..” kata Gun Wook pada bartender yang meghampirinya. “tanpa campuran apa-apa Tuan?” tanya bartender itu.

“tidak..” jawab Gun Wook. Bartender pun segera menyediakan apa yang Gun Wook minta. Segelas Vodka dengan es batu di dalamnya.

“drrt…drrt…” ponsel di saku Gun Wook bergetar. Gun Wook merogoh sakunya dan mengambil ponselnya. Melihat siapa penelponnya, Gun Wook langsung mencabut baterai ponselnya dan meletakkannya begitu saja di atas meja. Ia pun segera meminum vodka pesanannya dalam sekali tegak dan memanggil bartender untuk meminta segelas lagi.
Dari jauh nampak seseorang berkemeja hitam mengawasi Gun Wook dari tempat duduknya. Ia mengeluarkan ponselnya dan menelpon “Tuan ia sedang berada di bar sekarang..sepertinya ia sedang kesal karena ia mencabut baterai ponselnya dan meletakkannya begitu saja…”

“bagus..awasi dia terus…terutama siapa yang mengadakan kontak dengannya…” jawab lawan bicara pria itu.
“ya Tuan…”  jawab pria berkemeja hitam itu.

-08:16 PM Suwon-
“aku suka foto yang ini…ini foto dimana?” tanya Siwon menunjuk layar kamera SLR yang dipegangnya.

“iya aku juga menyukainya…” jawab Yoo Hee yang duduk di samping adik pertamanya.

“oh itu sewaktu aku ke Gyeongju untuk meliput berita event Festival Gyeongju…” jawab Soo Hyun begitu melihat foto yang ditunjuk kakaknya.

“Siwon apakah cidera bahumu sudah membaik?apa tahun ini kau ikut membalap?” tanya Nyonya Choi begitu duduk di ruang keluarga.

“sudah membaik ibu..Dokter baru saja memeriksaku…sebelum sesi pertama dimulai aku pasti sudah siap…” jawab Siwon.

“Daejia…kalau kau tahu suamimu sakit tolong kau paksa dia agar ia tidak membalap dulu saat ini..ibu khawatir akan terjadi apa-apa dengannya..” kata Nyonya Choi pada menantunya yang duduk di seberangnya.

“baik ibu…” jawab Daejia.

“sebenarnya ibu ingin mengumumkan sesuatu kepada kalian sekarang…”  Siwon pun meletakkan kamera yang dipegangnya. Yoo Hee duduk di samping Daejia sementara Soo Hyun memilih untuk duduk sendiri.

“ibu..jangan kau paksakan keinginanmu..” Tuan Choi menarik tangan istrinya. Namun Nyonya Choi tidak peduli.

“ibu ingin Soo Hyun melanjutkan usaha ayah di sini…ibu ingin agar Soo Hyun meninggalkan pekerjaannya di Seoul dan tinggal di sini..” kata Nyonya Choi.

Terkecuali Tuan Choi, semua yang mendengarnya terkejut terutama Soo Hyun. “Ibu…apa maksud Ibu?aku kan sudah bilang jurnalistik adalah duniaku bu…aku tak ingin meninggalkannya…kak Siwon boleh membalap namun aku bekerja di Seoul tidak diizinkan..”

”Ibu tahu kau di sana tidak hanya sekedar bekerja..kau tinggal bersama wanita itu kan?” balas Nyonya Choi. “ibu tenanglah..bisa saja Nyonya Han salah melihat…” Tuan Choi berusaha menenangkan istrinya.

“ibu aku tidak pernah tinggal bersama Yuri…aku hanya mengantarnya pulang..wajar kalau aku mengantarnya pulang…kakak mengantar kak Daejia pulang saat mereka masih berpacaran dulu..” jawab Soo Hyun yang mulai emosi. Yoo Hee pun segera pindah untuk duduk di samping adik bungsunnya itu.

“tidak wajar!karena ibu tidak menyukainya…kau sudah banyak berubah Soo Hyun..kau menjadi pemberontak sekarang…putra ibu yang dulu penurut sekarang menjadi pemberontak…” bentak Nyonya Choi. “ibu ingin kau kembali sini dan tinggal di sini..masih banyak perempuan baik-baik dan penurut dengan latar belakang keluarga yang jelas yang lebih baik dari perempuan itu…”

“ibu!!” Soo Hyun pun bangun dari duduknya dan berjalan meninggalkan ruang keluarga.

“Soo Hyun..” panggil Yoo Hee.

“mau kemana kau?” seru Nyonya Choi.

“aku akan pulang ke Seoul malam ini…” jawab Soo Hyun sambil berjalan menuju tangga.

“kalau kau pergi ke sana…maka kau bukan anak ibu lagi!” teriak Nyonya Choi.

Langkah kaki Soo Hyun terhenti sesaat begitu mendengar perkataan itu. Namun ia kembali berjalan.

- 09:38 AM Kediaman Keluarga Hong, Gangnam-gu, Seoul-
“tak..tak..” Gi Hoon memasukkan beberap butir es batu ke dalam gelas dan menuangkan whisky ke dalal gelas itu lalu menyerahkannya kepada ayahnya.

“kau sudah menghubungi pembalap itu?” tanya Tuan Hong.

“sudah ayah…ia berjanji akan bertemu besok siang..aku yang akan menemuinya langsung…” jawab Hong Gi Hoon.

“kuharap kau bisa membawa hasil lebih baik meskipun kau tertinggal selangkah dari Tae Wang..” jawab Tuan Hong. Ia menegak whiskynya.

“ya ayah..” jawab Hong Gi Hoon.

- 09:55 PM Kediaman Keluarga Lee, Seocho-gu, Seoul-
“pip..” Yo Won sedang berbaring di atas tempat tidurnya sambil menatap ponselnya. Ia sedang menghapus sejumlah nomor telepon kantor yang menghubunginya tadi. Semuanya nomor kantor ia hapus menyisakan sebuah nomor ponsel yang ia tidak ketahui siapa pemiliknya.

“ini nomor siapa?” pikir Yo Won. “orang ini menelponku pukul 07:12 tadi..saat ponselku hilang, cleaning service mencarinya dengan telepon kantor..lalu ini nomor siapa?”

“ya Wakil Direktur…ia karyawan baru yang ruangannya ada di seberang ruangan Nona Yuri..kalau tidak salah tadi di name tagnya tertulis Shim Gun Wook…”terngiang dalam benak Yo Won perkataan cleaning service tadi.

“apakah ini nomor Shim Gun Wook-ssi?” pikir Yo Won. Ia pun langsung mengetikkan sms “Nona Yuri…apa kau tahu  ini nomor siapa?” ia memasukkan nama Shin Yuri di kotak send to dan mengirim sms itu.

“drrt…drrt..” ponsel Yo Won bergetar tak lama kemudian. Sebuah sms masuk. Yo Won pun segera membuka sms itu dan membacanya “bukankah ini nomor ponsel Wakil Direktur?Wakil Direktur menelponku menggunakan nomor ini saat Waki Direktur berada di kapal tanker waktu itu…”

“tunggu ponsel yang kugunakan di kapal tanker waktu itu bukan milikku..tetapi ponsel Shim Gun Wook…” gumam Yo Won.
Ia menatap nomor itu sejenak. “aku belum mengucapkan terima kasih padanya…”gumam Yo Won.
 Ia pun mengetik sms untuk nomor itu “terima kasih karena sudah menemukan ponselku, Shim Gun Wook-ssi. Lee Yo Won.”

Jarinya ingin menekan tombol send tetapi dalam benaknya terngiang kembali kejadian di laboratorium tadi. Kejadian yang membuat jantungnya berdebar-debar. Membuat jarinya meragu untuk menekan tombol send itu. Pikirannya memintanya untuk mengirim sms itu karena sudah seharusnya ia mengucapkan terima kasih, tetapi entah kenapa dirinya merasa malu untuk mengirim itu. Setelah perang antara etika dan perasaannya dimenangkan oleh etika. Ia pun menekan tombol send itu secepat kilat dan segera menaruh ponsel itu di atas meja kecil itu di samping tempat tidurnya, lalu menarik selimutnya untuk tidur. Mencoba memejamkan matanya sambil memegang dadanya yang berdebar keras.