Pages


Minggu, 21 November 2010

Our Future Still Continue Chapter 63: The Departure




Hari Keberangkatan

Kamar Putri Deok Man.

Hari masih gelap, namun ayam-ayam jantan sudah mulai menyuarakan datangnya fajar.
Deok Man pun terbangun dari tidurnya. Ia ingat dirinya harus siap-siap untuk berangkat sebelum fajar menyingsing. "selamat pagi.." gumam Bi Dam di sampingnya. Deok Man menoleh menatap suaminya "pagi..kau sudah bangun daritadi?" Bi Dam tersenyum "baru saja.."  lalu ia mengecup kening istrinya "ayo kita bersiap-siap.." gumamnya. Deok Man tersenyum mengangguk. Lalu mereka mendorong selimut mereka bersama-sama dan bangun dari tempat tidur. Deok Man menggandeng tangan Bi Dam "aku ingin kita mandi bersama.." katanya sambil tersenyum. Bi Dam tersenyum mengangguk.  Lalu mereka berjalan bersama menuju kamar mandi mereka.
"byuur.." Bi Dam membilas punggung istrinya lalu mengusapnya dengan minyak mandi untuk menghaluskan kulit. "dari sekian banyak minyak yang kau pakai aku paling suka aroma lavender lain.." Deok Man tertawa geli "minyak yang kupakai hanya ini satu-satunya Bi Dam..tak ada yang lain.." “oh ya?” Bi Dam juga tertawa mendengarnya. "nah selesai..apakah anda mau dipijat juga Tuan Putri?" candanya. Deok Man pun tertawa. Setelah saling menggosok punggung masing-masing mereka pun melangkahkan kaki mereka ke dalam bak mandi untuk berendam. "kyaa.." Deok Man terkejut karena tiba-tiba Bi Dam menggendong tubuhnya lalu memangkunya di hadapannya. “kau membuatku kaget Bi Dam..” ujar Deok Man. Bi Dam hanya tersenyum hangat menatapnya. “aku ingin menatapmu selama mungkin sebelum kau berangkat..bahkan sebelum kau pergi, aku sudah merasa rindu padamu..3 minggu serasa berabad-abad bagiku” gumamnya. Deok Man menghela napas tersenyum lalu mengusap wajah suaminya dengan telapak tangannya, lalu mengecup bibir suaminya “2 minggu..aku berjanji akan segera pulang dalam waktu 2 minggu…aku pasti akan segera pulang begitu semua urusan di sana selesai..…aku janji…” Ia lalu mendekatkan wajah Deok Man dengannya sehingga kening mereka saling bersentuhan. “berjanjilah padaku..untuk selalu berhati-hati di sana..kirim kabar padaku jika mungkin..aku akan segera menjemputmu, jika sesuatu terjadi..” gumamnya. “aku janji..” gumam Deok Man tersenyum. Bi Dam lalu mengecup kening istrinya dan menyandarkannya pada bahunya.

Setelah selesai mandi, Deok Man pun segera bersiap-siap. Para hwarang pilihan Bi Dam yang mengawalnya nanti akan segera menjemputnya. “sebaiknya kau periksa lagi barang-barangmu..siapa tahu ada yang kau lupa Deok Man..” saran Bi Dam pada istrinya. Deok Man mengangguk lalu memeriksa kembali barang-barangnya. Bi Dam pun mencoba mengingat-ingat sekiranya apa yang akan istrinya butuhkan di perjalanan kelak. Dan ia pun teringat sesuatu. “sraak..” dengan terburu-buru ia segera berjalan keluar dari kamar.  “kurasa semuanya sudah lengkap..” Deok Man selesai memeriksa barangnya dan menoleh ke belakang “Bi Dam?” panggilnya. Ia pun mencari ke ruang tengah namun kosong. “apakah ia pergi keluar?” pikirnya. “sraak..” Soo Hye muncul lalu memberi hormat “selamat pagi Tuan Putri..” “selamat pagi juga Soo Hye..” sapa Deok Man. “apakah kau melihat Tuan keluar?” Soo Hye menggeleng. “hmm..kemanakah dia?” pikir Deok Man. “apakah Tuan Putri membutuhkan sesuatu?saya membuatkan bekal ini untuk Tuan Putri..” kata Soo Hye sambil memberikan dua kotak bekal  yang tersusun rapi dan dibungkus kain merah. Deok Man tersenyum menerimanya “terima kasih Soo Hye..” Lalu Deok Man berjalan menuju tempat tidur kedua anaknya. Menatap kedua buah hatinya yang masih terlelap. “kalian jangan nakal yaa..baik-baik sama appa dan Soo Hye..omma sangat menyayangi kalian..” lalu mengecup kening mereka satu per satu. “Soo Hye…tolong bantu Tuan dalam mengasuh mereka..” pinta Deok Man. Soo Hye tersenyum mengangguk “siap Tuan Putri..” jawabnya penuh semangat. “hamba memohon menghadap Tuan Putri..” seru seorang kasim dari balik pintu. “masuk..” jawab Deok Man. Kasim itu melangkah masuk dan memberi hormat. “para hwarang sudah menunggu Tuan Putri di halaman depan Istana..” ujarnya. “baiklah..aku akan segera ke sana..” ujar Deok Man. Barang-barang pun mulai diangkut oleh kasim tersebut, sebelum meninggalkan kamarnya, Deok Man mengecup kening kedua anaknya sekali lagi “omma pergi..” gumamnya. Lalu ia pergi meninggalkan kedua anaknya bersama Soo Hye dan berjalan menuju halaman depan Istana.

Halaman Istana.

Deok Man berjalan menuju halaman depan Istana. Rupanya tak hanya para hwarang sdan Kepala Pengawal Alcheon saja yang menantinya namun juga Yang Mulia Raja dan Permaisuri. Deok Man memberi hormat “maafkan saya Yang Mulia karena telah mengganggu Yang Mulia Raja dan Permaisuri sepagi ini..” Yang Mulia Raja dan Permaisuri tersenyum. “aku hadir di sini sebagai keponakan yang akan menghantarkan keberangkatan bibinya..” Deok Man tersenyum mendengarnya. Para hwarang dan Alcheon memberi hormat kepada Deok Man. “bolehkah ku tahu nama kalian?” tanya Deok Man. Kelima hwarang, yang sudah mengenakan pakaian pengawal biasa untuk menyamar itu mulai memperkenalkan diri mereka. Mereka semua adalah kelima hwarang yang sudah dipilih dan dilatih oleh Bi Dam sebagai pengawal utama Deok Man kelak di samping 10 pengawal biasa. Mereka semua menyamar sebagai pengawal biasa seakan-akan Deok Man adalah putri dari saudagar kaya bukan putri kerajaan, sesuai dengan strategi yang sudah Bi Dam dan Alcheon buat bersama.  Mulai dari baris paling kanan Deok Man.  Hwarang yang membawa busur di punggungnya maju ke depan memperkenalkan dirinya “saya hwarang Il Woo siap menjaga Tuan Putri…” Lalu setelah Il Woo, hwarang di sampingnya memperkenalkan dirinya. Berbeda dengan keempat hwarang lainnya, ia tidak membawa senjata apa-apa. “saya Hwarang Yoong Joon siap melindungi Tuan Putri..” Kemudian hwarang dengan golok besar pun memperkenalkan dirinya “saya Hwarang Bi Ryu, siap menjaga Tuan Putri...”  Lalu hwarang yang membawa pedang di pinggangnya memperkenalkan dirinya juga “saya Hwarang Dae Gil..siap mengabdi kepada Tuan Putri..” Dan yang hwarang yang terakhir maju memperkenalkan dirinya sambil membawa tombak di tangan kanannya “saya Hwarang Shi Yoon siap melindungi Tuan Putri…”  Lalu kelima hwarang itu serempak berlutut di hadapan Deok Man “ kami siap menjaga Tuan Putri!!” seru mereka. Deok Man tersenyum “berdirilah..” “saya yang akan memimpin pengawalan Tuan Putri sampai ke Sungai Nakdong..” ujar Alcheon. “terima kasih Kepala Pengawal..” kata Deok Man. “hati-hati di jalan Tuan Putri…jangan memaksakan dirimu di perjalanan..” kata Permaisuri. Deok Man tersenyum mengangguk lalu memberi hormat. Ia menoleh ke sekeliling, berharap ia bisa melihat Bi Dam untuk yang terakhir kalinya sebelum ia berangkat. Namun nihil, tak ada Bi Dam di sana. Deok Man pun berjalan menuju tandunya.  “toplak..toplak..” suara derap kaki kuda mendekat. Seseorang menunggang kuda menuju halaman Istana. “Bi Dam...” gumam Deok Man. Bi Dam turun dari kudanya dan memberi hormat kepada Yang Mulia Raja dan Permaisuri. “Yang Mulia, mohon izinkan saya menggantikan Kepala Pengawal Alcheon untuk mengawal Tuan Putri sampai ke Sungai Nakdong..” Yang Mulia Raja tersenyum “izin kuberikan..” Bi Dam memberi  hormat “terima kasih Yang Mulia..”. Ia lalu tersenyum menatap istrinya “saya yang akan mengawal anda Tuan Putri..” Deok Man tersenyum  mengangguk dan masuk ke dalam tandunya. Alcheon memberikan pedangnya kepada Bi Dam. “terima kasih, Kepala Pengawal Alcheon..” ujar Bi Dam sambil menyandang pedang itu di pinggangnya. Ia kembali naik ke atas kudanya dan memimpin di depan “berangkat!” serunya.

Pagi hari. Tepi Sungai Nakdong 
Setelah melewati keramaian kota dan jalan setapak di hutan, mereka akhirnya tiba juga di tepi Sungai Nakdong, namun kapal yang akan membawa Deok Man beserta rombongannya belum datang. Sepertinya mereka datang terlalu awal. “hup..” Bi Dam turun dari kudanya dan mengamati keadaan sekitar. Kelima hwarang dan pengawal lainnya berjaga-jaga di sekitar tandu. “sraak..” Deok Man keluar dari tandunya. Ia menghampiri suaminya yang sedang berdiri di tepi sungai. “Bi Dam…” panggilnya. Bi Dam menoleh tersenyum kepadanya. “kau tadi pergi keluar ya?” tanya Deok Man. Bi Dam mengangguk “ada barang yang harus kuambil tadi..”   Lalu Bi Dam menarik tangan Deok Man dengan perlahan dan menaruh sesuatu di telapak tangannya itu. “ini seoyopdo?kau mengambilnya dari rumah?” tanya Deok Man. Bi Dam mengangguk “Seoyopdo kan jimat pelindungmu, meskipun aku sangat berharap tidak akan terjadi apa-apa di sepanjang perjalanan, kuharap ini akan melindungi terus sampai kau pulang..” Kapal yang menjemput Deok Man pun melintas di hadapan mereka. Kelima hwarang dengan sigap masuk memeriksanya sebelum mereka memasukkan barang-barangnya. Deok Man tersenyum mengangguk “kurasa ini saatnya aku berangkat…sampai jumpa Bi Dam…aku pergi..” ia mulai menarik tangannya dari genggaman suaminya. Tiba-tiba Bi Dam menariknya lagi. Deok Man tersenyum hangat menatapnya. “semuanya akan baik-baik saja Bi Dam..aku akan segera kembali ke sisimu, percayalah..”. Bi Dam terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum dan mengangguk. lalu Deok Man menarik tangannya kembali, membalikkan badannya dan berjalan menuju kapal yang sudah siap berangkat. Bi Dam hanya tertegun menatap punggung istrinya. “ya aku pun berharap semuanya baik-baik saja Deok Man..” Dari balik jendela kapal, Deok Man bisa melihat suaminya yang masih berdiri di tepi sungai menatapnya. “aku janji setelah urusan ini selesai…aku akan segera pulang..” gumamnya. 

1 komentar:

  1. buat yg ingin tahu wajah2 kelima hwarang itu bisa dicek di http://www.facebook.com/pages/eLfanfic/155843127767847

    BalasHapus