BAGIAN 2
Scene = All must die..
Benteng Menghwa
Bidam turun dari kudanya setelah sampai di gerbang pintu benteng, dibelakang terlihat beberapa orang pengawal mengikutinya. Yeomjong menyongsong kedatangan Bidam, melihat Yeomjong datang Bidam mendengus sebal.
“Sandaedung Bidam, anda darimana?, mengapa anda pergi tanpa memberitahukanku sama sekali, aku mencari anda dimana-mana..!!” tanya Yeomjong terengah-engah.
“Aku memeriksa beberapa tempat dan mencari informasi mengenai pasukan istana…, kita harus mengadakan pertemuannya secepatnya. Akan ada perubahan rencana…!!”jawab Bidam.
Yeomjong: “Rencana apa?, informasi apa yang Sangdaedung dapat, mengapa anda menyelidikinya seorang diri?”
“Aku harus turun tangan sendiri untuk menyelidikinya.. Kau tidak tahu apa-apa kan?! lantas apa saja kerjamu..!!” bentak Bidam
“Apa kau tahu bahwa pasukan Yushin akan menyerang kita malam ini!! kita kalah jumlah pasukan dengan Yushin, aku akan adu strategi dengannya kalau kita ingin menang, tidak ada jalan lain kita harus mengulur waktu mereka hingga kita dapat tambahan pasukan dari bangsawan lain..”
“Yeomjong….!!!”lanjut Bidam
“Sekarang kau atur agar pasukan Bangsawan Jujin, Bangsawan Piltan, Bangsawan Wangyun, dan Bangsawan Hojae mengatur barisan dan keluar dari benteng lalu tempatkan dan pimpin pasukan mereka di celah gunung Nangsan, itu jalan satu-satunya bagi pasukan Yushin untuk menuju kemari, aku ingin mereka sekuat tenaga menahan pasukan Yushin agar kita dapat memperkuat pertahanan benteng. Lalu suruh Bangsawan lain berkumpul termasuk kau, aku akan menunggu di ruang pertemuan….. CEPAT..!!” perintah Bidam.
“Ya… Sandaedung, segera laksanakan” Yeomjong segera pergi, mukanya masih pucat, kaget dan binggung.
Setelah Yeomjong pergi, Bidam segera mendekati salah satu pengawal dibelakangnya tadi “Kau.. lakukan apa yang telah aku rencanakan, mengerti..!!”
“siap.. Sangdaedung Bidam”.
Di Ruang Pertemuan, tampak Bidam dan Bangsawan lain termasuk Yeomjong, sedang mengatur strategi, lalu datang seorang pengawal langsung mendekati Bidam dan mengangguk sebagai tanda bahwa semua sudah beres, Bidam mengangguk dan mendelikkan mata lalu pengawal itupun keluar…
Bidam berdiri dan mengeluarkan pedang dari sarungnya menatap pedangnya sessat, semua hadirin tampak binggung.
“Kalian tahu, aku paling benci dikhianati dan diperdaya….!! Kalian sekelompok orang-orang yang bodoh dan tolol” Kata Bidam dengan tatapan tajam ke arah para pengikutnya
“KAU Yeomjong, aku tahu semua tipu dayamu, semua ini rencanamu kan? memperdayai aku agar aku mau berkhianat pada Yang Mulia dan ikut dalam rencana busuk kalian. KAU BANGSAT!!!” lanjut Bidam tanpa basa basi menikamkan pedangnya di dada Yeomjong,Yeomjong tewas dengan mata terbelalak, melihat itu semua para bangsawan sontak berdiri dan kaget…
“KALIAN MASUK.. !!!”teriak Bidam, lalu beberapa orang masuk memakai pakaian hitam dan penutup wajah, “Jangan biarkan satu orangpun keluar dari ruangan ini, bunuh mereka semua…!!!”perintah Bidam.
“APA MAKSUD DARI SEMUA INI..??” Misaeng bertanya…
Bidam : “Apa kalian pikir aku begitu bodoh masuk ke perangkap kalian untuk mengadakan pemberontakan ini, kalian semua harus mati..!!, aku sama sekali tidak mau menjadi segerombolan pecundang seperti kalian, kalian harus membayar semua penghianatan ini terutama untuk Yang Mulia Ratu Deokman..!!”
Bojong : “KAU BANGSAT, BIDAM!! Kau tidak mungkin lolos dari hal ini!!!” lalu pertempuran sengit tidak bisa terelakkan, di dalam ruangan itu terjadi pembantaian semua bangsawan pengikut Bidam.
Namun Hajong dan Bojong berhasil lolos…
Bidam : “Sialan…, kejar mereka!! Tidak ada satu orangpun yang boleh lolos” Bidam dengan mudah mengalahkan yang lainnya termasuk Bangsawan Misaeng, pamannya. Ketika hampir mati Misaeng menarik lengan Bidam dan bicara terpatah-patah menahan nyawanya
“Kau memang anak kakakku…. Ambisimu demi memiliki ratu kau tega membunuh semua penghalangmu meskipun itu keluargamu sendiri…kau persis ibumu hanya kau sangat kejam… Bidam”
“Aku tidak sama dengan ibuku, ibuku mengejar mimpi yang mustahil dia peroleh dan memilih jalan akhir yang tragis sebagai orang yang kalah, sedangkan aku.. aku hanya mempertahankan apa yang seharusnya kudapat selama ini, aku adalah pemenangnya, karena aku sudah menjadi raja di hatinya, p a m a n, kejam..heh..”lenguh Bidam
“dimana-mana pun seorang pemberontak dan penghianat akan menemui kematiannya cepat atau lambat, mereka tidak akan pandang bulu keluarga atau bukan, kalian hanya keluarga sebagai darah tapi bukan dalam jiwaku” lanjut Bidam. Misaeng hanya terpana dan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
“Maafkan aku paman, tapi tidak ada jalan lain bagiku, dia sangat berarti bagiku, aku tidak mau kehilangan dia” kata Bidam pelan sambil meletakkan tubuh Misaeng pelan.
Diluar ruang pertemuan, pertempuran antara orang-orang Bidam, Hajong, Bojong dan beberapa pasukan pemberontak berlangsung sengit. Bidam ikut terjun ke medan pertempuran namun pedang Bojong mengenai bahu dan lengan atasnya, darah mengalir dari tubuh Bidam, melihat itu Bojong puas dan tambah semangat untuk bertempur. Tapi Bidam bukanlah lawan yang sepadan baginya mengingat ilmu Bidam lebih tinggi dibandingkan Bojong, akhirnya Bojongpun roboh.
“Kau…kau…karena kau.. ayahku sampai rela mati untukmu, dasar bangsat..!!”Bojong meludah dan memandang jijik kearah Bidam, lalu tewas seketika.
’Aku selalu menghormati Bangsawan Seolwon sebagai ayah dan Jenderal yang tangguh’ batin Bidam.
“Yang lain..!! tangkap mereka!, dan seret mereka ke istana, kita harus membawa semua penghianat ini kehadapan Yang Mulia Ratu Deokman”perintah Bidam. Semua pasukan pemberontak menyerah kalah dan digiring keluar benteng, termasuk Bangsawan Hajong.
“Lepaskan aku… lepaskan aku, Bidam… apa maksud dari semua ini?? hey.. hey.. Bidam” Hajong meronta. Bidam tidak mengacuhkannya dan berlalu.
Scene = I must recover his name
Ruang Kerja Ratu di pagi hari
Ratu Deokman tengah duduk bersama Panglima Yushin, Pangeran Chuncu, Kim Yongchun, dan Kim Seohyun.
Deokman: “Tadi Bidam telah menemuiku dan kami sudah meluruskan kesalahpahaman ini.
Chuncu: “Apa maksud Yang Mulia ?, salah paham apa?”
Yushin: “Bidam..? bagaimana bisa ia datang ke istana ini?”
Deokman: “Panglima Yushin tolong kau sergap pasukan pemberontak yang akan menuju celah di gunung Nangsan diperkirakan jumlah pasukan sekitar 300 orang dan dipimpin oleh Bangsawan Jujin, Bangsawan Piltan, Bangsawan Wangyun, dan Bangsawan Hojae, tangkap mereka semua hidup atau mati dan laksanakan segera”
Yushin: “Baik Yang Mulia, hamba akan melaksanakannya. Mohon maaf Yang Mulia darimana Yang Mulia tahu ada pasukan pemberontak yang mengarah kesana?”
Deokman: “Dari Kapten Alcheon, Panglima Yushin segera laksanakan”
Yushin menghormat lalu pergi.
Chuncu: “Yang Mulia tolong jelaskan semua ini, bagaimana bisa…?” Deokman langsung memotong.
Deokman: “Kau tahu bagaimana Bidam bisa bergabung dengan kelompok mereka, itu karena bantuanmu juga Chuncu, aku tahu kau pernah berbicara sesuatu pada Bidam yang membuat ia jadi meragukan kepercayaanku. Aku tidak akan menyalahkanmu tapi kau juga telah meragukan aku…” pandang Deokman sinis
Deokman: “Bidam selama ini diperdaya oleh para pengikutnya, dia dibuat percaya bahwa aku yang telah merencanakan pembunuhan secara diam-diam oleh salah satu pengawal istana yang membelot ke kubu Yeomjong, selama ini aku dengan yakinnya Bidam tidak tahu menahu tentang semua kegiatan yang dilakukan para pengikut, seperti mempersiapkan pasukan dan melatih mereka. Setelah mereka siap untuk melakukan pemberontakan, mereka memerlukan alasan yang tepat untuk melakukan kudeta dan karena Bidam tidak mungkin untuk diajak bergabung dengan mereka, lalu mereka melakukan konspirasi pembunuhan Bidam yang direkayasa seolah-olah itu adalah perintahku, aku juga ikut bersalah karena kurang memberikan keyakinan padanya untuk tetap percaya padaku.” Deokman melanjutkan
“Bidam telah menemuiku dan akan membereskan segalanya sebelum matahari tenggelam aku yakin Bidam akan memberikan hasilnya”
Chuncu: “Maksud Yang Mulia, Bidam akan menghabisi semua pengikutnya, membunuh mereka semua?”
Deokman mengangguk.
Chunchu : “apakah ini tidak terlalu kejam?”
Deokman : “sesuatu harus dikorbankan chunchu, kau tahu persis hal itu! Apakah kau akan bilang ini kejam juga bila menyangkut Bidam? Aku tidak mau orang yang tidak bersalah ikut menanggungnya.. Kau sangat tahu apa yang terjadi” mata Deokman menatap Chunchu tajam menyelidiki. Chunchu hanya menunduk gusar.
Kim Seohyun: “Lalu Yushin..! kenapa harus menyergap ke gunung Nangsan?”
Deokman: “Karena Bidam telah bekerjasama dengan Alcheon untuk membagi 2 kelompok pemberontak yang akan ditumpas, 1 kelompok diarahkan ke gunung Nangsan dan kelompok lainnya tetap di benteng, dan aku telah memberi izin Alcheon untuk membantu Bidam”
Kim Yongchun: “Lalu apa selanjutnya Yang Mulia akan lakukan terhadap Sangdaedung Bidam”
Deokman: “Bila Bidam berhasil menyelesaikannya, aku akan mencabut surat keputusanku dan memperbaiki nama baiknya”
Chuncu: “Tapi tetap saja, Bidam telah gagal memimpin para pengikutnya, bila Yang Mulia terlalu lunak maka…”
Deokman: “Chunchu…! masihkah kau takut pada Bidam, sekarang dia bukan orang yang akan mengancam tahtamu, dia akan kehilangan kekuatannya, sekarang dia hanya punya aku, bukankah aku telah menjelaskan padamu Chunchu bahwa aku menginginkan dia disisiku bukan karena dia akan kujadikan raja tapi aku memerlukan pedamping disisiku! Bila kau masih meragukanku maka aku bersedia turun tahta sekarang juga dan melanjutkan masa depanku sendiri bersama Bidam. Ini tidak ada bedanya untuk aku, tapi aku perlu memperbaiki nama baiknya, itu saja!”
Chuncu: “Baik Yang Mulia aku mengerti, maafkan aku..!”
To be continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar