Chapter 08
Deok Man menoleh. Ia melihat sosok Bi Dam dari jauh menghampirinya. Ia sangat terkejut."DEOK MAN" teriak Bi Dam sambil berlari ketika ia melihat bahwa benar itu adalah Deok Man. Ia memeluk istrinya erat-erat."akhirnya aku menemukanmu, Deok Man" gumam Bi Dam gemetar."a..ada apa Bi Dam?Kenapa kau begitu ketakutan?aku baru saja akan pulang" tanya Deok Man tergagap karena kaget. "aku takut kehilanganmu." jawab Bi Dam, lalu ia menceritakan semuanya. Deok Man sangat terkejut. Kemudian Bi Dam menggendongnya untuk dititipkannya kepada Alcheon. "aku bisa jalan sendiri, Bi Dam"berontak Deok Man. "agar lebih cepat, Tuan Putri" balas Bi Dam sambil tersenyum. Ia lalu berlari menggendongnya menuju Istana.
Istana.
Bi Dam dan Deok Man akhirnya menemukan Alcheon bersama Raja. "hormat saya, Yang Mulia" hormat Bi Dam dan Deok Man bersamaan. "izinkan saya menitipkan Putri Deok Man dilindungi Alcheon bersama Yang Mulia, saya takut meninggalkannya sendiri, karena saya akan memimpin pasukan di ibukota." kata Bi Dam sambil memohon. "Oh ya silahkan, kalian kan keluargaku" jawab Raja sambil tersenyum. "aku akan melindungi Yang Mulia dan Tuan Putri dengan segenap nyawaku"janji Alcheon "terima kasih Yang Mulia, terima kasih Alcheon." jawab Bi Dam. Bi Dam pamit untuk pergi, tetapi Deok Man menarik tangannya "kau hati-hati ya.."sambil menatap Bi Dam. Bi Dam tersenyum"Ya, kau tunggulah aku di sini, aku akan menjemputmu". Lalu ia mengecup kening istrinya dan pergi. Matahari mulai terbenam, Bi Dam segera menunggangi kudanya menuju menara penjaga dekat sungai. Setibanya di menara, dengan teropong ia dapat melihat musuh dari jauh. Ia meminta para pasukan pemanah apinya bersiap-siap menunggu aba-aba darinya. Ketika dilihatnya jarak sudah cukup dekat, ia berteriak "tembak!" para pasukannya segera menembakan panah api ke kapal Ryugu dan berhasil mengenainya. Pasukan di kapal tersebut mulai memberi tembakkan balasan. "berlindung"teriak Bi Dam. Bi Dam dan pasukannya berlindung di bawah perisai. Ada beberapa pasukannya terkena panah. Lalu Bi Dam memerintahkan menyerang lagi. 1 Kapal musuh habis terbakar. Lalu ia menggunakan teropong untuk melihat dimana 3 kapal musuh lainnya. "celaka" teriak Bi Dam. Ternyata 3 kapal lainnya dan 1 kapal tambahan menepi, kapal tadi hanya dijadikan pengalih perhatian. Lalu ia membagi dua pasukannya. 75 orang dan 1 orang Jenderal tetap berada di tempat berjaga-jaga jika ada serangan lagi. Lalu ia memimpin sebagian pasukan yang lain menuju gerbang ibukota.
"tutup gerbangnya" teriak Bi Dam kepada penjaga. Lalu ia meminta para pemanah apinya bersiap di atas gerbang menunggu aba-aba darinya. Dengan teropong, ia dapat memperkirakan 400 tentara musuh mendekat. "tembak" teriak Bi Dam. Pasukan Bi Dam menembakkan panahnya. Melihat itu pasukan musuh tidak tinggal diam. Mereka juga mulai membalas. Musuh semakin mendekati gerbang. Bi Dam memerintahkan pasukannya yang di bawah untuk menahan pintu gerbang agar jangan sampai terbuka. Musuh sudah mencapai gerbang. Musuh menggempur gerbang habis-habisan.Pertempuran langsung tak dapat dihindari. Jumlah semakin tidak seimbang, pasukan Bi Dam semakin terjepit. "jangan sampai mereka masuk ke Soerabeol" teriak Bi Dam yang ikut bertempur langsung. Seorang Jenderal Ryugu melepaskan anak panahnya ke arah Bi Dam yang sedang bertarung melawan segerombolan pasukan. "aargh.."erang Bi Dam. Panah itu berhasil menggores lengannya. Lalu ia mengejar Jenderal tersebut dan menyerangnya. Mereka berduel pedang yang sengit. "gubrak.."Bi Dam terjatuh dan pedangnya terlepas. Lawannya berusaha menikam dia "mati kau.."teriak lawannya. Bi Dam berguling menghindar, mengambil pedangnya. Lalu Bi Dam melakukan serangan balik bertubi-tubi. "jleb.." Bi Dam berhasil menikam lawannya yang tumbang seketika itu juga. Kemudian Bi Dam melihat ada bala tentara lain yang datang. Itu adalah pasukan dari Utara. Kemudian Pasukan dari Utara menyerang musuh dari belakang. Musuh terkejut dengan kehadiran pasukan dari Utara di bawah pimpinan Jenderal Jeong Nam dan Jenderal Jang Hyung. Sekarang musuh yang terjepit.
Setelah bertempur dengan cukup sengit, seluruh pasukan musuh berhasil dikalahkan tanpa sisa. Lalu Bi Dam memerintahkan seluruh para pasukannya membereskan sisa-sisa perang, menarik pasukan Shilla yang terluka ke markas untuk diobati, dan mengundang Jenderal Jeong Nam dan Jang Hyung beserta pasukannya ke markas di Istana untuk beristirahat. Bi Dam segera menunggangi kudanya secepat mungkin menuju Istana "aku segera menjemputmu Deok Man"gumamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar