CHAPTER 17: Nightmare
"jadi kau yang membunuh adikku hah?"bentak seorang pria bertubuh tegap dengan pakaian perang. "aku hanya melindungiku negaraku, harusnya kau melarang adikmu itu ikut perang.."jawab Bi Dam yang berlutut terikat. Lalu Bi Dam pun dipukul oleh prajurit di sebelahnya. "beraninya kau menjawab demikian kepada Jenderal." Lalu orang yang dipanggil Jenderal tersebut menghunuskan pedangnya bersiap menebas Bi Dam dan...
"Bi Dam.." Deok Man membuka matanya dan terbangun. "Deok Man, kau baik-baik saja?kau mengigau tadi, ada apa?"tanya Bi Dam yang duduk di sampingnya sambil menggenggam tangan Deok Man yang gemetar dan membelai rambutnya. Deok Man mencoba menenagkan dirinya. Tangannya menggenggam erat tangan suaminya itu. "tadi aku bermimpi sangat buruk Bi Dam..terasa sangat nyata sekali mimpi itu..aku.."jawab Deok Man gemetar. "tenanglah..itu hanya mimpi..ceritakanlah padaku.."jawab Bi Dam menenangkan. Lalu Deok Man menceritakan mimpinya. Bi Dam menghela napas dan tersenyum "itu hanya mimpi Deok Man..dan itu tidak mungkin terjadi karena aku tidak akan ikut berperang lagi.." "bagaimana jika kejadian di Utara terulang lagi?"tanya Deok Man. "setelah kejadian itu, aku dan Panglima Yushin sudah mengerahkan pasukan untuk menutup celah-celah yang dapat disusupi musuh..jadi tenanglah.. nah sekarang kau tidurlah kembali, Deok Man"kata Bi Dam. Deok Man mencoba kembali untuk tidur memeluk lengan Bi Dam erat-erat, di sisinya, Bi Dam mengecup keningnya dan tidur.
2 hari kemudian setelah mimpi buruk itu. Ruang Pertemuan Raja di Istana.
Hampir 3 minggu berlalu sejak Putri Huang Shi kembali ke Wei, namun Panglima Yushin dan pasukannya belum kembali ke Shilla. Melihat tempat Panglima Yushin masih kosong, Raja menanyakannya.
"apakah pasukan Panglima Yushin sudah kembali?"tanya Raja.
"belum Yang Mulia"jawab salah seorang pejabat.
"hmm..aneh..apakah jarak dari sini ke Wei sangat jauh sekali?"tanya Raja. Deok Man yang duduk di kanan depan Raja menjawab "maaf Yang Mulia, menurut Er Wu dari Wei, perjalanan dari Wei ke Shilla membutuhkan waktu 7 hari perjalanan.." "hmm..baiklah mungkin sebentar lagi mereka tiba."jawab Raja. Lalu tiba-tiba masuklah seorang prajurit Shilla yang terluka cukup parah dan 2 prajurit penjaga menyusul di belakangnya lalu menundukkan kepala. Semua yang berada di ruangan kaget."ada apa ini?"tanya Raja "maafkan kami Yang Mulia, kami sudah berusaha mencegah dia masuk dan memintanya untuk diobati lebih dahulu sambil menunggu hingga pertemuan usai namun ia terus memaksa untuk menemui Yang Mulia..katanya ada hal gawat yang ingin disampaikannya.."kata salah seorang prajurit penjaga. "maafkan hamba Yang Mulia, hamba Ci Suk, anggota pasukan Panglima Yushin yang mengawal rombongan Putri Huang Shi.."kata Ci Suk. "apa yang terjadi denganmu?apakah rombonganmu diserang?dimana Panglima Yushin?"tanya Raja. "rombongan Putri Huang Shi tiba dengan selamat Yang Mulia..namun ketika dalam perjalanan pulang, kami diserang oleh pasukan mengenakan pakaian dan penutup wajah hitam. yang jumlahnya lebih banyak dari kami...hanya hamba dan Panglima Yushin yang tersisa..Namun Panglima Yushin yang sedang terluka diserang dari belakang oleh pimpinan mereka yang bernama Jenderal Yong Li hingga tak sadarkan diri lalu meminta bawahannya menawan Panglima Yushin..Lalu hamba disuruh mengantarkan surat ini kepada Yang Mulia..katanya jika mau Panglima Yushin selamat, Yang Mulia harus menuruti isi surat ini"kata Ci Suk seraya memberi surat kepada Raja. Raja membuka dan membaca surat itu "Jika ingin Panglima Perang Shilla kembali, Serahkan kepadaku Pemimpin pasukan Benteng Utara yang telah membunuh adikku, Jenderal Yong Ma dari Ryugu..kirim dia ke Kowon sendirian..Jenderal Yong Li dari Ryugu.." Lalu di lembar kedua surat disertakan gambar wajah yang mirip dengan Bi Dam. Mendengar dan melihat hal itu semua orang yang di ruangan kaget. Deok Man kembali teringat mimpi buruknya. "bukankah yang memimpin Benteng Utara waktu melawan Ryugu adalah Perdana Menteri Bi Dam?"tanya salah seorang pejabat "ya.." kata pejabat yang lain. "Jenderal Yong Ma?jangan-jangan ia yang kulawan waktu itu?"pikir Bi Dam. "Yang Mulia, kita harus menolong Panglima Yushin segera.."kata salah seorang pejabat. Raja bingung harus bagaimana jika ia mengirim Bi Dam berarti ia mengorbankan Bi Dam tapi jika tidak berarti Yushin yang ia korbankan. Tiba-tiba Bi Dam menghadap Raja "Yang Mulia, sayalah yang bertanggung jawab, izinkanlah saya berangkat ke Kowon besok pagi untuk menolong Panglima Yushin.."kata Bi Dam. Mendengar ucapan Bi Dam, hati Deok Man semakin kalut. Raja diam mempertimbangkannya "kau yakin Perdana Menteri?jika iya, bawalah Jenderal Wolya, Kolonel Godo, dan pasukan bersamamu untuk menolong Panglima Yushin..kau juga harus kembali dengan selamat Perdana Menteri"kata Raja. "terima kasih Yang Mulia..perintah Yang Mulia akan saya laksanakan"jawab Bi Dam. Setelah itu pertemuan ditutup, dan semua orang meninggalkan ruangan. Hanya tinggal Bi Dam dan Deok Man saja di ruangan itu. Bi Dam menghampiri Deok Man yang masih duduk di kursinya. "Deok Man?"panggil Bi Dam. Deok Man menatap Bi Dam lalu berdiri sambil menahan jemarinya yang gemetar. Bi Dam tahu istrinya mencoba untuk tegar. Bi Dam memeluknya erat. "aku akan menolong Yushin dan kembali dengan selamat Deok Man..aku janji.."kata Bi Dam. "Bi Dam.." gumam Deok Man. Lalu mereka berdua berjalan meninggalkan ruangan.
"kau pulanglah lebih dulu, Deok Man..aku harus bertemu dengan Wolya dan Godo untuk persiapan besok."kata Bi Dam. Namun Deok Man hanya terdiam. Pikirannya masih melayang entah kemana. Bi Dam menatap dan mengecup kening istrinya "pulang dan istirahatlah demi bayi kita..aku juga akan segera pulang.."kata Bi Dam. Lalu Bi Dam mengantar Deok Man menuju tandunya untuk pulang.
Sepanjang perjalanan pulang, Deok Man terus memikirkan kejadian ini. Yushin adalah cinta pertamanya, orang yang setia padanya, dan sekarang adalah sahabatnya dan Bi Dam adalah orang yang sangat mencintainya, suaminya, ayah dari bayi yang dikandungnya, dan pria yang sangat dicintainya sekarang dan untuk selamanya. Ia tidak rela Bi Dam pergi namun juga tidak mau Yushin menjadi korban. Hatinya sangat kalut memikirkannya. "aku tak boleh egois..tidak boleh"pikir Deok Man.
Markas besar Hwarang.
Jenderal Wolya dan Kolonel Godo menundukkan kepala memberi hormat kepada Bi Dam yang memasuki ruangan. Bi Dam membuka peta dan mulai menjelaskan strateginya "baiklah..aku akan menjelaskan strategi yang sudah kubuat..dari penjelasan Ci suk dapat diketahui jumlah pasukan musuh mencapai sekitar 50-an orang dan mereka berbakat..lalu mengenai lokasi..Danggou merupakan wilayah hutan dan di sebelah selatannya merupakan wilayah tebing..jadi kita akan menyusup melalui Wonsan..kita pergi dengan 30 pasukan yang dibagi menjadi 3 kelompok dan menyamar sebagai penduduk,pedagang, dll..hanya aku yang berpakaian prajurit dan kalian berdua menyamar sebagai pengawal biasa..karena musuh meminta aku pergi sendiri..dan fokus utama kita adalah menolong Panglima Yushin, kalian mengerti?" kata Bi Dam. Jenderal Wolya dan Kolonel Godo mengangguk. "dan Jenderal Wolya bolehkah aku meminta sesuatu?"tanya Bi Dam. Setelah selesai pertemuan, Bi Dam segera berangkat pulang.
Kediaman Perdana Menteri Bi Dam.
"aku pulang"seru Bi Dam. Namun tak ada balasan seperti biasanya. Lalu salah seorang pelayan berkata "maaf Tuan, Nyonya sedang tidur di kamarnya." "hmm..baiklah" jawab Bi Dam. Bi Dam berjalan memasuki kamarnya. Dilihatnya Deok Man sedang tertidur pulas. Tampak di kedua pipinya bekas air mata. Bi Dam duduk di sampingnya, membelai wajahnya lalu mengecup keningnya. "aku pasti akan kembali Deok Man.."bisiknya.
Malam hari.
Deok Man membuka matanya dan bangun dari tidurnya. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Bi Dam masuk membawa nampan berisi 2 mangkuk nasi, 2 gelas, 1 teko teh, 1 mangkuk besar sup dan 1 mangkuk besar sayur daging, dan 2 buah sumpit. "makan malam siap" katanya. Deok Man tersenyum lemah melihatnya. Lalu ia duduk dan bersiap untuk makan. "cobalah, ini resep terbaruku.." kata Bi Dam. Deok Man pun mencobanya. "enak.." katanya. "aku harap kau menyukainya Deok Man..nanti aku akan mencoba resep-resep baru lagi"kata Bi Dam riang. Deok Man hanya diam dan melanjutkan makannya. Bi Dam sadar istrinya masih kalut dengan kejadian ini dan hanya tersenyum lalu makan. Baru kali ini makan malam sesunyi ini. Setelah makan malam usai, Bi Dam berdiri untuk membereskannya tapi Deok Man menarik lengan bajunya "minta pelayan saja untuk membereskannya..temani aku ke taman sebentar.." kata Deok Man. "baiklah"kata Bi Dam sambil tersenyum. Setelah memanggil pelayan, Bi Dam dan Deok Man berjalan dan duduk di kursi panjang di gazebo. Malam itu bulan bersinar sangat terang. "apa strategimu untuk besok sudah siap?" tanya Deok Man. "sudah siap, Tuan Putri"jawab Bi Dam. "Yushin adalah orang penting bagi Shilla..aku..aku tidak mau kehilangan Yushin .." kata Deok Man tanpa menatap Bi Dam yang duduk di sampingnya "aku akan menolongnya dan membawanya pulang..tak akan kubiarkan Shilla dan Tuan Putri kehilangan Panglima besarnya..aku janji.."kata Bi Dam tersenyum "tapi..tapi aku lebih tidak rela kehilangan orang yang terpenting bagiku, ayah dari bayi dalam kandunganku, suamiku, pria yang sangat kucintai..aku sangat tidak mau kehilanganmu Bi Dam.."kata Deok Man menatap Bi Dam. Meskipun sudah mencoba untuk menahannya, air mata tetap meleleh membasahi pipinya. Bi Dam memeluk Deok Man erat. "aku juga tak mau kehilanganmu Deok Man..aku janji akan pulang dengan selamat.." kata Bi Dam sambil menghapus air mata Deok Man. "aku tahu aku tak boleh egois..aku harus tegar merelakanmu pergi menolong Yushin..aku berusaha kuat menahan perasaanku sama seperti dulu..tapi kau tahu bagaimana perasaanku ketika mendengar Raja membaca surat itu dan jawabanmu kepada Raja?hatiku sangat kalut Bi Dam..mimpi buruk itu menghantuiku lagi..aku takut itu akan menjadi kenyataan..aku tak bisa membayangkan bagaimana aku bisa hidup, melahirkan anak kita, dan membesarkannya tanpamu di sisiku.."kata Deok Man gemetar. "ssst..tenanglah..lihat aku Deok Man" kata Bi Dam. Deok Man menatap wajah Bi Dam. "aku berjanji akan pulang dengan selamat apapun yang terjadi sebelum anak kita lahir..pegang janjiku.."kata Bi Dam sambil menggenggam erat tangan Deok Man. "aku..aku akan menunggumu di sini Bi Dam..aku pegang janjimu"kata Deok Man. "udaranya mulai dingin..lebih baik kita masuk Deok Man.." ajak Bi Dam sambil mengulurkan tangan. "ya.." jawab Deok Man. Lalu mereka berjalan menuju kamar mereka.
Di kamar, Bi Dam dan Deok Man menyiapkan segala sesuatu yang akan dibawa besok. Deok Man mengeluarkan sebuah kotak dan memberikannya pada Bi Dam
"pelindung dada dan punggungmu sudah berlubang jadi aku menggantinya dengan yang baru tadi"katanya. Bi Dam membukanya dan memperhatikan baju perangnya dengan seksama. Tampak ada bagian yang baru diganti, ditambah dan dijahit ulang. "terima kasih Deok Man"kata Bi Dam tersenyum. Lalu Bi Dam pergi ke ruang kerjanya untuk mengambil beberapa barang. Di kamarnya, Deok Man membuka lemarinya dan mengeluarkan sebuah kotak kayu. Kotak kayu berisi barang-barang yang ia miliki ada kaca pembesar dari Paman Kartan, surat yang diberikan pada ibu asuhnya oleh ayahnya ketika ia dititipkan, dll. Namun yang dicari Deok Man bukanlah itu. Setelah menemukan apa yang ia cari, ia menyimpan dalam laci dekat tempat tidurnya. "aku harap ini akan melindunginya seperti ketika melindungi aku dan ibu"pikir Deok Man.
Di ruang kerja, Bi Dam sedang menulis sesuatu di atas selembar kertas. Ia tersenyum memandang kertas itu, lalu memasukannya dalam amplop dan menyelipkannya dalam buku yang akhir-akhir ini sering dibaca Deok Man. Lalu ia kembali ke kamar.
Di kamar, Deok Man kembali memeriksa baju perang Bi Dam dengan seksama. Bi Dam yang melihatnya hanya bisa tersenyum namun ada kesedihan di matanya. Ia merasa sangat berat harus pergi meninggalkan Deok Man. Sangat berat. Lalu ia menghampiri Deok Man dan menggenggam tangannya. "kondisinya tanpa cacat Deok Man aku sudah memeriksanya..sekarang saatnya kita tidur"kata Bi Dam. Deok Man tersenyum Bi Dam menuntun Deok Man ke tempat tidur lalu membukakan selimut untuknya. Deok Man masuk dalam selimutnya dan Bi Dam berbaring di sisinya. Bi Dam mengecup kening Deok Man. "aku tak bisa tidur Bi Dam..rasanya aku ingin terus memandang wajahmu.."kata Deok Man" "kau dan bayi kita butuh istirahat Deok Man..tidurlah yang nyenyak Deok Man..besok aku akan menunjukkan sesuatu padamu" bisik Bi Dam sambil mengusap perut Deok Man. Tiba-tiba bayi dalam perut Deok Man menendang. "nampaknya ada yang ingin menegur ayahnya..kau tahu ketika aku sedih dan bingung waktu kau menghilang, bayi kita beberapa kali menendang seperti ia berusaha menghiburku"kata Deok Man membelai perutnya. "anak baik..ayah sangat menyayangi kalian berdua" kata Bi Dam. "oh ya, apa yang kau ingin tunjukkan padaku?"tanya Deok Man. "ra-ha-sia..sekarang tidurlah Deok Man..selamat tidur anakku.."kata Bi Dam mengusap perut Deok Man."selamat tidur ayah"bisik Deok Man tersenyum menggenggam tangan Bi Dam, lalu menutup matanya dan tidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar