Pages


Jumat, 21 Mei 2010

Chapter 18: I'll wait you here

Bi Dam bangun dari tidurnya. Di sisinya, Deok Man masih terlelap memeluk lengan Bi Dam erat-erat. Wajah Deok Man nampak tidur dengan damai. Tak lama kemudian, Deok Man membuka matanya. "selamat pagi"sapa Bi Dam mengecup kening Deok Man. "selamat pagi juga"balas Deok Man. "kau berjanji menunjukkan sesuatu padaku Bi Dam..aku ingat itu". Bi Dam tertawa mendengarnya "iya..iya..aku ingat tapi nanti ya setelah kita mandi dan sarapan"
"baiklah..aku akan menyiapkan sarapan..kau mandilah dulu.."kata Deok Man sambil berusaha untuk bangun. Lalu mereka berdua keluar dari kamar untuk mandi dan sarapan.
Setelah mandi dan sarapan, mereka kembali ke kamar mereka. Bi Dam memakai baju perangnya dan Deok Man membantu memakainya. "nah sesuai janjiku, aku akan menunjukkan sesuatu padamu..tapi kau tunggu aku di gazebo..aku akan menunjukkannya di sana."kata Bi Dam tersenyum. Deok Man hanya bisa memasang wajah penasaran dan menuruti kemauan Bi Dam.
Deok Man pun duduk menunggu di gazebo. Tak lama kemudian terdengar alunan merdu tiupan seruling yang mendekat ke arahnya, Deok Man mencari asal bunyi tersebut. Dilihatnya Bi Dam sedang berjalan ke arahnya sambil meniup seruling. Lalu ia duduk di samping Deok Man. Deok Man sangat takjub mendengarnya. Bi Dam pun selesai bermain seruling. "nah bagaimana?"tanya Bi Dam. "aku sangat menyukainya..itu instrumen buatanmu sendiri?apa judulnya?"tanya Deok Man penasaran. "aku memberinya judul baramggoc..aku senang kau menyukainya Deok Man"kata Bi Dam. "baramggoc?lagu itu tentang apa?"tanya Deok Man. "itu seperti perasaanku padamu..sekalipun kita terpisah jarak..tidak bisa melihat, bertemu, atau memelukmu, tapi aku bisa merasakannya..aku menemukanmu ada di hatiku.. "kata Bi Dam. Deok Man memeluk erat Bi Dam "begitupula rasa cintaku padamu Bi Dam..aku bahagia mendengarnya" "aku senang kau menyukainya Deok Man.." "dan tadinya aku ingin memintamu mengiringi dengan sitar.."tambah Bi Dam tersenyum canda. "tapi kau kan tahu aku belum pernah belajar bermain sitar."kata Deok Man. "iya karena istriku ini menghabiskan masa mudanya dengan berlatih pedang dan menjadi nangdo di saat gadis seusianya belajar bermain sitar.."canda Bi Dam. Deok Man tertawa dan menjawab "baiklah aku akan belajar bermain sitar..aku harap ada guru yang bisa mengajariku." "belajarlah Deok Man..nanti kita bermain bersama.."kata Bi Dam. "ya..kita akan bermain bersama.."jawab Deok Man. Lalu Deok Man mengeluarkan sesuatu dari sakunya lalu mengalungkannya pada Bi Dam."bukankah ini soyeopdo?belati milik alm. Raja Jinheung yang sangat berharga untukmu?"tanya Bi Dam. "bawalah..aku harap ini akan melindungimu seperti ketika ini melindungi ibu dan aku.."kata Deok Man. Bi Dam menggenggam erat tangan Deok Man. "aku pasti akan pulang dengan selamat.."janji Bi Dam. Sambil menunggu suaminya dijemput, Deok Man menyandarkan dirinya pada Bi Dam. Beberapa saat kemudian, terdengar suara derap kuda dari arah pintu gerbang, kemudian seorang pelayan datang menghadap Deok Man dan Bi Dam. "maaf Tuan dan Nyonya, Jenderal Wolya dan Kolonel Godo sudah menunggu di depan."kata pelayan. "baiklah, tolong taruh barang-barangku di atas kudaku..aku akan segera ke sana."jawab Bi Dam. "baik Tuan.."jawab pelayan itu lalu pergi. Bi Dam dan Deok Man berdiri dan berjalan meninggalkan gazebo. Mendekati gerbang, Deok Man menghentikan langkahnya dan menarik tangan Bi Dam. Bi Dam menoleh "ada apa Deok Man?"tanyanya. Bi Dam menatap mata Deok Man, tak ada air mata, yang ada hanya ketegaran yang kokoh. Itulah yang membuatnya semakin mencintai istrinya itu. Deok Man menyentuh lembut kedua pipi Bi Dam, lalu mengecup bibirnya "jaga dirimu..peganglah janjimu Bi Dam" "pasti.."jawab Bi Dam. Lalu Bi Dam berlutut mengusap perut Deok Man dan mengecupnya "ayah akan segera pulang..jangan nakal ya"kata Bi Dam. Lalu ia berdiri "jaga dirimu dan anak kita baik-baik..aku sangat mencintaimu Deok Man.."kata Bi Dam. "aku juga sangat mencintaimu Bi Dam.." balas Deok Man. Lalu mereka kembali berjalan ke arah gerbang. Jenderal Wolya dan Kolonel Godo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar