Pages


Jumat, 21 Mei 2010

Chapter 25: Please, Take Care of Yourself and Our Child, Deok Man. I Leave

2 hari kemudian. Pagi hari.
Yushin berpakaian baju perang lengkap sedang berdiri memandangi deburan ombak laut di atas anjungan kapal. Wolya datang berdiri di sampingnya dan memberi hormat. Yushin hanya menoleh diam saja lalu kembali menatap ke depan dengan wajah serius. Wolya tahu bahwa sahabatnya itu sedang memikirkan sesuatu "bagaimana keadaan luka-lukamu?"tanyanya. Yushin menoleh " sudah membaik..lenganku sudah tidak sakit lagi meski masih sulit menggerakannya untuk menggunakan pedang"jawabnya sambil menunjukkan lengannya. Wolya hanya menggelengkan kepala "bersabarlah, jangan paksakan dirimu..lagipula tabib bilang semua luka-lukamu akan pulih seperti sedia kala tapi butuh waktu untuk itu"katanya. Yushin hanya mengangguk. Melihat tingkah sahabatnya itu, Wolya semakin ingin tahu apa yang sedang dipikirnya sahabatnya itu "sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan, Yushin?"tanyanya. "hmm.. yang kupikirkan bagaimana harus menyampaikan ini kepada Yang Mulia Raja..terlebih lagi kepada Tuan Putri.. aku tak tahu harus bagaimana menyampaikan berita ini.."jawab Yushin sambil menghela napas dalam-dalam dengan wajah kusut. Wolya hanya bisa terdiam, ia sendiri tidak tahu harus menjawab apa. Mereka hanya diam memandang laut lepas yang akan dilewati kapal mereka.

Siang hari. di Kuil.
Ditemani Soo Hye, Deok Man berjalan menuju kuil. Setibanya di sana, Deok Man membakar dupa, lalu duduk dan berdoa. "kumohon lindungilah Bi Dam agar ia bisa pulang dengan selamat, jauhkanlah ia dari segala marabahaya.."doanya berulang-ulang. Setelah berdoa cukup lama, Deok Man berdiri dan keluar dari kuil. Dalam perjalanan pulang, Deok Man melihat adanya kerumunan di halaman depan Istana, ia menghentikan langkahnya dan bertanya kepada Soo Hye yang juga melihatnya "apa yang sedang terjadi di depan Istana?"tanyanya. Soo Hye sendiri bingung, lalu ia melihat sekeliling dan menemukan pengawal berdiri di dekat situ. Ia berlari menghampirinya dan bertanya "ada apa ramai-ramai di depan Istana?" Pengawal itu menoleh dan menjawab "yang aku dengar katanya Yang Mulia Raja sedang menyambut kepulangan Panglima Yushin.." Soo Hye terkejut "apakah Tuan Perdana Menteri Bi Dam juga bersamanya?"tanyanya lagi. "mengenai hal itu aku tidak tahu.."jawab pengawal. Soo Hye mengucapkan terima kasih lalu segera berlari menghadap Deok Man. "apa katanya, Soo Hye?"tanyanya penasaran, Soo Hye masih terengah-engah setelah berlari "katanya Yang Mulia Raja sedang menyambut kepulangan Tuan Panglima Yushin.."jawabnya Deok Man terkejut lalu memegang kedua bahu Soo Hye "benarkah?apakah Bi Dam, ah maksudku Perdana Menteri ada bersama mereka?"tanyanya. " mengenai itu pengawal itu juga tidak tahu..mungkin Tuan Perdana Menteri berada di barisan paling belakang jadi tidak kelihatan.."jawab Soo Hye. Deok Man segera menarik tangan Soo Hye dan berjalan secepat ia bisa menuju halaman depan Istana. Soo Hye pun terseret "jangan cepat-cepat Tuan Putri" ujar Soo Hye. Deok Man berjalan dengan wajah penuh harap dan kebahagiaan "akhirnya kau pulang Bi Dam.."pikirnya.

Halaman depan Istana.
Yang Mulia Raja ditemani Alcheon, pejabat Istana, kasim, dan dayangnya berjalan menuruni tangga Istana. Di hadapannya Yushin beserta rombogan berlutut memberi hormat, Raja menyambut mereka "selamat datang kembali, Panglima..aku senang kau kembali dengan selamat.."katanya gembira. "terima kasih Yang Mulia"jawab Yushin. Setelah melihat para anggota rombongan Yushin dengan seksama, Raja merasa tidak melihat kehadiran Bi Dam dalam rombongan itu "dimanakah Perdana Menteri Bi Dam?aku tidak melihatnya dalam rombongan" Wolya dan Godo menengok ke arah Yushin, Yushin pun menjawab "mengenai keberadaan Perdana Menteri Bi Dam, dengan sangat berat hati, saya harus menyampaikan..."
"aah, akhirnya sampai juga..anda baik-baik saja Tuan Putri?"tanya Soo Hye terengah-engah. Ia dan Deok Man berdiri tidak jauh dari tempat Raja dan Yushin. Deok Man berusaha melihat Bi Dam dari jauh namun karena prajurit-prajurit yang di depan itu besar-besar sekali, ia hanya bisa melihat kepala Yushin saja. Lalu ia dan Soo Hye berjalan mendekat agar bisa melihat lebih jelas. Yushin menjawab "mengenai keberadaan Perdana Menteri Bi Dam, dengan sangat berat hati, saya harus menyampaikan bahwa dalam pertempuran duel melawan musuh, Perdana Menteri Bi Dam terjatuh dari tebing di tepi Laut Kowon..dan sampai sekarang kami belum bisa menemukannya..kami tidak tahu bagaimana keadaan beliau, tapi saya akan segera mengirim orang untuk mencarinya di sana.."
Mendengar itu, Deok Man sangat shock. Soo Hye pun juga terkejut mendengarnya. "dalam pertempuran melawan musuh, Perdana Menteri Bi Dam terjatuh dari tebing di tepi Laut Kowon..dan sampai sekarang kami belum bisa menemukannya..kami tidak tahu bagaimana keadaan beliau" kata-kata Yushin itu terngiang-ngiang terus dalam pikiran Deok Man. Tanpa sadar air matanya mengalir tak hentin-hentinya membasahi pipinya "tidak..tidak mungkin..Bi Dam.."gumamnya gemetar. Pemandangan di depan matanya perlahan mulai kabur dan menjadi gelap, rasanya seketika itu juga kedua kakinya tak mampu lagi menopang tubuhnya. Deok Man jatuh pingsan. "TUAN PUTRI..."teriak Soo Hye sambil menahan tubuh Deok Man. Semua orang yang ada di situ, baik Yang Mulia Raja maupun Yushin menoleh ke arah suara teriakan Soo Hye dan segera berlari menghampirinya.

Kamar Putri Deok Man. Istana.
Deok Man membuka matanya di hadapannya, Bi Dam yang berpakaian baju perang lengkap sedang menggenggam kedua tangannya dan menatap dirinya penuh kasih sayang "jaga baik-baik dirimu dan anak kita, Deok Man.."katanya lalu mengecup keningnya. "aku pergi..."katanya. "jangan pergi Bi Dam..jangan.."seru Deok Man dalam hatinya, lalu Bi Dam melepaskan genggaman tangannya dan membalikkan badannya. "Bi Dam..Bi Dam.." panggil Deok Man berulang-ulang. Namun Bi Dam tidak menoleh dan terus berjalan meninggalkannya semakin jauh dan menghilang. "Tuan Putri?Tuan Putri?.." terdengar suara memanggilnya dari belakang
Deok Man membuka matanya perlahan. "di..dimana aku?apa yang terjadi.."gumamnya lirih. Deok Man terbaring di tempat tidurnya dalam kamarnya di Istana. "di kamar Tuan Putri di Istana"jawab Soo Hye berlutut di sisi tempat tidur Deok Man. Di sebelahnya, seorang tabib Istana memberi hormat kepada Deok Man "anda baru saja pingsan Tuan Putri.. hamba rasa anda terlalu banyak pikiran Tuan Putri dan kelelahan..tapi syukurlah kondisi badan anda dan kondisi bayi anda baik-baik saja.. hamba sarankan agar Tuan Putri tetap tenang dan beristirahat sementara waktu.."saran tabib. Deok Man mengangguk lemah. Ia mengusap perutnya "syukurlah kamu baik-baik saja, maafkan ibu ya.."gumamnya pelan lalu ia merasakan bayinya bergerak dalam perutnya. Lalu tabib itu menunduk memberi hormat dan pergi. Deok Man menoleh ke arah Soo Hye "Soo Hye, tolong panggilkan Panglima Yushin ke sini..aku ingin bertemu dengannya sekarang"katanya. Soo Hye tak berani menolak "ba..baik..Tuan Putri.." Soo Hye menunduk lalu keluar. "Bi Dam.."gumamnya. Air matanya kembali menetes.
"Panglima Yushin memasuki ruangan" kata penjaga pintu. Sambil membawa sebuah kotak berukuran cukup besar, Yushin berjalan masuk lalu menunduk kepada Deok Man yang duduk di meja bundar. "duduklah Panglima Yushin.." Deok Man mempersilahkan Yushin duduk di kursi yang ada di hadapannya. "bagaimana keadaan anda Tuan Putri?"tanya Yushin. Deok Man tersenyum "aku baik-baik saja Panglima..nah ceritakan padaku semuanya..apa yang terjadi padanya di sana.." jawab Deok Man. Yushin menatap wajah Deok Man yang tegar, ia dapat melihat adanya bekas air mata di pipinya, matanya yang memerah. Ada kesedihan yang mendalam di balik ketegarannya. Yushin menggelengkan kepala "bukannya saya bermaksud melawan perintah Tuan Putri, tapi bukankah lebih baik sekarang Tuan Putri beristirahat..hamba berjanji akan menceritakannya setelah Tuan Putri pulih benar.." "ini perintah Kerajaan Panglima, lagipula aku sangat berhak mengetahuinya..aku ini istrinya.."jawab Deok Man tegas. Ia sudah mempersiapkan hatinya untuk mendengar semuanya, baik itu kabar baik maupun buruk namun tentu saja ia sangat tidak mengharapkan Yushin akan membawa yang terakhir. Yushin pun tak bisa menolak lagi, dengan berat hati ia menceritakan semuanya "baiklah Tuan Putri, akan saya ceritakan..."
Deok Man mendengarkan cerita itu dengan penuh ketegaraan, menahan tangannya yang terus gemetar.

"...sampai pencarian terakhir, kami belum dapat menemukan beliau, tapi saya sudah mengirim 1 kelompok dipimpin Kolonel Godo ke sana untuk melanjutkan pencarian..dan di bekas tempat Perdana Menteri disekap..kami menemukan ini..dan saya yakin ini milik Perdana Menteri.."kata Yushin sambil membuka kotak yang dibawanya dan memberikannya kepada Deok Man. Melihat isi kotak itu, mata Deok Man berkaca-kaca "ini..ini baju perang Bi Dam.."gumamnya. Lalu tiba-tiba Yushin berlutut di depan Deok Man "hukumlah saya Tuan Putri..ini semua salah saya, jika saja saya tidak bodoh hingga bisa ditawan musuh tentu tak akan seperti ini jadinya "kata Yushin penuh penyesalan. Deok Man menggeleng "bangunlah Panglima..ini bukan kesalahanmu dan terima kasih Panglima atas bantuanmu..sekarang tolong tinggalkan aku sendirian.."katanya. Deok Man mengusap matanya dengan punggung tangannya, seketika itu punggung tangannya basah oleh air matanya. Yushin merasa sedih melihat kesedihan Deok Man "saya akan berusaha semaksimal mungkin mencari Perdana Menteri.." Lalu Yushin berdiri dan menunduk, lalu berjalan keluar. Dengan berat hati ia meninggalkan Deok Man sendirian. "Bi Dam.."gumam Deok Man menangis memeluk pakaian perang suaminya.
Di luar kamar Deok Man, Alcheon dan Soo Hye berdiri menunggu, mereka menunduk memberi hormat kepada Yushin. Yushin berjalan menghampiri mereka. "besarkah kemungkinan Perdana Menteri masih hidup?"tanya Alcheon. Soo Hye mengangguk. "aku juga tidak tahu..tapi aku yakin Perdana Menteri masih hidup selama kita belum menemukan jasadnya"jawab Yushin. Mereka diam semua. "saya akan menjenguk Tuan Putri,permisi.."kata Soo Hye memcah keheningan berjalan melewati Yushin. Yushin menahannya "Tuan Putri meminta untuk ditinggalkan sendiri..biarkanlah sebentar lagi.."katanya. Soo Hye mengurungkan niatnya, ia ikut sedih memikirkan kondisi Deok Man "kuatkan hati anda Tuan Putri.."gumamnya.

Malam hari. Kamar Putri Deok Man, Istana.
Soo Hye membuka pintu kamar tuan putrinya itu pelan-pelan. Deok Man nampak tertidur lelap. Lalu Soo Hye jalan perlahan-lahan untuk membawakan makan malam. Deok Man terbangun membuka matanya "Soo Hye..."panggilnya. Soo Hye menoleh dan memberi hormat "ya Tuan Putri?"jawabnya. "aku ingin pulang ke kediamanku malam ini..."gumam Deok Man. Soo Hye berjalan mendekat dan berlutut di samping ranjang Deok Man "kondisi anda masih lemah Tuan Putri ..Yang Mulia Raja meminta agar Tuan Putri untuk tinggal di Istana untuk malam ini agar Tuan Putri bisa beristirahat dan segera pulih..dan Yang Mulia Permaisuri mengirimkan sup ayam jamur agar Tuan Putri cepat sehat.. Yang Mulia Raja dan Permaisuri sangat mengkhawatirkan kondisi Tuan Putri.. dan.. sa..saya pun juga demikian.."katanya. Deok Man tersenyum lemah "terima kasih Soo Hye.." katanya. Soo Hye tersenyum "nah sekarang Tuan Putri harus makan..sup ayam jamur ini sangat enak dan bergizi lho.."katanya dengan nada semangat. Deok Man tertawa kecil melihat mimik wajah Soo Hye "baiklah..aku akan memakannya"katanya. Deok Man pun bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju meja bundar di tengah kamar. Ditemani Soo Hye, ia menyantap sup itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar