Chapter 03: a Good News For Us
1 bulan lebih setelah pernikahan.
di pagi itu, Deok Man terbangun. Ia memegangngi perutnya karena perutnya terasa kram dan mual. Bi Dam yang berbaring di sisinya menyadari itu. "Deok Man apa kau baik-baik saja?tunggu di sini, aku akan panggil tabib"
"tak perlu, aku baik-baik saja Bi Dam" jawab Deok Man sambil menutupi sakitnya. "aku akan menyiapkan sarapan sekarang" kata Deok Man seraya bangun dari tempat tidurnya. Pagi itu, Bi Dam harus menghadiri pertemuan yang diadakan Raja di ruangan kerjanya. Setelah makanan siap, mereka sarapan di ruang makan. Mencium bau makanan, membuat Deok Man merasa mual dan tidak nafsu makan. Namun karena tak mau membuat Bi Dam khawatir maka ia berusaha memakannya. Setelah itu, Bi Dam berangkat menuju istana.
Istana.
Pagi itu para pejabat istana dikumpulkan oleh raja di ruang kerjanya. Pertemuan penting ini guna membahas adanya ancaman invansi dari Kerajaan Ryugu dari timur. Dari pertemuan tersebut diputuskan bahwa akan dikirimnya pasukan di bawah pimpinan Panglima Yushin ke perbatasan timur. Karena ada berkas-berkas di rumah yang belum diperiksanya, Bi Dam memutuskan untuk pulang lebih cepat.
Kediaman Perdana Menteri Bi Dam.
Deok Man memutuskan untuk beristirahat dengan membaca buku di ruang baca. Berharap rasa pusing dan mual yang datang bergantian akan hilang.
"aku pulang"teriak Bi Dam.
"selamat datang" sahut Deok Man seraya menghampiri suaminya.
Ketika mereka berdua sedang berjalan menuju ruang kerja, pusing kembali menyerang Deok Man. Deok Man berusaha menahan kepalanya dengan tangannya namun "bruuk" "DEOK MAN.."teriak Bi Dam. Deok Man jatuh pingsan namun berhasil ditahan Bi Dam.
Bi Dam segera membawanya ke kamar lalu memanggil tabib. Tak lama kemudian, Deok Man pun sadar. "apa kau baik-baik saja Deok Man?apa kau butuh sesuatu?aku sudah memanggil tabib" tanya Bi Dam sambil menggenggam tangan Deok Man erat-erat. "Maafkan aku sudah membuatmu khawatir..Aku baik-baik saja" jawab Deok Man. Ia merasa bersalah telah membuat suaminya khawatir.
Tak lama kemudian, tabib datang. Bi Dam menunggui pemeriksaan Deok Man di luar kamar. Ia sangat khawatir akan kesehatan istrinya. Di dalam kamar, Deok Man sedang berusaha menjawab pertanyaan tabib. Lalu tabib memeriksa nadi dan perut Deok Man. Kemudian tabib memanggil Bi Dam untuk masuk. "bagaimana keadaan istriku?apa ia sakit?" tanya Bi Dam seraya menggenggam tangan Deok Man yang agak gemetar. "keadaan nyonya baik-baik saja, ini bukan karena penyakit Tuan" jawab Tabib. "Lalu karena apa?" tanya Bi Dam bingung. "itu karena Tuan Perdana Menteri dan nyonya akan segera memiliki anak. Nyonya sedang mengandung, Tuan kira-kira hampir 1 bulan.." jawab tabib. Mendengar itu, air mata bahagia mengalir di pipi Deok Man. Tangannya ia letakkan di atas perut untuk merasakan kehadiran anaknya. Bi Dam pun sangat bahagia dengan kabar ini. Tabib pun memberikan sejumlah nasihat kepada Deok Man mengenai kehamilannya ini.
Setelah tabib pulang, Bi Dam kembali menemani Deok Man di kamarnya. Ia meletakkan tangannya di atas perut Deok Man lalu mengecup keningnya. "aku sangat bahagia Deok Man. Kau melengkapiku" bisik Bi Dam. "aku juga" jawab Deok Man seraya membelai perutnya.
"bukankah ada berkas-berkas yang kau harus kerjakan Bi Dam?ayo kita ke ruang kerjamu" tanya Deok Man seraya berusaha bangun dari tempat tidurnya. "tapi kau harus istirahat" kata Bi Dam. "aku ingin bersantai membaca buku di ruang kerja sambil menemanimu, lagipula tidak baik tidur terus, nanti bayi kita jadi penidur" canda Deok Man. Bi Dan tertawa mendengar hal itu. Ia sangat bahagia dengan berita ini. Lalu mereka berdua keluar dari kamar menuju ruang kerja.
Ruang kerja
Bi Dam duduk dan berkutat dengan laporan di hadapannya. Di hadapannya, Deok Man sedang membaca buku baru yang Bi Dam bawa.
"bagaimana hasil rapat tadi pagi?" tanya Deok Man. "hasilnya pasukan yang dipimpin Panglima Yushin diutus ke timur hari ini untuk mengamankan perbatasan kita dari tentara Ryugu..mungkin mereka akan tiba di sana 3 hari lagi" jawab Bi Dam. "Ryugu adalah negara yang cukup tangguh, aku harap pasukan Shilla mampu memenangkannya" jawab Deok Man. Matahari sudah hampir terbenam, Deok Man bangun dari duduknya dan pergi ke dapur untuk memasak. Karena merasa mual setiap mencium bau kimchi, Deok Man tidak membuat kimchi dan lagipula itu bukanlah favorit Bi Dam. Makan malam pun siap. Bi Dam menunda tugasnya lalu ia pun segera menuju ke ruang makan.
Setelah selesai, mereka kembali ke ruang kerja. Hari sudah menjelang larut malam dan pekerjaan Bi Dam pun baru saja selesai. "pergilah ke kamar dahulu, aku akan menyusul sebentar lagi setelah ini selesai kurapikan" kata Bi Dam. "Baiklah, jangan lama-lama ya" jawab Deok Man, Bi Dam membalasnya dengan senyum. Lalu Deok Man keluar menuju kamarnya. Bi Dam pun sibuk merapikan semuanya. Dan di kotak tempat buku-buku yang diwariskan oleh alm. Panglima Munno, buku 3 kerajaan sudah ia berikan kepada Yushin namun Ryugu belum dicantumkan dalam buku itu. Dan ketika mengeluarkan isi kotak, dia menemukan kertas peta yang berjudul Kerajaan Ryugu dan tahun pembuatannya adalah 3 tahun setelah buku 3 Kerajaan dibuat. Bi Dam terkejut melihat hal itu. Kemudian ia membandingkan peta tersebut dengan peta Shilla. "oh tidak, Benteng Utara lengah" kata Bi Dam. Deok Man yang tidak sabar menunggu, kembali ke ruang kerja. Ia berdiri di samping Bi Dam untuk melihat apa yang dikerjakannya. Ia juga sangat terkejut. Di peta tersebut tergambar adanya celah yang menghubungkan Ryugu dengan Shilla di utara dan karena fokus ke timur, beberapa Jenderal hebat di sana ikut dikirim ke timur. Dan butuh waktu seminggu untuk sampai ke Utara dari perbatasan timur. "ini harus dilaporkan kepada Raja" kata Bi Dam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar