Pages


Jumat, 21 Mei 2010

Chapter 20

2 hari kemudian. Siang hari. Di atas kapal.

Godo berjalan memasuki ruangan Bi Dam dan menunduk memberi hormat. "lapor Jenderal, sebentar lagi kita akan berlabuh di Wonsan.."lapornya. Bi Dam sedang duduk membaca daftar prajurit yang ikut dalam misinya "bagus, bergeraklah sesuai rencana"jawabnya.

Istana. Ruang Kerja Putri Deok Man.
"nah laporan hari ini selesai"kata Deok Man tersenyum lega. "Yang Mulia Permaisuri memasuki ruangan"seru penjaga pintu. Mendengar itu, Deok Man bangkit berdiri. Permaisuri berjalan memasuki ruangan. Deok Man menunduk memberi hormat. Lalu mereka berdua duduk. "Putri Deok Man, apa yang sedang Putri kerjakan di sini?bukankah lebih baik beristirahat di kediaman Putri?aku bisa meminta kepada Yang Mulia Raja untuk meminta orang lain menggantikan tugas Putri sementara waktu"tanya Permaisuri penuh perhatian. "terima kasih Yang Mulia atas perhatiannya, tapi saya rasa saya masih mampu mengerjakan semua ini dan saya dengan senang hati melakukannya.."jawab Deok Man. "tapi di usia kandunganmu yang sudah 7 bulan kau harusnya banyak beristirahat Putri.."kata Permaisuri khawatir.
"ya Yang Mulia..tentu saya juga tidak melupakan kesehatan saya.. Tabib juga sudah mengizinkan saya untuk tetap melakukan aktivitas selama itu tidak membuat saya kelelahan..jujur saya itu tidak bisa hanya berdiam diri saja di kamar dan berbaring.."jawab Deok Man.
Permaisuri hanya menghela napas dan tersenyum "hmmm..sudah kuduga kau akan menjawab demikian Putri Deok Man..aku ingin sekali bisa membantumu..kau sedang hamil dan suamimu sedang pergi membebaskan Panglima Yushin..jika kau membutuhkan sesuatu, jangan sungkan untuk meminta padaku ya?" Deok Man menundukkan kepalanya "terima kasih banyak Yang Mulia"jawabnya.
"nah sekarang mungkin aku bisa membantumu..aku akan memanggilkan pejabat penulis laporan Istana untuk membantumu"kata Permaisuri. "tugas saya hari ini sudah selesai Yang Mulia..tapi bolehkah saya meminta tolong sesuatu?saya harap ini tidak akan merepotkan Yang Mulia.."jawab Deok Man. "tentu saja boleh..apa itu Putri Deok Man?"tanya Permaisuri. "saya ingin belajar bermain sitar tapi saya tidak tahu siapa yang bisa menjadi guru saya..apakah Yang Mulia tahu siapa yang bisa mengajarkan saya bermain sitar?" Permaisuri tersenyum "itu perkara mudah Putri Deok Man..aku akan meminta guru sitarku dulu untuk datang ke kediamanmu untuk mengajar..bagaimana?"tanyanya. "terima kasih banyak Yang Mulia..saya sangat senang mendengarnya"jawab Deok Man. "nah mulai sekarang, tugas Putri Deok Man hanya belajar bermain sitar dan beristirahat saja di rumah..sedangkan tugas ini akan kuminta Yang Mulia Raja mengambil alihnya sementara waktu..dan aku akan mengirim dayang istana untuk menemanimu..ini perintah Kerajaan Putri."kata Permaisuri sambil tersenyum puas. Deok Man agak tercengang "anda tidak perlu repot-repot Yang Mulia"jawabnya. "itu tidak merepotkanku Putri..dan sekarang aku akan ke Ruang Kerja Raja dulu..aku permisi dulu Putri.."jawab Permaisuri. Deok Man berdiri dan menundukkan kepalanya "saya sangat berterima kasih atas kebaikan dan perhatian Yang Mulia.."katanya. Permaisuri membalasnya dengan senyum lalu berjalan meninggalkan ruangan.

Wonsan.
Bi Dam, Wolya, dan Godo sudah turun dari kapal. Wonsan adalah sebuah kota di luar perbatasan Ryugu dan Shilla. Kota ini dilalui jalur perdagangan dari Timur Tengah-Asia sehingga banyak sekali pedagang di sana. Agar tidak mencolok perhatian, Bi Dam, Wolya, dan Godo sudah berganti pakaian menjadi rakyat biasa. "Godo, Wolya, kita jalankan rencana awal..."perintah Bi Dam. "siap"jawab mereka. Lalu Bi Dam, Wolya, dan Godo menaiki kuda mereka menuju Kowon. Di belakang mereka, ada 2 orang yang mengawasi mereka.

Istana.
Deok Man sedang merapikan meja kerjanya dan bersiap-siap pergi ke kuil. Lalu seorang dayang masuk ke Ruang Kerjanya dan menunduk memberi hormat kepadanya. Masih muda dan berwajah lugu. Lalu Dayang itu memperkenalkan dirinya "maaf Tuan Putri, hamba adalah dayang yang diutus Yang Mulia Permaisuri untuk melayani Tuan Putri..nama hamba Soo Hye.." Deok Man memperhatikan dayang barunya dengan seksama lalu tersenyum"baiklah Soo Hye..mulai hari ini kau akan menemaniku dan tinggal di kediamanku..nah sekarang aku ingin pergi ke kuil untuk berdoa.." . "baik Tuan Putri.."jawab Soo Hye ceria. Lalu Deok Man meninggalkan ruangannya diikuti dayangnya yang baru.

Malam hari.
Karena sudah malam, Bi Dam memutuskan untuk menepi dan bermalam di dekat sungai dekat jalur perjalanan menuju Kowon. Kemudian mereka membuat api unggun dan duduk melingkar lalu mengeluarkan makanan yang mereka beli dari Wonsan. Wolya dan Godo. Bi Dam duduk bersila menatap api unggun "apakah yang lain sudah siap?"tanya Bi Dam dengan suara pelan. Godo yang sedang melahap bakpaonya menjawab "ya..aku tadi melihat mereka sudah jalan duluan ke Kowon"jawabnya pelan. "sraak.." terdengar suara semak-semak, Bi Dam, Godo, dan Wolya siaga. Lalu dari semak-semak, ada anak panah ditembakan ke arah Bi Dam. "siuuut..jleb" untung saja Bi Dam melihat dan menghindarinya, panah itu menancap di pohon di dekatnya. Godo segera bangkit dan mengejar ke balik semak "hei siapa itu?!"teriaknya. "Jenderal, kau tak apa-apa?"tanya Wolya. "ya aku baik-baik saja" lalu Wolya mengambil panah itu, di ujungnya terikat sebuah surat dan diserahkannya surat itu kepada Bi Dam. Bi Dam mengambilnya dan membacanya "jika kau mau Panglimamu selamat datanglah ke hutan di timur Kowon sendirian menjelang petang tanpa membawa senjata." Bi Dam meremas surat itu dan membuangnya ke api unggun. Godo kembali dengan terengah-engah "orang itu larinya cepat sekali..aku gagal mengejarnya Jenderal..maafkan aku.."katanya. "tak apa"jawab Bi Dam. Lalu Wolya menceritakan semua yang ia dengar kepada Godo. "lalu apa rencanamu selanjutnya, Bi Dam?"tanya Wolya. "kita tetap melaksanakan rencana awal dan kita akan ke Kowon pagi-pagi buta besok..nah sekarang kalian istirahatlah"kata Bi Dam sambil beranjak berdiri dan berjalan. "kau mau kemana Bi Dam?"tanya Wolya. Bi Dam menoleh "hanya ke tepi sungai.."jawabnya. Di tepi sungai, Bi Dam duduk menekuk lututnya. Bi Dam memejamkan matanya"Deok Man"gumamnya. Lalu ia membacakan puisi yang ia buat untuk Deok Man.

Kediaman Perdana Menteri Bi Dam.
Dalam kamarnya, di depan meja bundar, Deok Man duduk membaca ulang puisi Bi Dam untuk kesekian kali lalu menutup matanya. "Bi Dam"gumamnya. Ia bisa melihat Bi Dam berdiri di hadapnya tersenyum kepadanya lalu memanggil namanya "Deok Man..Deok Man..Deok Manku." Lalu ia membuka matanya. Tetesan hangat air mata jatuh di pipinya. Soo Hye masuk ke kamar Deok Man membawakan teh di atas nampan. "maaf Tuan Putri ini tehnya..ah Tuan Putri, anda menangis..apa ada yang sakit Tuan Putri? "kata Soo Hye menaruh nampannya. Deok Man menoleh "ah tidak Soo Hye..mataku hanya berair karena menguap tadi"jawabnya sambil menghapus air matanya. Soo Hye tahu Tuan Putri Deok Man berbohong, ia sangat mengkhawatirkan Nyonya barunya itu dengan takut-takut ia bertanya "maaf Tuan Putri, apakah Tuan Putri sedang mengkhawatirkan Tuan Perdana Menteri?" Deok Man hanya terdiam. "duh kok aku malah nanya sih?"pikir Soo Hye sambil menepak-nepak mulutnya sendiri "maafkan saya Tuan Putri, saya sudah lancang..saya akan pergi..permisi"kata Soo Hye takut-takut. Soo Hye menunduk dan membalikan badan. "ya aku memang memikirkannya Soo Hye..kau kembalilah tak apa-apa..aku tak marah padamu.."kata Deok Man tersenyum pada Soo Hye. "aduh" Deok Man tersentak kaget lalu mengusap perutnya. Soo Hye segera menghampiri Deok Man dengan khawatir "Tuan Putri, apakah Tuan Putri baik-baik saja..apakah ada yang sakit?akan saya panggilkan tabib"tanya Soo Hye khawatir lalu ia berbalik badan untuk memanggil tabib. Melihat tingkah Soo Hye, Deok Man tertawa dan memanggil Soo Hye. Soo Hye menoleh dan bingung. "Tuan Putri?"tanyanya agak takut. "aku baik-baik saja Soo Hye..bayiku menendang tiba-tiba dan aku kaget..kau panikan sekali"kata Deok Man masih tertawa geli. Soo Hye menghela napas lega, mengelus dadanya "syukurlah Tuan Putri..hamba sangat khawatir Tuan Putri kenapa-kenapa tadi.." Deok Man menarik tangan Soo Hye, memintanya untuk duduk di sampingnya. Deok Man menunduk lalu mengusap perutnya"benar..aku mengkhawatirkannya...dan anakku ini berusaha menghiburku.."katanya. Soo Hye ikut sedih melihat Deok Man "Tuan Putri..janganlah bersedih..hamba yakin Tuan Perdana Menteri pasti baik-baik saja dan akan pulang dengan selamat..."hiburnya. Deok Man tersenyum mengangguk pelan. Lalu Soo Hye juga tersenyum lalu menyodorkan tehnya kepada Deok Man "Silahkan diminum tehnya Tuan Putri..lalu tidurlah..hari sudah larut malam Tuan Putri.." "hmm..baiklah.."jawab Deok Man sambil tersenyum. Deok Man meminum tehnya sampai habis lalu berbaring di atas tempat tidurnya. Soo Hye berdiri, membereskan nampan dan cangkir tehnya. "selamat malam Tuan Putri..jika ada apa-apa panggilah saya..saya akan segera datang"kata Soo Hye. Deok Man tersenyum "ya..selamat malam Soo Hye.." jawab Deok Man. Soo Hye menunduk memberi hormat lalu pergi. Deok Man menarik selimutnya dan memejamkan matanya "selamat tidur Bi Dam'' gumanya. "mimpi yang indah Deok Man" gumam Bi Dam yang berbaring menatap langit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar