Our Future Still Continue Chapter 62: One Day Before
1 hari sebelum keberangkatan. Kamar Putri Deok Man
“uhm..” Deok Man perlahan membuka matanya. Senyum Bi Damlah yang dilihatnya pertama kali. Bi Dam tersenyum menatap istrinya yang baru saja bangun “selamat pagi..” “kau sudah bangun dari tadi?” tanya Deok Man. “hmm..baru saja…” jawab Bi Dam. Ia mengusap pipi istrinya,merapikan poninya, lalu menciumnya. Deok Man terlarut dalam ciuman itu sebelum kedua anaknya menyelanya dengan tangisan mereka. Bi Dam pun menghentikan ciumannya dan tersenyum “kurasa anak-anak tidak ingin diabaikan..” Deok Man pun tersenyum lalu bangun dari tempat tidurnya. Diikuti Bi Dam, mereka berdua berjalan menuju tempat tidur kedua anaknya. “Tuan..Tuan Putri..saya membawakan sarapan..” ujar Soo Hye dari balik pintu. “masuklah Soo Hye..” jawab Bi Dam.”Soo Hye pun melangkah masuk ke dalam sambil membawakan sarapan. Sambil menggendong Yoo Na, Bi Dam duduk di meja bundar “ting..ting..” Yoo Na memainkan sumpit dan mangkuk ayahnya. Deok Man ikut duduk di sana sambil menggendong Yun Ho yang sudah bersiap-siap untuk disuapin. “omma?” celoteh Yun Ho sambil menunjuk makanan dengan sumpit ibunya. Bi Dam, Deok Man, dan Soo Hye pun tertawa melihatnya. “kurasa kata-kata berikutnya yang ia bisa ucapkan adalah omma kapan kita makan?” canda Bi Dam. Deok Man pun tertawa lalu menatap anaknya “iya..iya…omma ambilkan..kamu sudah lapar ya?” lalu mengambilkan telur dadar dan kentang rebus yang sudah dipotong kecil-kecil. “Soo Hye..bisa kau siapkan air mandi untuk kami berempat setelah ini?, aku berniat mengajak mereka keluar hari ini…” tanya Bi Dam. “baik Tuan..akan segera saya siapkan..” jawab Soo Hye. Bi Dam lalu menatap Deok Man “hari ini kudengar di kota ada pertunjukan menarik yang dibawakan oleh para saudagar dari Tujue…oleh karena itu aku berniat untuk pergi melihatnya bersama kau dan anak-anak..apakah kau setuju?” Deok Man tersenyum mengangguk.
Setelah mereka berempat selesai makan, mereka pun mandi bersama di kamar mandi mereka yang besar. Sambil memangku kedua anaknya, mereka berempat berendam bersama. “cipak..cipuk..” suara Yun Ho dan Yoo Na bermain air di dalam bak. “apa kau sudah bersiap-siap untuk besok?” tanya Bi Dam. “hmm.sudah..pakaian dan kebutuhanku sudah kukemasi..” jawab Deok Man. Mereka pun kembali diam. Meskipun masing-masing sudah sepakat mengenai keberangkatan Deok Man ke Tang. Namun tetap saja kepergiannya itu menjadi topik yang sebisa mungkin dihindari oleh mereka berdua. Bi Dam sendiri masih khawatir dengan keamanan istrinya dan di lain pihak Deok Man juga merasakan berat melakukannya, meskipun ia sendiri yang menginginkannya. Hati kecilnya tidak dapat berbohong bahwa dirinya sendiri sebenarnya juga tidak ingin pergi meninggalkan keluarganya selama 2-3 minggu ke depan. “aku ingin setelah aku pulang nanti..kita bisa seperti ini terus..” gumam Deok Man tersenyum sambil menatap suaminya. Bi Dam tersenyum menatapnya “tentu..” jawabnya lalu mengecup kening istrinya.
“nah Yun Ho..ayo sini sama appa..” panggil Bi Dam. Yun Ho yang baru saja dipakaikan baju oleh Soo Hye merangkak ke arah ayahnya. Bi Dam menggendongnya “anak appa sudah siap pergi rupanya..” Dan Deok Man pun juga sudah selesai bersiap-siap lalu menggendong Yoo Na “berangkat sekarang?” tanyanya. Bi Dam takjub melihat istri dan putrinya yang berpakaian dengan warna senada. “wah Yun Ho appa rasa saudara kembarmu bertambah satu..” candanya. Deok Man pun tersenyum lebar menahan tawanya. “berangkat!.” ujar Bi Dam semangat. Mereka pun berjalan keluar dari kamar Deok Man “selamat jalan Tuan..Tuan Putri..hati-hati di jalan..” sahut Soo Hye.
Seoraboel. Siang hari.
Kota Soeraboel di siang hari dipadati dengan penduduknya dan para pendatang dari luar. 2 hari yang lalu, para saudagar dari Tujue tiba di Seoraboel. Mereka tidak hanya terkenal karena barang dagangan mereka yang antik-antik namun juga karena atraksi-atraksi yang mereka tunjukkan. “nah kita sampai..” ujar Bi Dam begitu keluar dari tandunya. Yun Ho dan Yoo Na berceloteh gembira. Sepertinya mereka saling mengungkapkan rasa gembira mereka dengan bahasa bayi. Lalu mereka sekeluarga berjalan melewati keramaian orang. Tak ada satu pun menyadari bahwa mereka adalah Sangdaedeung atau Putri Shilla. Semuanya menganggap mereka hanyalah keluarga biasa yang sedang jalan-jalan di kota. “wuush..” terlihat semburan api dari ujung jalan. “sepertinya pertunjukkannya di sana..” gumam Bi Dam. Deok Man mengangguk dan berjalan mengikuti suaminya. Benar saja. Ternyata pertunjukkan baru saja dimulai. Orang-orang dari Tujue membuka pertunjukan mereka dengan pertunjukan api. Mereka melompati lingkaran-lingkaran api dan membuat semburan-semburan yang membuat orang takjub. Yun Ho dan Yoo Na bahkan terdiam serius memperhatikan. Ini pertama kalinya bagi mereka melihat pertunjukan seperti ini. Lalu pertunjukkan pun berlanjut dengan permainan melempar 5 bola sekaligus berputar-putar tanpa jatuh, ada juga yang memutar-mutar piring di atas tongkat. Kemudian dari dalam karavan, keluarlah 5 penari wanita yang menari di tengah diiringi alat musik khasnya. Dengan gemulai, mereka mempertunjukkan tari perut mereka. “wah mereka cantik-cantik sekali..” gumam para penonton pria di situ. Komentar itu membuat istri mereka yang berdiri di samping mereka menjadi kesal. “tetapi jika dibandingkan mereka istriku tetap paling cantik..” gumam Bi Dam. Deok Man pun tertawa kecil “jangan bohong…kau juga menyukai mereka kan?” Bi Dam menatap istrinya “di mataku hanya ada kau dan putri kita yang cantik..” jawabnya. Deok Man pun tersenyum menggelengkan kepala. “preet..” terdengar suara gajah dari balik karavan. Yun Ho dan Yoo Na kaget mendengarnya. Ini pertama kalinya mereka mendengar suara itu. “omma..omma..” celoteh Yoo Na. “itu suara gajah sayang..mereka hewan yang baik hati..” Tak lama kemudian keluarlah 2 anak gajah dari balik caravan. “preet..” suara kedua gajah itu bersama-sama. Rupanya saudagar dari Ayodhya juga ikut meramaikan pertunjukan ini. Gajah-gajah itu menunjukkan kemampuan mereka di bawah instruksi pawangnya. Dari mengangkat satu kaki, duduk dengan kedua kaki, lalu memainkan tali dengan belalai mereka sebagai lompat tali, sehingga orang-orang bisa bermain lompat tali di antara kedua gajah itu. Tak lama kemudian, gajah-gajah itu berjalan mengelilingi penonton. Meskipun, Yun Ho dan Yoo Na tidak rewel begitu gajah-gajah mendekat, Bi Dam dan Deok Man bisa merasakan bahwa kedua anaknya itu takut karena semakin gajah itu mendekat, pelukan mereka semakin erat. “sssh..jangan takut..itu hanya gajah..” bisik Bi Dam dan Deok Man menenangkan kedua anaknya. Akhirnya gajah-gajah itu tiba di depan mereka. Gajah-gajah itu mengulurkan belalainya seperti mengajak jabat tangan. Bi Dam dan Deok Man tanpa ragu memegang belalai gajah itu. Menunjukkan pada kedua anaknya bahwa gajah-gajah itu tidak akan menyakiti mereka. Mulanya Yun Ho dan Yoo Na ragu. Mereka masih mendekap lengan kedua orangtua mereka. “ayo..Yun Ho..gajah-gajah ini ingin berteman denganmu..” gumam Bi Dam pada putranya. Deok Man mencoba mengajak putrinya juga “ayo salaman sama gajah Yoo Na..” Meskipun takut-takut, Yun Ho mulai mengulurkan tangannya ke arah gajah.Tak mau kalah dengan saudara kembarnya, Yoo Na juga mengulurkan tangannya. Kedua belalai gajah itu pun akhirnya mereka sentuh dan mereka tepuk-tepuk. “appaa..omma..” celoteh Yun Ho dan Yoo Na dengan nada bangga dan senang. “anak pintar..” Bi Dam mengusap kepala putranya. “pintarnya putri omma..” ujar Deok Man sambil mengecup kening putrinya.
Setelah selesai menyaksikan pertunjukkan, mereka pun berjalan-jalan sebentar, berkeliling melihat barang dagangan orang-orang asing. “pipa yang unik..” gumam Bi Dam sambil memegang sebuah cangklong. Lalu mereka istirahat di sebuah kedai untuk makan siang dan makan es serut bersama. “brr..” Yun Ho menggigil begitu mencoba sesuap kecil es serut. Bi Dam dan Deok Man pun tertawa melihatnya. Setelah makan es, mereka pun kembali berjalan. Kali ini mereka melewati karavan pelukis dari tanah Barat (Eropa), di sana mereka melihat lukisan-lukisan menarik, pemandangan, dan sebagainya. “kalian sekeluarga mau dilukis?” tanya orang itu dalam bahasa gyerim yang terbata-bata. Deok Man menatap suaminya. Bi Dam tersenyum mengangguk. “boleh..” jawab Deok Man. Mereka berdua pun duduk sambil memangku Yun Ho dan Yoo Na di hadapan pelukis itu. Dibantu asistennya, dengan cermat, pelukis itu mengerjakan lukisan mereka yang cukup besar ukurannya. Selesai dilukis, lukisan itu digantung di dekat tungku api agar kering. “nah selesai..” ujar pelukis itu sambil mengambil lukisan lalu menunjukkannya kepada mereka. Bi Dam dan Deok Man terdiam kagum menatap lukisan itu. Lukisan mereka sebagai satu keluarga. “appa..omma..” celoteh Yun Ho dan Yoo Na sambil menunjuk-nunjuk lukisan itu. “iya sayang itu lukisan appa, omma, dan kalian berdua..” jawab Deok Man tersenyum kepada kedua anaknya. Setelah membayar sejumlah uang, mereka membawa pulang lukisan itu dan kembali berkeliling. Hari sudah semakin sore, orang-orang pun mulai membereskan barang dagangan mereka. “hoaahmm..” Yun Ho dan Yoo Na menguap bersamaan. “sepertinya mereka sudah lelah…kita pulang?” tanya Bi Dam. Deok Man tersenyum mengangguk “kita pulang..”
Malam hari. Kamar Putri Deok Man.
“lihat mereka tidurnya cepat sekali..” gumam Bi Dam menatap kedua anaknya yang sudah tertidur pulas. Deok Man tersenyum mengangguk, kemudian mengecup kening kedua anaknya sebelum ia sendiri pergi ke tempat tidurnya. “selamat tidur..tidurlah yang nyenyak” gumam Bi Dam lalu mengecup kening istrinya. “ya..kau juga..” jawab Deok Man. Mereka pun menarik selimut mereka masing-masing. Deok Man memejamkan matanya,namun hatinya terus berdebar-debar, seakan-akan ada sesuatu yang harus diungkapkannya sekarang. Perasaannya menjadi berat untuk pergi besok setelah melewati hari ini bersama anak-anak dan suaminya. “Deok Man..besok kau akan pergi..seandainya aku bisa memintamu jangan pergi…” pikir Bi Dam dengan mata terpejam. “Bi Dam..Deok Man..” panggil mereka bersamaan. Mereka pun saling bertatapan. “besok kau akan berangkat..aku..” gumam Bi Dam. Deok Man pun tak bisa menahan dirinya lagi, ia mendekatkan wajahnya lalu mencium suaminya. Bi Dam pun membalas ciuman itu dengan penuh gairah. Bukan gairah karena nafsu namun karena perasaan cintanya yang begitu besar terhadap istrinya. “Deok Man...” gumam Bi Dam dalam sela nafasnya. “ “aku sangat mencintaimu Bi Dam..sangat..bahkan sebelum aku pergi aku sudah merindukan semua ini..” gumam Deok Man menatap suaminya yang sekarang ada di atasnya. Bi Dam tersenyum menatap istrinya. Ia lalu mendekatkan ke wajah istrinya hingga ia bisa merasakan nafas istrinya berhembus ke arahnya “aku juga sangat mencintaimu Deok Man…melebihi apapun di dunia ini…” Deok Man pun kembali mencium suaminya. Perlahan ia mulai menanggalkan pakaian suaminya. Malam itu, mereka bercinta.
weii...muntap bercinta lagi...good..kalu bisa diperjelas * looch...efek ero sist miya *
BalasHapuswkwkwkkkwk..dasar...
BalasHapusonnie...........
BalasHapusmian dah lama gak muncul.
hehe,,,
onnie....
mian gak ngisi blog nya.........
hehehe.
onnie, entar ier entri lg. mksh onnie gak pecat ier.....
asisten yang imut.
dedek abang nam gil tersayang......
ya amppuuuun ier..kmana saja dirimu selama ini??? (lebaaay) hhw..sekarang temen2 trueeyes pada maennya di fb sejak trueeyes ditutup.. ada sist Youlee, sist Nyta, Sist Destira,dkk..
BalasHapuskamu maen ke sini aja http://www.facebook.com/pages/eLfanfic/155843127767847
ayo maen ke sana..hhe
Hai sist miya, it's me GongjuHime.. Saya kembali. Pasti kangen khan?? Iya khan,,,iya khan?? *keGeeRanGaje*.
BalasHapusSejak di tinggal d chap 59, ternyata udah lanjoot ajah sampe chap 62. Ketinggalan sekalee...
Hot'na dapet, meski gak dijelasin rinci, spt chap 57.
Okeh dee... A.S.AP~
hhw...dasar... bagus d kalo suka ma chapter2nya hhe...
BalasHapus