Pages


Jumat, 21 Mei 2010

Chapter 14 : The Truth

Siang hari.
Kediaman Perdana Menteri Bi Dam.
Setelah sarapan bersama Er Wu, Deok Man bersiap-siap ke Istana. Siang nanti, para utusan Wei akan menuntut Yang Mulia Raja untuk menghukum Bi Dam. Deok Man berusaha mencegahnya dengan mengumpulkan bukti bahwa Bi Dam tak bersalah. Oleh karena itu, Er Wu akan menyamar sebagai salah satu pelayan Deok Man sebab keberadaan Er Wu di Shilla tidak boleh diketahui oleh orang lain. "kita berangkat sekarang"kata Deok Man. "siap, Nyonya"jawab Er Wu.
Kediaman Panglima Yushin.
"apakah Tuan Putri Huang Shi sudah siap?kau Bi Dam?"tanya Yushin. "Ya, aku siap"jawab Putri Huang Shi. "aku siap"jawab Bi Dam. Kemudian mereka berangkat menuju Istana.

Ruang Pertemuan Istana.
"Tuan Putri, anda tidak perlu repot-repot menghadiri pertemuan ini ..Yang Mulia Raja akan menolak tuntutan mereka"bisik Alcheon. "aku hanya ingin mengembalikan laporan dan melihat keadaan di sini..apakah tidak ada perkembangan bukti baru?" tanya Deok Man. "belum ada, Tuan Putri..saya sudah mengirim pasukan untuk mencari di ibukota namun tak ada tanda-tanda Tuan Perdana Menteri atau Tuan Putri Huang Shi di kota atau keluar kota..apakah dia pelayan anda Tuan Putri?nampaknya ia repot sekali membawa tumpukan laporan itu.."tanya Alcheon. "ya, dia pelayanku.."jawab Deok Man. Lalu pintu terbuka dan
para utusan Wei memasuki ruangan.
"kami memberi hormat kepada Yang Mulia"hormat para utusan Wei. Raja menerima hormat mereka. "seperti Yang Mulia ketahui, kami ingin menuntut pertanggung jawaban Perdana Menteri Bi Dam atas perbuatannya berdasarkan bukti yang ada."kata salah satu utusan Wei yang bernama Wang Zi. "tapi bukti tersebut tidak membuktikan secara jelas bahwa Perdana Menteri Bi Dam yang melakukannya..aku menolaknya"jawab Raja. "lantas sekarang dimana Perdana Menteri Bi Dam?tak ada yang tahu dimana ia..bahkan istrinya pun tidak tahu bukan begitu Tuan Putri Deok Man?mungkin saja suami anda sekarang sedang bersenang-senang sementara anda khawatir mencarinya..kesempatan menjadi raja atas Wei mungkin sudah menggodanya.."jawab Wang Zi. Deok Man hanya diam. Ia tahu tak ada gunanya membalas perkataan itu. "pertimbangkanlah Yang Mulia.. anda pasti tidak mau merusak hubungan Wei dan Shilla hanya karena hal ini..Wei merupakan salah satu negara dengan kekuatan militer besar.. Yang Mulia Raja Huang Tang tentu akan marah besar dan mengirim pasukannya segera jika anda tidak menghukum pihak yang bertanggung jawab..sebentar lagi saya akan mengirim surat kepada Yang Mulia Raja Huang Tang mengenai hal ini..pikirkanlah rakyat anda.."kata Wang Zi. Seluruh pejabat Istana langsung kisruh ketika mendengar kemungkinan perang. "kita tak boleh membiarkan perang terjadi..rakyat banyak akan menjadi korban"kata salah satu bangsawan. "berarti kita akan mengorbankan Perdana Menteri meskipun belum ia tentu bersalah"kata yang lain. Deok Man sendiri dilema. Ia sangat yakin Bi Dam tidak melakukannya tapi kemungkinan perang mengacaukan hatinya. "akan banyak korban jatuh.."pikir Deok Man. Raja hanya terdiam berpikir. "buatlah keputusan segera Yang Mulia, kami harus segera menulis surat."kata utusan Wei. Raja menarik napas"baiklah, aku ingin meminta pend.."
"Panglima Yushin memasuki ruangan"seru penjaga pintu.
Pintu terbuka.
Panglima Yushin tiba. Dan dibelakangnya Bi Dam dan Putri Huang Shi berjalan. Semua orang terkejut melihatnya. "Bi Dam.."gumam Deok Man. Bi Dam menoleh ke arahnya dan tersenyum. "hormat kami Yang Mulia."hormat mereka bertiga. "maafkan kami bila kami telah lancang...saya dan Perdana Menteri Bi Dam berhasil menemukan sumber masalahnya.."kata Yushin. "bohong, kalian pasti bersengkongkol agar Perdana Menteri tidak dihukum..kaulah sumber masalah Perdana Menteri.."kata Wang Zi.
"saya menemukan bukti ini dan sebentar lagi, para prajurit akan menangkap para penculik.."jawab Bi Dam. "penculik?maksudmu kalian berdua diculik?"tanya Raja. Deok Man dan yang lain juga kaget. Lalu Bi Dam dan Putri Huang Shi menceritakan semuanya. "jadi kau menghilang untuk menolongnya?sungguh luar biasa Perdana Menteri."puji Raja. "sudah menjadi kewajiban kita untuk menolong.."jawab Bi Dam. Deok Man dan Er Wu tersenyum lega mendengarnya. "bohong..itu semua hanya akal-akalan mereka saja.. Tuan Putri Huang Shi mengaku demikian karena sudah diperalat Bi Dam."balas Wang Zi. Tak lama kemudian pintu terbuka. Beberapa prajurit masuk membawa salah seorang penculik Putri Huang Shi dan prajurit Pangeran Huang Chung yang dikirim untuk membawa Putri Huang Shi. "hormat hamba Yang Mulia, kami berhasil menangkap para pelakunya."kata prajurit lalu menyerahkan beberapa barang bukti kepada Panglima Yushin. Panglima Yushin segera menginterogasi mereka di hadapan semuanya. Dan mereka mengakui semuanya. Semua yang hadir di situ tercengang "Yang Mulia, silahkan anda membaca surat-surat ini..ini akan menjelaskan adanya konspirasi orang dalam.."kata Bi Dam sambil menyerahkan barang bukti. Semua yang hadir di situ juga kaget. Raja tercengang membaca surat itu. "jadi kau Wang Zi pelakunya, pengawal tangkap dia"perintah Raja geram. Wang Zi berusaha lari. Ia lari ke arah Deok Man. "minggir kau" ujar Wang Zi mau mendorong Deok Man. Deok Man kaget. Bi Dam dan Er Wu berlari cepat melindungi Deok Man dan menjatuhkan Wang Zi. Para prajurit segera menangkapnya dan membawanya. "berdasarkan bukti dan kesaksian yang ada, aku memutuskan Wang Zi akan dihukum. Dan mengenai hukumannya dan keterlibatan Pangeran Huang Chung..aku akan merundingkannya dengan Raja Huang Tang..utusan Wei silahkan buat laporan mengenai kejadian ini kepada Raja Huang Tang..pertemuan selesai.."kata Raja. "maafkan kami Yang Mulia dan Tuan Perdana Menteri atas tuduhan kami..kami benar-benar tidak tahu jika ini adalah perbuatan Wang Zi. kami sungguh meminta maaf."kata para utusan Wei. Raja dan Bi Dam memaafkan mereka. "terima kasih Yushin sudah membantuku"kata Bi Dam. "tak perlu sungkan kawan..pergilah ke tempat Tuan Putri. pasti beliau ingin segera bersamamu..aku akan mengurus para pelakunya."kata Yushin. Bi Dam berjalan ke sisi Deok Man. Sekarang hanya tinggal Deok Man, Bi Dam, Er Wu, dan Putri Huang Shi saja yang masih berada dalam ruangan. "kau bukan pelayan kami bukan?siapa kau?"tanya Bi Dam. "kau Er Wu kan?"tanya Putri Huang Shi. "ya hamba sendiri Tuan Putri..ham.."jawab Er Wu. "mau apa kau disini?membawaku kepada Huang Chung?"bentak Putri Huang Shi. "hamba tidak bermaksud begitu.."lalu Er Wu menjelaskan semuanya. "bohong!..kau sudah meninggalkanku!..kau sudah meninggalkanku.."isak Putri Huang Shi. Er Wu menggengam tangan Huang Shi. "hamba tidak bermaksud begitu..maafkan hamba jika sudah membuat Putri salah paham..hamba tidak akan berbohong pada Tuan Putri.."jawab Er Wu. Putri Huang Shi memeluknya. Deok Man tersenyum melihatnya. Lalu ia menarik tangan Bi Dam yang masih bingung dengan kejadian tadi, agar mereka meninggalkan Er Wu berdua saja. Membiarkan Er Wu menjelaskan semuanya pada Putri Huang Shi.

Taman Istana.
Deok Man duduk menyandarkan dirinya pada Bi Dam.
"maafkan aku tak memberitahumu dahulu Deok Man.."gumam Bi Dam. Bi Dam menceritakan bagaimana ia bisa menolong Putri Huang Shi. "kau mencariku?oh saat itu aku sedang di taman dekat kuil."ujar Deok Man
"ya, dan ada yang aku ingin bicarakan denganmu Deok Man.."jawab Bi Dam. "tentang apa?"tanya Deok Man."mengenai kejadian di ruanganku..maafkan aku..aku juga tidak menyangka..aku.."kata Bi Dam. Deok Man sambil meletakkan telunjuknya di bibir Bi Dam "ssst..aku percaya kau akan setia bersamaku Bi Dam..dan itu bukan salahmu..aku selalu percaya padamu Bi Dam.." Bi Dam memeluk Deok Man erat-erat. "terima kasih Deok Man..aku sangat mencintaimu"bisik Bi Dam. "aku juga mencintaimu Bi Dam."balas Deok Man.
"dan bagaimana bisa kau bertemu dengan Er Wu?dan kenapa ia memakai baju pelayan kita?"tanya Bi Dam. Deok Man tertawa dan menceritakannya. "kau mengacungkan pedangku kepadanya?"tanya Bi Dam kaget. "ya aku kira dia penyusup"tawa Deok Man. "hahaha..mungkin hanya aku satu-satunya yang mempunyai istri mantan hwarang"canda Bi Dam. Deok Man tertawa. "tapi itu berarti aku harus menambah pengawal di rumah..bagaimana jika itu benar penyusup bersenjata dan aku sedang tidak ada..aku tak bisa membayangkan.."ujar Bi Dam khawatir. "pengawal di rumah kita sudah cukup banyak Bi Dam..lagipula aku masih bisa melindungi diriku sendiri..meskipun kemampuan beladiriku tak sehebat kau..kau tak perlu khawatir Bi Dam.."jawab Deok Man. "aku tak akan meninggalkan kau dan anak kita sendirian lagi..aku berjanji.."jawab Bi Dam menggenggam erat tangan Deok Man. Deok Man tersenyum bahagia.
Lalu Er Wu dan Putri Huang Shi menghampiri mereka.
"maafkan perbuatan saya Tuan Putri Deok Man..atas semua perbuatan saya yang tidak berkenan di hati Putri Deok Man dan karena telah melibatkan Perdana Menteri."kata Putri Huang Shi sambil membungkuk. "ah kau tidak perlu membungkuk seperti Putri Huang Shi..aku juga minta maaf.."jawab Deok Man. Er Wu kaget mendengar Putri Huang Shi memanggil Deok Man dengan panggilan putri."ya ampun, jadi anda Tuan Putri Deok Man?saya tidak tahu bahwa istri Tuan Perdana Menteri Bi Dam adalah Tuan Putri Deok Man.. maafkan saya karena memanggil nyonya maksud saya Tuan Putri dengan kurang hormat." "kau menyusup dan bertamu di rumah orang tanpa tahu siapa yang menerimamu?dasar bodoh.."bentak Putri Huang Shi. Deok Man dan Bi Dam tertawa melihatnya. "sudahlah jangan marahi dia, aku tak keberatan jika dipanggil Nyonya.."kata Deok Man. Tak lama kemudian Alcheon datang. Ia datang menyampaikan undangan makan siang bersama sekarang dari Raja untuk mereka berempat. Dan mereka berlima berjalan bersama menuju ruang makan Istana.

Ruang Makan Istana.
Selain Raja dan Permaisuri, hadir juga Panglima Yushin. Deok Man duduk di sebelah kanan Raja, dan Bi Dam di sebelahnya. Permaisuri duduk di sisi kiri Raja, disebelahnya Putri Huang Shi duduk, diikuti Er Wu dan Panglima Yushin. Alcheon diminta Raja untuk ikut dan duduk di sebelah Bi Dam.
"ayo kita bersulang untuk merayakan hari ini"kata Raja. Semuanya mengangkat gelasnya dan bersulang. Karena sedang mengandung, hanya Deok Man yang tidak minum. Banyak hal yang dibicarakan. Er Wu menceritakan kisah lucu masa kecilnya dengan Putri Huang Shi. "ya Tuan Putri Huang Shi dan saya dihukum baginda Raja karena bermain tinta saat belajar..wajah kami belepotan semua apalagi wajah Tuan Putri..dan kami dihukum harus menulis kaligrafi Cina berlembar-lembar.."kata Er Wu. Semua tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "awas kau ya, aku akan ceritakan bahwa kau masih ngompol sampai kau berumur 10 tahun"balas Putri Huang Shi."ah jangan.."kata Er Wu. "apa? sampai usia 10 tahun masih ngompol?hahaha.."tawa Bi Dam. "kau juga begitu Bi Dam..alm. Panglima Munno bercerita padaku kau masih mengompol sampai usia 8 tahun.."tawa Deok Man. Semua tertawa mendengarnya. "apa guru ceritakan itu padamu?huh..tapi aku kan cuma sampai 8 tahun..bukan 10 tahun"elak Bi Dam.
Dan waktu pun berlalu.

Malam hari.
Kediaman Perdana Menteri Bi Dam.
Deok Man duduk di meja bundar membaca buku baru yang dibawakan Bi Dam di kamarnya. Bi Dam yang baru saja selesai mandi masuk ke dalam kamar
"sudah kuduga pasti kau pasti akan langsung membacanya.." "buku ini sangat bagus Bi Dam..aku menyukainya"jawab Deok Man. Bi Dam hanya tersenyum menghela napas. Ia teringat akan kejadian yang sama seperti ini ketika mereka masih di Istana dulu, ketika Deok Man masih menjadi ratu. Lalu Bi Dam menarik tangan Deok Man dan memintanya duduk di ranjang, lalu ia membukakan selimut untuknya "saya senang Yang Mulia menyukainya..tapi Yang Mulia harus istirahat sekarang..kegiatan anda banyak sekali hari ini" Deok Man tersenyum mendengarnya. Ia juga teringat kejadian waktu itu. Lalu Deok Man membaringkan dirinya di tempat tidur dan Bi Dam duduk di sisinya. Bi Dam meletakkan tangannya di atas dada Deok Man "apakah jantung Yang Mulia masih berdebar keras sehingga tidak bisa tidur?"tanya Bi Dam. "terkadang ya, ketika suamiku tidak ada sisiku saat aku akan tidur, jantungku berdebar keras dan sulit untuk tidur tapi demi anakku, aku berusaha untuk tidur..namun sekarang aku bisa tidur dengan nyenyak karena ia ada di sisiku sekarang..aku tak perlu mengkhawatirkan hari esok lagi, karena aku akan melaluinya bersamanya"jawab Deok Man sambil mengusap perutnya dan mengenggam tangan Bi Dam di dadanya. Bi Dam tersenyum, "sekarang tidurlah Yang Mulia, saya tidak akan pernah meninggalkan Yang Mulia lagi..tidurlah..” Deok Man tersenyum mengannguk. Bi Dam mengecup kening istrinya ”aku akan menyusul sebentar lagi..selamat tidur Deok Man..". Lalu Deok Man menutup matanya dan tertidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar