Pages


Senin, 01 November 2010

Our Future Still Continue Chapter 53: Tang Empire



Sore hari. Kediaman Bangsawan Il Myung Min
Bi Dam keluar dari tandunya. Bersama Alcheon, dia memasuki halaman depan kediaman Bangsawan Il Myung Min. Para pelayan menyambut mereka dan mempersilahkan mereka masuk ke ruangan yang sudah disiapkan. Seorang kasim pun berlari tergopoh-gopoh menghampiri Bangsawan Il Myung Min yang berada di bengkelnya, sedang mengamati pedang yang dipegangnya.  “Tuan…Tuan… Tuan Perdana Menteri dan Tuan Kepala Pengawal sudah tiba..”  katanya. “baiklah..aku akan segera ke sana..” jawabnya sambil membawa kedua belah pedang di tangannya. “benarkah Tuan Perdana Menteri sudah datang?” tanya You Hee kegirangan.”kakak ayo kita ikut paman..” kata Young In sambil menari-narik lengan baju kakaknya, Yuri. “kalian..jangan berisik..ini bukanlah kunjungan keluarga..” tegur Bangsawan Il Myung Min. “ya paman..” jawab mereka berempat pelan. Bangsawan Il Myung Min pun pergi ke tempat para tamunya sudah menunggunya. “kakak, Zhi Youn..ayo kita diam-diam ikuti paman..” kata Yuri. “kau gila ya..bagaimana kita mungkin menguping pembicaraan Tuan Perdana Menteri dengan paman?” “aku tahu tempatnya yang bisa mengintip dengan aman tanpa diketahui siapapun..” jawab You Hee. Setelah berhasil membujuk Zhi Youn mereka pun pergi mengikuti You Hee.

Ruang Tamu.
“sraak” pintu ruang tamu terbuka, Bangsawan Il Myung Min masuk dan memberi hormat kepada Bi Damdan Alcheon yang sudah duduk di dalam ruangan itu. “maafkan hamba Tuan jika membuat Tuan berdua sekalian menunggu..”  katanya. “tak apa-apa..” jawab Bi Dam tersenyum. Bangsawan Il Myung Min lalu meletakkan salah satu pedang yang dibawanya di atas meja. Pedang yang diminta Bi Dam untuk diselidikinya.  “kau sudah mengetahui asal pedang ini?” tanya Bi Dam. “sudah Tuan..hamba sudah mengetahui asal kedua pedang ini…” Alcheon mengamati pedang di hadapannya dan memegangnya. “besi gagang dalam pedang Shila seharusnya tidak polos seperti ini..ada lambang kerajaan yang terembos emas di dalamnya..” tutur Alcheon.  Sementara itu dari celah lubang dekat vas bunga, Zhi Youn dan para sepupunya sedang mengintip dari ruangan sebelah sambil berbisik-bisik satu sama lain. “kalian bisa tahu darimana tempat ini?” tanya Zhi Youn. “kami membuatnya..”jawab Yuri. “kalian membuatnya?” tanya Zhi Youn. “iya..kami bertiga penasaran dengan percakapan kau dengan Tuan Kepala Pengawal setelah  kau pulang menangis itu.. Kak You Hee mempunyai ide brilian seperti ini..” jawab Young In polos. “tunggu jadi kalian menguping pembicaraanku? “ geram Zhi Youn. “ssst…jadi ngga kedengeran nih..” bisik You Hee. “kira-kira kenapa ya tiba-tiba Tuan Perdana Menteri datang menemui paman dan memintanya memeriksakan pedang?padahal kan di istana banyak ahli pedang yang lebih handal dan terpercaya..” tanya Yuri  “aku juga tak tahu..tapi sepertinya Tuan Alcheon yang mengenalkan paman kepada Tuan Perdana Menteri…” jawab Zhi Youn. Mukanya memerah begitu ia menyebut nama Kepala Pengawal Istana yang disukainya itu. “mukamu merah sekali Zhi Youn padahal baru menyebut namanya..ayo sini kau bisa melihat dia dari sini..kau sudah lama tidak bertemu dengannya bukan?” tanya Yuri. “iya..aku sedang sibuk akhir-akhir ini..begitu juga dengan dirinya..” jawab Zhi Youn. “sssst..kalian ini ngeributin apa sih?aku kan jadi tidak bisa mendengarnya?” omel You Hee.
“benar sekali  Tuan…pedang ini hanya menggunakan gagang luar pedang Shilla..” jawab Bangsawan Il Myung Min. “jadi menurutmu..ini pedang bukan buatan sini?” tanya Bi Dam. “ya Tuan..bahkan seharusnya rakyat Shilla tidak ada yang memiliki pedang ini..karena ini adalah pedang milik kerajaan lain..” lalu ia menunjukkan kepada Bi Dam dan Alcheon bukti yang menunjukkan identitas pedang itu. “Pedang Shilla memiliki identitas embos emas  lambang kerajaan di gagang dalamnya, sedangkan Goguryeo mengukirnya di pangkal pedangnya…dan Baekje gagang dalam pedangnya terbuat dari perunggu..apakah Tuan Perdana Menteri menyadari keanehan dari pedang ini?” tanya Bangswan Il Myung Min. “ya pedangnya lebih ringan dari pedang biasa..aku berasumsi itu pedang jenis baru dari Baekje atau Goguryeo..”  jawabnya. ”ini  bukan jenis baru...pedang ini memang dibuat lebih ringan karena lama waktu lebur dan kandungan baja di dalamnya berbeddengan yang umum dipakai..ringan menjadi keunggulannya namun sayang pedang ini umumnya tak bertahan lama alias mudah patah..tak hanya Shilla dan Goguryeo yang memasang  lambang kerajaan di pedangnya…Tang pun juga..” “Tang?” sergah Alcheon. Bagsawan Il Myung Min meletakkan di atas meja pedangnya yang satu lagi. Pedang yang sudah dibongkar gagangnya. “Tuan pasti mengenal lambang ini kan ?meskipun Dinasti Tang membebaskan pembuatan pedang bagi rakyatnya yang sebagian besar adalah pandai besi sehingga hasil setiap pedang di sana bisa berbeda-beda..tapi lambang kerajaan ini menujukkan bahwa pedang ini adalah pedang dari Kekaisaran Tang…rakyat sangat bangga akan hal ini..ini akan dianggap pusaka bagi keluarga mereka..karena pedang mereka diakui oleh kekaisaran..” katanya sambil menunjukkannya kepada Bi Dam dan Alcheon. “ya..aku tahu lambang ini..aku ingat..” jawab Bi Dam. Teringat olehnya lambang kerajaan yang terstempel di undangan dari Tang tadi. Undangan dari Kaisar Taizong dari Dinasti Tang kepada Putri Deok Man untuk menghadiri perayaan 1 tahun Kaisar Tang naik takhta.  

Sore hari. Istana.
“para pejabat kementerian memohon kepada Yang Mulia untuk beraliansi dengan Tang…namun belum ada tanggapan..aku harus menemui Yang Mulia..” pikir Deok Man yang sedang berjalan sendirian melewati pelataran Istana.  ”Tuan Putri...” seseorang memanggilnya dari belakang. Deok Man menoleh. Dari penampilan orang itu, Deok Man  tahu bahwa orang itu pasti utusan dari Negeri Tang. Orang itu menghampiri Deok Man dan memberi hormat kepadanya. “bukankah kunjungan dagang biasanya akan baru dilakukan bulan depan?ada keperluan apa sehingga Tuan datang secepat ini?” tanya Deok Man. Orang itu pun heran mendengar jawaban Deok Man. “saya adalah untusan yang mengantar undangan Tuan Putri..apakah Tuan Putri belum membacanya?” jawabnya “undangan untukku?undangan apa?” tanya Deok Man heran. Seingatnya tak ada kasim atau pejabat yang memberitahukan ada undangan untuknya.   Utusan itu sadar bahwa  undangannya belum sampai kepada tujuannya. Ia pun menyampaikan maksud undangan dari Kaisar Tang kepada Deok Man.

Ruang Kerja Raja.
“Yang Mulia, semua pejabat memohon kepada Yang Mulia agar Yang Mulia membuka hubungan aliansi militer dengan Tang…” kata Kim Seo Hyun.  “ya Yang Mulia..mungkin kita harus mempertimbangkan membuka hubungan militer kita dengan Tang..Goguryeo sudah bersekutu dengan Wa..itu menjadi sinyal bahaya bagi negeri ini “ “kalian bermaksud mendorongku untuk menyetujui undangan dari Tang? selama pelakunya belum ditemukan…aku belum bisa memberikan keputusan mengenai undangan itu..nyawa Putri Deok Man sedang diincar..dan kalian mau aku mengirimnya ke tempat yang mungkin saja ternyata ada yang mengincarnya?” sergah Yang Mulia. “bu..bukan begitu maksud hamba.. Yang Mulia..” jawab Kim Yong Chun panik. “Putri Deok Man memohon menghadap Yang Mulia…” seru kasim penjaga pintu. Yang Mulia kaget mendengar siapa yang ingin menemuinya.  Begitu juga Kim Seo Hyun dan Kim Yong Chun. “jangan-jangan Tuan Putri mendengar percakapan tadi?” pikir mereka. “sraak..” Deok Man melangkah masuk ke dalam ruangan. Kim Yong Chun dan Kim Seo Hyun memberi hormat lalu pindah tempat duduk ke samping kanan Raja.  Deok Man lalu memberi hormat kepada Yang Mulia sambil berkata “hamba mohon..izinkan hamba menghadiri undangan dari Dinasti Tang guna membuka hubungan diplomasi militer dengan Dinasti Tang kembali…hamba yang harus bertanggung jawab..” katanya sambil membungkukkan badannya. Semua yang berada di ruangan itu kaget mendengarnya dan ketegangan dipecahkan oleh seruan seorang kasim yang mengumumukan kehadiran Bi Dam. “Perdana Menteri memohon menghadap Yang Mulia..” serunya. Yang Mulia yang masih tercengang mendengar perkataan Deok Man tadi meminta Bi Dam untuk masuk. “sraak..” Bi Dam membuka pintu dan melangkah masuk. “Deok Man?apa yang sedang dilakukannya di sini…” pikirnya begitu melihat istrinya sedang membungkuk kepada Yang Mulia. “hamba mohon izinkkan hamba pergi ke Kekasaisaran Tang..untuk menghadiri undangan itu..” kata Deok Man mengulangi permohonannya. Bi Dam tersentak kaget mendengar permohonan Deok Man barusan “tidak..jangan Yang Mulia..jangan..” sergahnya.

Kekaisaran Tang. Istana.
“tap..tap..tap..” seorang kasim berjalan menunduk  untuk menghadap Penguasa Negeri Tang, Kaisar Taizong. Dari jarak 300 langkah, Kasim itu sujud memberi hormat kepadanya. “apakah undangan itu sudah sampai  ke Kerajaan Shilla?” “sudah Paduka, hamba mendapat kabar bahwa utusan kita sudah tiba di sana..” jawab kasim itu. “bagus..bagus.harinya sudah semakin dekat..” kata Kaisar Taizong sambil membelai janggut hitam panjangnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar