Pages


Jumat, 21 Mei 2010

Chapter 06: I Want to Go Home

Fajar mulai menyingsing di ufuk timur. Bi Dam dan pasukannya sudah bersiap untuk bertempur. Ia membagi dua pasukannya yakni yang bertugas memancing lawan dan yang menyerang. Bi Dam akan bergabung dengan yang pertama agar musuh semakin percaya dan sebagai pemberi aba-aba pada pasukan kedua.
Ia dan pasukannya berangkat dahulu mendekati celah tersebut.

Kediaman Perdana Menteri Bi Dam.
Meskipun merasa gelisah dan sulit tidur, Deok Man berusaha untuk tidur demi kesehatan bayi yang dikandungnya. Walaupun tidur kurang nyenyak namun ia sudah cukup beristirahat. "Bi Dam pasti menang"bisik Deok Man setelah ia membuka matanya. Ia segera bangun, keluar dari kamarnya untuk sarapan, dan bersiap-siap untuk pergi ke kuil.
Bi Dam dan pasukannya telah tiba di dekat celah, tempat ia akan memancing musuh. Di sana sudah didirikan tenda-tenda seakan-akan mereka memang bermarkas di sana. Lalu mereka berpura-pura tidak tahu akan kedatangan pasukan dengan melakukan aktivitas militer sehari-hari.
"Jenderal, pasukan Ryugu sudah mulai dekat" lapor salah seorang pasukan sambil tergopoh-gopoh. "segera siapkan pasukan" perintah Bi Dam. 300 pasukan Ryugu mulai berdatangan dan menyerang. Bi Dam dan pasukannya segera naik ke atas kuda untuk menghindar. "jangan sampai mereka lari" teriak pasukan Ryugu. Pasukan Ryugu mengejar Bi Dam dan pasukannya.

Kuil.
"lindungilah Bi Dam dari bahaya, bimbinglah ia agar mampu memenangkan pertempuran ini" doa Deok Man berulang-ulang.
Bi Dam berkuda secepat mungkin. Menghindari lesatan panah. Sesekali ia dan pasukannya melepas balasan. Ia menoleh ke belakang dan melihat bahwa sebagian besar pasukan musuh sudah masuk dalam daerah jebakan, ia meniup terompet memberi aba-aba. Pasukan kedua yang bersembunyi di tepi-tepi goa bukit segera mengeluarkan senjata rahasia mereka. Gentong-gentong besi berisi minyak tanah yang kemudian dibakar api. Dituangnya minyak itu ke atas pasukan Ryugu. Dan berhasil. Hampir seluruh pasukan Ryugu terbakar, ada beberapa yang lolos dan mencoba kabur. Bi Dam mengejar balik mereka. Dengan pedangnya, ia menebas pasukan lawan. "mati kau" Tiba-tiba seorang musuh menyerang kuda Bi Dam sehingga Bi Dam terjatuh dari kudanya. Lalu ia berusaha menikam Bi Dam yang terkapar. "traang" Bi Dam menahannya. Lalu ia bangkit, loncat dan menendang lawannya hingga jatuh. Lawan berusaha bangkit lalu menyerang Bi Dam. Mereka beradu pedang dengan sengit. Musuh berusaha menebas kepala Bi Dam, dengan sigap Bi Dam berlutut menghindarinya lalu menikam perut lawannya itu. Lawannya pun rubuh. "Jenderal!!"teriak pasukan Ryugu. Mereka segera menghampiri dan menangisi jasad lawan Bi Dam, lalu mereka berusaha menyerang Bi Dam beramai-ramai namun mereka semua tumbang lebih dulu dipanah oleh pasukan kedua Bi Dam. Tak ada lawan yang tersisa. "kita menang"teriak Bi Dam sambil mengacungkan pedangnya ke atas. "yeaah..huuray"teriak seluruh pasukan Bi Dam. Pertempuran di Utara selesai. Lalu Bi Dam memerintahkan pasukannya untuk kembali ke Benteng dan membawa pasukannya yang menjadi korban. Meskipun ada beberapa pasukannya yang terluka berat, tapi tidak ada yang tewas. Bi Dam memperoleh kemenangan pertamanya. Ia segera mengirim kurir untuk mengirim berita ini ke Istana.

Malam hari. Di Istana.
"hormat hamba Yang Mulia, hamba menyampaikan berita dari Benteng Utara. 150 Pasukan Jenderal Bi Dam berhasil mengalahkan 300 pasukan Ryugu. Tak ada korban tewas dari Benteng Utara"lapor kurir kepada Raja. Tak lama kemudian datang seorang kurir lagi. Kurir dari timur. "hormat hamba Yang Mulia, hamba menyampaikan berita dari Benteng Timur. Pasukan Panglima Yushin dan para Jenderal berhasil mengalahkan 400 pasukan Ryugu. Ada 30 korban tewas dari Benteng Timur. Dan Jenderal Bae Jong dan beberapa Jenderal Utara sedang dalam perjalanan ke Benteng Utara" lapor kurir tersebut. Raja sangat senang mendengar laporan itu. Raja lalu meminta mereka agar menyampaikan pesan bahwa perbekalan dan pasukan Utara dan Timur akan ditambah. "dari 1100 pasukan Ryugu, 700 sudah dikalahkan. Tinggal 400 lagi"kata Raja. "selamat Yang Mulia atas kemenangannya" Kasim dan pejabat Istana menghaturkan ucapan selamat kepada Raja.Alcheon yang mendengar berita itu meminta izin kepada Raja untuk menyampaikan berita ini kepada Deok Man. Raja mengizinkannya. Alcheon segera berangkat ke Kediaman Perdana Menteri Bi Dam.

Kediaman Perdana Menteri Bi Dam.
Deok Man sedang menikmati makan malamnya. Tiba-tiba seorang pelayannya menghampirinya, "Maaf Nyonya, Kepala Pengawal Raja meminta untuk bertemu dengan Nyonya. Katanya ada berita penting." "Persilahkan ia menunggu di ruang tamu." jawab Deok Man. Deok Man segera menghentikan makannya dan berjalan ke ruang tamu. Jantungnya berdebar keras bersiap mendengar kabar yang akan disampaikan Alcheon.
"Maaf Tuan Putri jika hamba sudah mengganggu makan malam Tuan Putri" hormat Alcheon. "Ada apa Alcheon?"tanya Deok Man agak gemetar. Ia takut Alcheon akan membawa berita buruk untuknya. Alcheon pun menyampaikan berita yang disampaikan para kurir tadi. Deok Man menghela napas lega, ia bahagia mendengar berita itu terutama mengenai kemenangan Bi Dam. "terima kasih Alcheon atas beritanya."kata Deok Man. Setelah itu, Alcheon pun pamit dan pulang ke istana. Deok Man kembali melanjutkan makan malam dengan hati senang. "ayahmu menang dan ia baik-baik saja" bisik Deok Man mengusap perutnya.
Setelah selesai makan malam, Deok Man segera kembali ke kamarnya dan menulis surat untuk Bi Dam. "aku sangat bersyukur dan senang mendengar kabar mengenai kemenanganmu terutama ketika mendengar kau selamat. Bagaimana kabarmu? Aku harap kau tidak terluka. Para Jenderal Utara sedang di tengah perjalanan kembali ke Benteng Utara. Aku senang karena itu berarti kau akan segera kembali ke sini. Aku dan bayi kita merindukanmu di sini. Aku sangat mencintaimu, Bi Dam. Deok Man"tulis Deok Man dalam surat itu. Dimasukkannya surat itu dalam tabung di kaki merpati dan dilepasnya terbang ke udara. Setelah itu Deok Man berbaring tidur di ranjangnya. Ia tertidur sambil tersenyum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar