Pages


Selasa, 16 November 2010

Our Future Still Continue Chapter 61: Goguryeo, Baekje, and Shilla



2 hari sebelum keberangkatan Putri Deok Man

Malam hari.
Ruang Kementerian.Istana Pyongyang,  Goguryeo
“Tuan..apakah Tuan yakin untuk mempercayai orang itu?dengan semua rencananya?apalagi tentang rencana yang ini..bagaimana jika Shilla ternyata..” tanya salah seorang pejabat kepada Perdana Menteri Yeon Gaesomun. Yeon Gaesomun menatap pejabat  itu “apa kau kira aku tidak mempertimbangkan ini sebelumnya?kau meragukanku?”  “bukan..bukan begitu..hanya saja…apakah itu berarti kita mendukung…” “sudah cukup…apapun itu bukan Goguryeo yang mengalaminya..sekarang yang harus kita fokuskan adalah bagaimana kita melaksanakan rencana yang sudah kita buat sebelumnya….jangan sampai itu gagal..kalian mengerti?” seru Yeon Gaesomun. “ya Tuan..” jawab seluruh pejabat yang ada di ruangan itu. “tidak sampai 1 bulan, semuanya akan tunduk di bawah Goguryeo..” pikir Yeon Gaesomun dengan senyum penuh arti.

 Ruang Pertemuan Raja. Istana Ungjin, Baekje
Suasana di dalam ruangan sangat tegang, sepertinya Raja Uija sedang menahan murkanya.  “Yang Mulia, apakah tidak sebaiknya anggaran militer dinaikkan?” usul salah satu pejabat. “ya Yang Mulia..kita sudah tertinggal cukup jauh dengan Shilla dan Goguryeo terutama sejak pemutusan hubungan aliansi dengan Goguryeo, bahkan Jenderal Gyebaek sekalipun akan kesulitan untuk menyerang jika kondisinya seperti ini..” “siapa yang akan memerintahkan kalian berperang?!” bentak Raja Uija.  Semuanya diam.  “Panglima Daemusin!!”panggilnya. Kemudian seseorang dengan pakaian besi hitam lengkap melangkah maju “ya Yang Mulia..” “kudengar kau yang mempengaruhi para pejabat untuk menaikan anggaran perang?…aku tahu kalian pasti sangat ingin berperang karena dengan begitu kalian bisa mendapat wilayah kekuasaan tambahan dari setiap wilayah yang Baekje taklukan..ya kan?di saat negara sedang mengalami krisis..kalian justru mempertimbangkan diri kalian sendiri…dahulukan kesejahteraan dalam negeri …Baekje pun akan semakin terpuruk jika kalian terus memaksakan demikian..” Panglima Daemusin hanya terdiam. “sudahlah…aku akan menutup pertemuan hari ini..” ujar Raja. Satu per satu para pejabat keluar dari ruangan. “kesejahteraan?harga beras di pasar pun mungkin Yang Mulia Raja tidak tahu…wilayah kita semakin sempit…Kerajaan mengambil lahan kita namun tidak mendukung kita memperluas lahan…”keluh salah seorang pejabat begitu mereka masuk di ruang kementerian. “sraak…”  Panglima Daemusin melangkah masuk dan duduk di tengah para pejabat. Meskipun statusnya hanya Panglima, tapi ia adalah putra Raja sebelumnya namun dari selir. Ia adalah kakak tiri Raja Baekje yang sekarang.  Sebelum ia menjabat sebagai Panglima, dirinya diasingkan di Wei oleh Permaisuri, Ibu dari Raja Uija. Dan setelah Permaisuri  wafat, ia pun dipanggil oleh Raja Uija untuk menempati posisi Jenderal sebelum pada akhirnya ia naik pangkat menjadi Panglima tak lama setelah Panglima sebelumnya wafat.  “lalu kalian semua berpihak kepada siapa sekarang?”  tanya Panglima Daemusin. Mereka semua terdiam. Namun Daemusin mengerti makna diam itu. “jika kalian berada di pihakku, aku membutuhkan semua pasukan yang ada di bawah komando kalian untuk bersatu di bawah komandoku...” katanya sambil bangun dari duduknya  “tapi Panglima…apakah benar nanti Panglima berencana untuk…”  “kalian tak perlu memikirkan itu…lebih baik kalian pikirkan saja jabatan dan kekuasaan yang kalian inginkan kelak..” selanya. Daemusin pun  melangkah keluar dari ruangannya. “Panglima..”  Daemusin pun menoleh. Rupanya Jenderal Gyebaek yang memanggilnya.  “Panglima..saya sudah mendengar bahwa Yang Mulia sangat marah..” Daemusin tersenyum “tak ada yang perlu kau khawatirkan..aku baik-baik saja…” “lalu mengenai Jenderal Hodong saya…” “banyak yang bilang Jenderal Hodong banyak berubah sejak wajahnya terluka..meskipun aku baru mengenalnya..tapi kurasa ia masih merupakan salah satu Jenderal terbaik di Baekje ini sama denganmu..tak perlu ada yang kau khawatirkan…aku percaya pada kemampuannya…” Lalu Daemusin pun kembali berjalan meninggalkan Gyebaek. “Hodong..Gyebaek..kalianlah kunci dari ini semua..dan aku yang akan menggunakannya untuk membukanya” gumamnya.

Perbatasan Wonju. Kamp Militer Shilla.
Yushin berdiri di luar kemahnya. Menatap terangnya bintang di langit, sambil memikirkan strategi berikutnya. Seorang prajurit berjalan menghadapnya dan member hormat. “apa kau sudah mencari tahu?” tanyanya. Prajurit itu pun segera menyerahkan gulungan yang di bawanya. “Yushin membacanya.  “prajurit Shilla sendiri yang mengatakan itu? Tak mungkin…kau yakin dengan laporan ini?” ujar Yushin tak percaya. “ya..Panglima..salah satu dari pejabat Goguryeo sendiri yang mendengar bahwa prajurit Shilla yang mengatakan itu ketika ia sedang berada di perbatasanShilla- Baekje 4 bulan lalu… Ia tak sengaja mendengarnya…lalu ia segera melaporkannya…” “prajurit Shilla di perbatasan Baekje 4 bulan lalu?bukankah kita sudah menarik semua pasukan kita dari sana..sesuai kesepakatan kita dengan Raja Baekje…” “ya itu dia yang aneh bagi kami..tetapi pejabat tersebut yakin dengan apa yang ia lihat dan dengar..ia yakin itu pakaian prajurit Shilla…dan mengenai Bekje..sepertinya ada pergolakan di dalam tubuh pemerintahannya yang ditutup-tutupi oleh pihak Istana..para bangsawan di sana mulai tidak menyukai kebijakan Raja yang sekarang…terlebih sejak pemutusan aliansi dengan Goguryeo…mereka mulai  mendukung Panglima Daemusin..”   “Daemusin?aku rasanya pernah mendengar nama itu ketika berada di Wei..” tanya Yushin.  “ya..Panglima Daemusin, putra Raja sebelumnya dengan selir itu  memang sempat belajar di militer dan menjadi salah satu yang terbaik  selama pengasingannya di Wei..dan sekarang Raja Baekje memanggilnya dan menempatkannya sebagai jenderal dan kemudian ia naik pangkat sebagai Panglima setelah Panglima Taejo wafat..” Yushin pun bepikir sejenak “ ya aku ingat..Tuan Putri Huang Shi pernah menyebut nama Daemusin ketika kami sedang berkunjung ke tempat pelatihan militer di Wei..Tuan Putri bilang bahwa ada seorang yang diasingkan ke Wei dan menjadi yang terbaik di sana..Daemusin namanya..ya Daemusin..namun karena Raja Uija memutuskan untuk menghentikan perang dan bertahan, aku belum pernah mendengar tindak tanduk Daemusin sebagai Panglima Baekje..” “dan sepertinya Panglima Daemusin sendiri diam-diam melakukan persiapan militer di belakang Raja…saya tak tahu bagaimana mereka bisa memasok senjata di saat tempat pembuatan senjata telah ditutup oleh Raja..tapi mengenai pasukan..jika para bangsawan benar-benar berpihak kepada Daemusin..saya rasa mereka akan merelakan pasukan mereka untuk Daemusin..””hmm..Daemusin..Daemusin..kurasa sekarang kita tak hanya waspada terhadap Goguryeo tapi juga Baekje...” gumam Yushin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar