Pages


Jumat, 21 Mei 2010

Chapter 12

Bi Dam yang terbangun lebih dulu ingin membuat kejutan untuk istrinya yang masih terlelap. Ia akan memasak untuk Deok Man. Dengan bantuan pelayan tentu saja. Sewaktu Deok Man masih menjadi pelarian karena diburu Mishil, ia menyukai masakan Bi Dam. Jadi Bi Dam memutuskan untuk membuat sarapan untuk dirinya dan istrinya.
Deok Man akhirnya membuka matanya. Dilihatnya di sisi ranjangnya kosong, dan hanya ia sendiri di kamar. "Bi Dam?"panggil Deok Man sambil merenggangkan badannya. Tak lama kemudian Bi Dam masuk ke kamar sambil membawa nampan besar. Deok Man menghela napas dan tersenyum melihatnya. Ada 2 sumpit dan mangkuk makan kosong, semangkuk besar bubur telur, seporsi besar sayur daging, dengan 1 teko teh hangat beserta 2 gelasnya. "selamat pagi"sapa Bi Dam sambil menaruh nampannya di meja bundar di tengah kamar lalu duduk di sisi Deok Man. "seharusnya aku yang memasak untukmu Bi Dam..itu tugas seorang istri" ujar Deok Man. "tapi ini juga tugas seorang suami untuk membahagiakan istrinya.. nah ayo kita makan..aku tahu bayi kita pasti juga akan menyukai ini."jawab Bi Dam. Lalu mereka makan bersama. "hmmm...enak sekali.."puji Deok Man. "aku harap kau menyukainya"jawab Bi Dam sambil tersenyum.
Hari itu Bi Dam tidak ada tugas sampai siang jadi ia bisa menemani Deok Man pergi sampai makan siang nanti.
Lalu mereka bersiapa-siap untuk berangkat ke tempat tabib. Mereka berangkat ke tempat Tabib Han Hye Jin praktik. Han Hye Jin adalah seorang tabib wanita yang cukup terkenal akan kepiawaiannya dalam pengobatan di Soeraboel.
Setibanya di tempat tabib, Deok Man segera dipersilahkan masuk ke ruang pemeriksaan oleh tabib sedangkan Bi Dam menunggu di luar. Di dalam, dengan seksama Tabib Hang Hye Jin memeriksa nadi,detak jantung,dan perut Deok Man. Lalu beberapa waktu kemudian, Hang Hye Jin dan Deok Man keluar. "kondisi Tuan Putri dan kandungannya sehat.. pertahankan itu..jangan sampai terlalu lelah baik fisik maupun pikiran."saran Hang Hye Jin. Deok Man dan Bi Dam tersenyum lega, lalu mereka mengucapkan terima kasih dan keluar dari tempat tabib tersebut. Mereka berjalan ke toko kain yang hanya berjarak 2 toko dari tempat tabib. Mereka memasuki toko. "ya silahkan tuan dan nyonya."sambut pemilik toko. Deok Man dan Bi Dam melihat-lihat kain yang cocok. "saya ingin mencari kain yang warnanya netral untuk pakaian bayi laki-laki maupun perempuan.apakah ada?"tanya Deok Man. Lalu pemilik toko menunjukkan tempatnya. Di rak tersebut ada kain berwarna biru muda, kuning terang, merah bercorak emas,dll. Setelah selesai memilih, Bi Dam segera membayarnya dan mereka keluar dari toko menuju tandu mereka.

Di dalam tandu.
"hmm.. Bi Dam..ada yang ingin aku tanyakan padamu"tanya Deok Man dengan agak ragu.
"apa itu?"jawab Bi Dam penasaran. "kau ingin bayi kita laki-laki atau perempuan?"tanya Deok Man ragu-ragu.
Lalu Bi Dam mendekap Deok Man erat-erat katanya"bagiku laki-laki ataupun perempuan sama saja, yang terpenting adalah anak dan ibunya sehat dan selamat..kau mengira aku lebih menyukai anak kita laki-laki ya?" "ya pada umumnya, para ayah ingin memiliki keturunan laki-laki daripada peremp.."ujar Deok Man. Lalu Bi Dam memotong ucapannya. "ssst..aku bahagia hidup denganmu dan anak kita baik itu laki-laki ataupun perempuan..itu yang terpenting." sambil mengecup kening istrinya dan mengusap perutnya. Deok Man tersenyum bahagia mendengarnya."nanti jangan lupa kita akan makan siang bersama Putri Huang Shi..Raja dan Permaisuri juga akan ikut.." Deok Man mengingatkan. "entah kenapa malas sekali rasanya..tapi apa boleh buat."jawab Bi Dam. Lalu mereka pulang menuju rumah mereka untuk berganti pakaian, setelahnya mereka berangkat ke Istana memenuhi undangan Putri Huang Shi.
Istana.
Putri Huang Shi berjalan sendirian menuju Ruangan Perdana Menteri. Tentu saja Bi Dam lah yang ia cari. Namun yang ia temukan hanya para Pejabat Kementerian saja. "dimanakah Perdana Menteri Bi Dam?apakah ia tidak ada di sini?"tanya Putri Huang Shi kepada salah seorang pejabat. "Tuan Perdana Menteri belum tiba di sini Tuan Putri. Karena beliau sedang tidak ada tugas. Mungkin beliau sekarang sedang bersama Tuan Putri Deok Man."jawab pejabat tersebut. Mendengar itu, Putri Huang Shi hanya diam dan meninggalkan ruangan dengan wajah murung.

halaman Istana.
"kau pergilah dahulu..aku akan menyusul nanti..ada laporan yang harus kuambil.."ujar Bi Dam. "baiklah." jawab Deok Man. Ketika sedang melewati pelataran Istana,Deok Man berpapasan dengan Putri Huang Shi. "ah senang sekali bertemu dengan Putri Deok Man di sini..ayo kita ke ruang makan bersama."sapa Putri Huang Shi. Deok Man hanya tersenyum mengangguk dan mengikutinya.
Di Ruang Makan Istana.
Deok Man dan Putri Huang Shi memasuki ruangan. Lalu tak lama kemudian Bi Dam datang disusul Raja dan Permaisuri. "hormat saya, Yang Mulia"hormat Bi Dam, Deok Man, dan Putri Huang Shi.
Lalu mereka mengambil tempat duduk masing-masing di meja panjang itu. Raja duduk di ujung meja. Di sisi kirinya, tempat Deok Man duduk, di sisi kanannya tempat Permaisuri duduk. Bi Dam memilih duduk di sebelah kanan Deok Man dan Putri Huang Shi duduk di hadapannya. Hidangan pun mulai disajikan. Mereka semua mulai menyantap hidangan sambil berbincang."Putri Deok Man, kapan bayimu akan lahir?."tanya Permaisuri. "menurut perkiraan tabib,awal bulan ketujuh (Chilseok) tahun depan, Yang Mulia..awal musim panas."jawab Deok Man. Putri Huang Shi terkejut mendengar hal ini namun ia berusaha bereaksi senormal mungkin. "Putri Deok Man, kau sedang mengandung?..aku ucapkan selamat.."ujar Putri Huang Shi. "ya, ini adalah anak pertama kami"sahut Bi Dam tersenyum. "terima kasih"jawab Deok Man sambil tersenyum. "Putri Deok Man, ada yang ingin aku tanyakan padamu?berkaitan dengan jabatanmu sebelumnya..menjadi Ratu"tanya Putri Huang Shi.
"silahkan Putri Huang Shi.."jawab Deok Man. "bagaimana caranya kau memperoleh dan memanfaatkan orang-orang berbakat seperti Panglima Yushin, Perdana Menteri Bi Dam, dan Yang Mulia Raja mendukungmu naik takhta?"tanya Putri Huang Shi. Bi Dam tahu ini adalah pertanyaan menjebak, jika Deok Man salah memilih kata, jawabannya akan terkesan seperti memanfaatkan orang lain. Tapi Deok Man tahu cara menjawabnya. "waktu dan idealis yang samalah yang membantuku mendapat dukungan dari mereka, kebetulan kami mempunyai visi yang sama, jadi ini bukanlah kesengajaan murni, saya bisa bertemu dan berjuang bersama mereka di sini..bukan memanfaatkan mereka tetapi kami berjalan mewujudkan visi bersama-sama"jawab Deok Man. "lantas mengapa kau memilih meninggalkan takhta setelahnya?kau meninggalkan rakyatmu"tanya Putri Huang Shi. "tentu orang-orang sudah tahu, alasan utamanya karena aku ingin hidup damai bersama orang yang aku cintai, tentu setelah aku memperbaiki dasar negeri ini. Dengan menjadi Ratu, aku sudah meletakkan fondasi kesejahteraan rakyat Shilla, dan aku yakin di tangan Yang Mulia Raja, fondasi itu akan dibuat menjadi bangunan kokoh. Dengan meninggalkan takhta bukan berarti aku jauh dari rakyat, justru aku bisa lebih dekat dengan mereka dengan tugasku yang sekarang, sehingga Kerajaan semakin dekat dengan rakyatnya."jawab Deok Man. Bi Dam, Raja, dan Permaisuri kagum dengan jawaban itu. Putri Huang Shi hanya bisa pura-pura tersenyum mendengarnya. "nampaknya ini akan semakin menarik jika dilanjutkan setelah makan siang selesai."ujar Putri Huang Shi. "maafkan saya Putri Huang Shi, tapi saya harus mengunjungi tanah pertanian di dekat sini..melakukan kunjungan rutin."jawab Deok Man. "ah..kunjungan rutin?bolehkah aku ikut ke sana?"tanya Putri Huang Shi. Deok Man agak terkejut mendengarnya. "tentu saja, Putri Huang Shi."Deok Man tersenyum. Setelah itu mereka menyelesaikan makan siang mereka. Kemudian setelah selesai, Putri Huang Shi dan Deok Man pamit kepada Raja, Permaisuri, dan Bi Dam. Bi Dam mengantar mereka berdua sampai ke tandu. Deok Man menatap suaminya "aku akan pulang sore nanti..aku pergi.." "ya..hati-hati..jangan sampai terlalu lelah.."jawab Bi Dam. Dan mereka pun berangkat.
Tempat yang akan Deok Man dan Putri Huang Shi kunjungi adalah sebuah desa yang tak jauh dari Istana. Rencananya Deok Man akan mengangkat istruktur pertanian di sana. "mengapa kau memilih bidang pertanian Putri Deok Man?mengapa bukan bidang lain seperti politik?"tanya Putri Huang Shi. "karena masih banyak lahan potensial yang belum tergarap sedangkan penduduk Shilla adalah mayoritas masyarakat petani, jadi agar kesejahteraan mereka semakin meningkat dan kas kerajaan bertambah..aku ingin sebelum penyatuan 3 kerajaan selesai, rakyat Shilla sudah dapat hidup lebih makmur…bukankah kita harus mengutamakan kesejahteraan di dalam sebelum memikirkan urusan yang di luar?tak ada gunanya wilayah kita luas..namun rakyat kita miskin.. oleh karena itu aku membuat kebijakan ini..dan kenapa aku tidak memilih politik karena jujur saja aku tidak begitu suka dengan politik..aku lebih suka melakukan ini"jawab Deok Man santai.
Akhirnya mereka tiba di tempat tujuan. Di sana Deok Man beserta rombongannya disambut hangat dan meriah di sana. "Tuan Putri, hamba mewakili desa ini mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan Tuan Putri dan kunjungannya ke sini."hormat Kepala Desa. Lalu datang sekelompok ibu-ibu memberi hormat kepada Deok Man dan memberinya tanaman obat, katanya "karena Tuan Putri sedang mengandung, kami membawakan tanaman obat dan berdoa untuk Tuan Putri agar Tuan Putri dan bayi Tuan Putri sehat dan kelahirannya lancar..Tuan Putri dapat membawa tanaman ini ke tabib jika tak percaya." "terima kasih semuanya atas sambutannya juga tanaman obatnya..di tahun pertama kalian ini kalian sudah menghasilkan panen yang cukup besar, pihak kerajaan dan saya sangat berterima kasih karenanya."jawab Putri Deok Man. "ini semua berkat kebijakan Tuan Putri..hidup Putri Deok Man."seluruh rakyat desa bersorak. Deok Man tersenyum. Putri Huang Shi hanya bisa terperangah melihat bagaimana Deok Man sangat dicintai rakyatnya. Sesuai rencana, Deok Man mengangkat seorang instruktur di desa itu lalu mengunjungi lahan mereka. Karena hari sudah mulai sore, Deok Man dan rombongan pamit undur diri, seluruh rakyat desa mengiringi keberangkatannya. Di sepanjang jalan, Putri Huang Shi hanya terdiam.

Istana.
"terima kasih Putri Huang Shi sudah menemaniku"ujar Deok Man. "terima kasih juga Putri Deok Man sudah mengizinkan aku pergi bersamamu."jawab Putri Huang Shi. Lalu Putri Huang Shi berjalan masuk istana. Kemudian Deok Man pulang menuju rumahnya.

Kediaman Perdana Menteri Bi Dam.
"aku pulang"Deok Man berjalan memasuki pintu rumahnya. Para pelayan di situ menyambut dan memberi hormat padanya."selamat datang"sambut Bi Dam dari balik pintu. "mandilah, air panasnya sudah siap, lalu kita makan, masakannya sebentar lagi matang..aku sudah lapar"ujar Bi Dam sambil merangkul Deok Man. "terima kasih Bi Dam" Deok Man mengecup pipi suaminya. Bi Dam sangat senang. Setelah selesai mandi dan makan, mereka beristirahat di kamar mereka.
Deok Man duduk di tempat tidur meluruskan kakinya dan menyandarkan kepalanya ke bahu Bi Dam yang sedang membaca buku di sebelahnya. Deok Man bercerita mengenai kegiatannya tadi. Di tengah ceritanya, Deok Man tersentak memegang perutnya, "aduh". "ada apa Deok Man?perutmu sakit?"tanya Bi Dam khawatir menghampiri istrinya. "aku tidak apa-apa Bi Dam, bayi kita barusan menendang.."jawab Deok Man. "benarkah?"tanya Bi Dam senang sambil meletakkan tangannya di atas perut Deok Man. Bayi mereka menendang lagi. Bi Dam terdiam takjub merasakan tendangan bayinya untuk pertama kalinya. Merasakan tendangan bayinya, air mata bahagia Deok Man menetes, di sisinya Bi Dam juga sangat bahagia. "bayi kita kuat, tendangannya keras sekali" kata Deok Man. "ya, aku sangat senang bisa merasakannya..anak baik..ayah sangat menyayangimu.."jawab Bi Dam sambil mengecup kening istrinya dan mengusap perutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar