Scene : Am I selfish?
2 minggu kemudian..
Ruang Kerja Ratu
Semua berkumpul di meja kerja ratu : Panglima Yushin, Pangeran Chuncu, Menteri Pertahanan Kim Seohyun, Perdana Menteri Bidam.
Deokman: ‘Bagaimana persiapan militer kita?”
Yushin : “Semua berjalan dengan lancar Yang Mulia, saya sudah siapkan pasukan untuk menyerang Baeksong sekitar 700 orang, pengembangan senjata militer kita mengalami kemajuan pesat terutama pada alat-alat berat yang akan sangat efektif untuk menyerang benteng, saya juga sudah menyelidiki geografis kota Baeksong dan menerapkan stategi yang cocok untuk dapat menduduki kota Baeksong dengan mudah”
Deokman: “Bagus, aku percaya pada kemampuan Panglima Yushin, ini akan menjadi awal penyatuan 3 kerajaan, sekarang bagaimana dengan persiapan benteng daia?”
Bidam : “Pasukan elite telah siap Yang Mulia, pasukan ini mampu bergerak lebih cepat, saya hanya akan membawa pasukan sekitar 150 orang untuk mengoperasikan alat2 berat. Lagipula kami sudah mengembangkan senjata panah, seperti Yang Mulia pernah lihat. saya sudah menunjuk beberapa hwarang yang dilatih khusus yang akan menjadi tim penyusup benteng, Resimen ini akan berusaha membuka gerbang dari dalam sehingga pasukan penyerang dapat masuk dengan mudah”
Deokman: “baiklah aku yakin kau mampu melakukannya Bidam, aku berharap semua rencana dan strategi dapat dijalankan dengan lancar, menteri pertahanan apa logistic untuk para pasukan siap?”
Kim Seohyun : semua sudah didistribusikan Yang Mulia.
Setelah rapat selesai, semua meninggalkan ruangan. Ketika Bidam hendak keluar dilihatnya Deokman murung. Bidam mengurungkan niatnya dan kembali duduk.
“Ada apa? Kau terlihat murung, apa yang kau pikirkan?”tanya Bidam
“aku memikirkan tentang perang ini, karena ada kau didalamnya maka aku sangat cemas” jawab Deokman,
“seharusnya kau tidak perlu terlalu cemas, semua telah dipersiapkan sebaik mungkin dan lusa kami akan berangkat ke medan perang, jangan khawatir kita pasti akan menang. Kau percaya padaku kan?”hibur Bidam, Deokman menoleh
“akhir-akhir ini aku sering berpikir bahwa aku terlalu egois, melalui perang ini aku seperti mendekatkanmu pada kematian… tidak..tidak..aku tak mau kehilanganmu Bidam”kata Deokman sambil mengeleng-gelengkan kepalanya sedih. Melihat itu Bidam beranjak ke belakang kursi Deokman dan memegang kedua pundaknya, Bidam meremas pundak Deokman pelan tanda menguatkan
“Kau tidak egois, itu hanya salah satu resiko sebagai seorang penguasa, dan kita selalu sepakat bahwa kepentingan negara harus diletakkan diatas kepentingan pribadi. Jangan kau menjadi lemah karena hal ini Deokman. Aku tidak mau kau terlihat muram di depan para pasukan yang akan berangkat lusa, kau harus selalu terlihat semangat dan percaya diri.”Bidam menasehati. Deokman balas meremas tangan Bidam yang masih memegang pundaknya.
“Kau selalu menguatkan dan mengingatkan aku Bidam, terima kasih”kata Deokman.
Malam harinya saat Deokman akan masuk ke kamar, seorang pengawal istana menyampaikan pesan dari Bidam untuk Deokman, yang isinya agar Deokman beristirahat lebih dulu, tidak perlu menunggunya karena malam ini ia sibuk sekali melakukan berbagai persiapan untuk perang, dan benar saja saat keesokkan harinya Deokman tidak menemukan tanda-tanda Bidam tidur dikamarnya. “sudah 4 hari kau tidak menemaniku disini Bidam, aku sangat merindukanmu”gumam deokman mengeluh.
Scene : I’ll be back for you
1 hari sebelum pergi perang..
Ruang kerja Sangdaedung
“Santak!”panggil Bidam di ruang kerjanya
“Ya Sangdaedung”jawab Santak tergopoh-gopoh.
“Mana pesananku, kau bilang hari ini selesai”kata Bidam
“Ya.. ini sudah ada Sangdaedung”jawab Santak sambil menyerahkan kotak indah berwarna merah. Bidam membukanya dan tersenyum melihat isi dari kotak itu.
Kamar tidur ratu
Hari menjelang malam kala Deokman baru datang kembali ke istana setelah mengadakan perjalanan ke beberapa tempat untuk menginspeksi hasil pertanian dan menemui beberapa ilmuwan di kantor riset & pengembangan bersama Chuncu. Setelah membaca beberapa laporan di ruang kerjanya Deokman beranjak ke kamarnya untuk istirahat. Kala Deokman masuk dilihatnya Bidam sedang menunggunya, di atas meja sudah tersedia beberapa hidangan. Bidam tersenyum dan menyambut Deokman dengan berdiri dan memberi hormat.
“selamat datang Yang Mulia, Yang Mulia pasti sangat lelah dari perjalanan tadi”sambut Bidam, Deokman tersenyum
“apa Yang Mulia inginkan terlebih dahulu, mandi atau makan malam? Hamba bidam siap melayani Yang Mulia”lanjut bidam
“Bidam kau ini kenapa? tidak perlu bersikap formal begitu disini tidak ada orang lain”kata Deokman tersenyum, Bidam meraih tangan Deokman dan mengecupnya
“aku akan menjadi pelayanmu malam ini sebagai penganti malam-malam sebelumnya karena aku tidak bisa berada disisimu”ujar Bidam,
“kau mau apa dulu, mandi atau makan? Aku sudah mempersiapkan semuanya”lanjut Bidam. “kurasa aku akan makan dulu, ppff..sebenarnya tadi siang aku sudah makan tapi seleraku muncul ketika melihat makanan ini, sepertinya aku mengenali menu malam ini..”Deokman duduk dan memperhatikan hidangan tersebut
“apa kau yang menyiapkan semua ini?karena sebelumnya dayang istana tidak pernah menyajikan menu seperti ini”tanya Deokman. Disana ada nasi dan mantau, ayam kukus, sayur asin, daging panggang dan kue ketan. Deokman tahu ini makanan favorit Bidam, tapi ia juga menyukainya karena dulu ia sering memakannya ketika dalam pelarian baik waktu pelarian dengan Yushin atau pelarian karena kudeta Mishil, pokoknya kalau bersama Bidam, ia pasti makan menu seperti ini.
“Bukan aku yang memasaknya tapi kusuruh dayang menghidangkan menu ini, kau suka?”ujar Bidam, sambil kedua tangannya menopang dagu dengan sikap santai.
“aku suka sekali, ayo kita makan!’ajak Deokman semangat.
“nanti suatu hari aku akan memasak untukmu, aku sendiri!”kata Bidam. Deokman tersenyum mengangguk. Setelah selesai makan..
“ayo kita mandi.. aku ingin kita berendam bersama-sama”ajak Bidam, sambil menuntun Deokman ke kamar mandi, Deokman menuruti senang.
Seusai mandi, Deokman merasakan ada sesuatu yang menganjal di dalam bantalnya ketika dia hendak membaringkan kepala di tempat tidurnya ‘aneh..ada apa sih?’batin Deokman heran, dibaliknya bantal tersebut dan disana ada kotak kecil berwarna merah.
“Kau sudah menemukannya?”ujar Bidam sambil naik ke atas ranjang.
“Apa ini?”tanya Deokman
“Bukalah”jawab Bidam. Deokman membukanya dan terdapat gelang emas dengan tinggi 3cm berbentuk ukiran tulisan kanji “Deokman Bidam”yang membentuk di sepanjang gelang tersebut.
“ini bagus sekali, pasti sulit membuatnya”kata Deokman gembira sambil terus memandangi gelang tersebut. Bidam tersenyum dan memasangkan gelang di tangan kanan Deokman,
“ini kupesan dari ahli pembuat perhiasan yang terbaik di Soerabeol, aku senang kau menyukainya, Deokman”kata Bidam.
“aku suka sekali, aku tidak akan pernah melepaskannya dari tanganku sama seperti aku tidak mau melepaskanmu dari sisiku, Bidam”kata Deokman.
“aku mencintaimu, ratuku”kata Bidam sambil mengecup kening Deokman lalu berkata “Sekarang tidurlah..kau harus beristirahat Deokman” kata Bidam
“Kaupun harus tidur Bidam, kau akan bertempur besok” kata Deokman sambil berbaring. “selamat tidur Deokman”kata Bidam sambil mengecup kening Deokman, dan merebahkan dirinya di ranjang, menarik Deokman agar tidur dalam pelukannya.
Keesokkan harinya, Bidam bersiap-siap mengenakan baju zirah perang, Deokman membantunya, sampai Bidam lengkap dengan pakaian perangnya.
“Kau harus berhati-hati, dan pegang janjimu untuk kembali padaku”kata Deokman
“Aku pasti akan kembali padamu dan membawa kemenangan untukmu”jawab Bidam.
Setelah Bidam mengecup kedua pipi istrinya, mereka siap ke luar.
Didepan istana telah berkumpul pasukan-pasukan Shilla siap untuk diberangkatkan. Bidam dan Yushin memberikan yel penyemangat pasukan dan berangkat. Deokman menatapnya dari gerbang
‘kau harus menang Bidam, harus.. aku menantimu disini’batin Deokman
“Aku yakin mereka akan menang Yang Mulia”kata Chunchu dari belakang membuat Deokman terkejut seolah bisa mendengar suara hati Deokman.
“Ya mereka harus menang”jawab Deokman.
SPECIAL SCENE (inside bag.8)
“ayo kita mandi.. aku ingin kita berendam bersama-sama”ajak Bidam, sambil menuntun Deokman ke kamar mandi, Deokman menuruti senang.
Bidam membantu melepaskan perhiasan-perhiasan dan membuka pakaian Deokman satu persatu dan menguraikan rambutnya lalu setelah dengan Deokman selesai ia melakukan hal yang sama pada dirinya. “Bress, mereka masuk ke dalam bak mandi besar yang terbuat dari keramik tebal yang didominasi warna merah dan emas dengan ornament khas korea.
Bidam dengan lembut membersihkan badan dan punggung Deokman, begitupun Deokman pada Bidam. Mereka menikmati hangatnya air yang menyelubungi tubuh mereka. Lalu Bidam mengangkat tubuh Deokman dan memangkunya berhadapan, dan bertatapan mesra, kedua rambut mereka basah.
“Aku merasa berat melepaskanmu pergi besok, aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak khawatir kepadamu. Bidam, berjanjilah bahwa kau akan kembali padaku”gumam Deokman “Aku berjanji aku pasti akan kembali padamu Deokman”jawab Bidam
“Aku pasti akan sangat merindukanmu” kata Deokman. Bidam tersenyum dan
“Aku ingin kau melakukan ini..”kata Bidam, lalu ia mengecup kening Deokman lalu berkata “ini kulakukan agar kau selalu mengingatku dan memikirkan diriku”
kemudian mengecup matanya
“ini kulakukan agar kau selalu melihat dan memperhatikanku”
lalu hidungnya
“ini kulakukan agar dalam setiap helaan nafasmu kau dapat merasakan kehadiranku”
lalu pipinya
“ini kulakukan agar air mata yang menetes kepipimu adalah air mata kebahagian untukku”
lalu telinganya
“ini kulakukan agar kau selalu mendengar suaraku”
lalu bibirnya
“ini kulakukan agar kau selalu memanggil namaku”
Bidam menyudahi aksi kecupannya
“Deokman, maukah kau melakukannya?”tanya bidam lembut
“..Bidam ini indah sekali, aku bahagia mendengarnya, tentu saja aku mau melakukannya sepanjang hidupku” Deokman terharu, Bidam tersenyum
“Terima kasih Deokman” bisik Bidam lalu mencium bibir Deokman, Deokman membalasnya dengan mengalungkan tangannya ke leher Bidam erat-erat. Lalu mereka menikmati sensasi bercinta dalam bak mandi tersebut, dilakukan dengan penuh gairah karena mereka akan berpisah besok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar