Pages


Kamis, 02 Desember 2010

FAN FIC BIDAM – DEOKMAN, Our Love Story BAGIAN 15

FAN FIC BIDAM – DEOKMAN, Our Love Story

BAGIAN 15

Scene : WHAT A SECRET?

Ruang makan ratu

Saat sarapan, Chunchu datang menemui Deokman dan Bidam, Deokman lalu mengajak Chunchu untuk sarapan bersama-sama.

“Aku ingin memberikan selamat secara pribadi padamu Sangdaedung” kata Chunchu disela-sela makannya.

“Terima kasih, Pangeran Chunchu” jawab Bidam

“Kau tentunya lega sekarang, kini namamu telah baik kembali. Semua mengelu-elukanmu sebagai pahlawan, keberhasilanmu merebut Benteng Daia, juga membongkar penyelundupan besi serta membantu Panglima Yushin merebut kota Baeksong. Tentunya Shilla bangga mempunyai perdana menteri yang kompeten seperti anda” ujar Chunchu tulus.

“Anda terlalu berlebihan Pangeran, semua saya lakukan karena cinta saya pada negeri ini dan pada Yang Mulia, kelak bila anda naik tahta, bila diperlukan, saya pun dengan senang hati akan melakukan hal sama, demi terwujudnya cita-cita Shilla” kata Bidam merendah.

“Chunchu..karena kau ada disini, aku sekalian akan menyuruh kau mempersiapkan diri untuk naik tahta. Aku akan segera meletakkan tahta ini dan hidup biasa bersama Bidam” kata Deokman penuh keyakinan. Bidam dan Chunchu terkejut karena tidak menyangka akan secepat itu.

“Yang Mulia, anda yakin..! maksud saya, saya tahu rencana Yang Mulia untuk turun tahta tapi saya tidak menyangka akan secepat ini karena saat ini kita baru satu langkah melakukan unifikasi dan itupun masih terlalu dini untuk dikatakan berhasil” kata Chunchu

“Ya, aku tahu. Unifikasi ini bukan semudah membalikkan telapak tangan tapi memerlukan waktu yang cukup panjang, aku percaya kau bisa meneruskannya. Sedangkan aku.. aku memilih untuk mendukungmu dari belakang juga Bidam yang akan selalu membantumu” jawab Deokman.

Hal itu diamini Bidam dengan mengangguk. Beberapa saat kemudian, salah satu dayang membawa nampan. Deokman melihatnya dan mengetahui isi dari nampan itu, kemudian dengan satu delikan mata Deokman, dayang tersebut langsung mundur tidak jadi menyajikan nampan itu di meja. Bidam melihat kejadiaan itu tapi tidak bertanya pada Deokman, karena ia belum yakin apa yang terjadi.

“Sebaiknya kita mulai bekerja hari ini” kata Deokman menyudahi sarapannya dengan nada mengusir.

Bidam dan Chunchu mengerti lalu mereka pamit mundur. Bidam mengisyaratkan agar Chunchu jalan lebih dulu, setelah Chunchu berlalu, Bidam samar-samar mendengar suara Deokman memarahi dayang itu

“sudah kubilang, nanti saja! bila aku sendirian” kata Deokman

“maafkan hamba Yang Mulia, hamba tidak tahu Sangdaedung sudah kembali, maafkan hamba” jawab dayang tersebut.

Bidam jadi penasaran ‘kenapa Deokman jadi sewot begitu, memang nampan itu isinya apa? Mengapa disajikan kalau tidak ada aku?” tanya Bidam dalam hati lalu Bidam pergi karena Deokman akan keluar dari ruangan. Tidak enak kalau ketahuan, kalau ia menguping Deokman.

Scene : BUILD ME A COMFY HOUSE

Tempat favorit Deokman

Kasim mengumumkan bahwa Sangdaedung Bidam dating

“kau datang” kata Deokman menoleh dan tersenyum

“apa Yang Mulia memikirkan sesuatu?” tanya Bidam

“hmm..hanya sedikit yang kupikirkan yaitu penanganan untuk menghindari ketidakpuasan para bangsawan agar masalah penyelundupan tidak terjadi lagi di kemudian hari”

“sebagai seorang pemimpin, memang tidak mudah untuk berusaha memuaskan keinginan semua pihak, Yang Mulia. Ada kalanya jika kau merasa telah bersikap bijaksana dan adil pada semua pihak tapi segelintir orang menganggap kau tidak bijaksana dan adil malah menganggap kau otoriter dan pemilih. Yang Mulia harus ingat rakyat bagaikan anak kecil yang selalu merengek tidak hentinya sampai semua keinginannya terpenuhi, tapi sifat manusia selalu tidak pernah puas akan sesuatu. Tapi kau selalu berusaha memenangkan hati semua orang, itu yang membuatmu berbeda dengan penguasa yang lain, kau bagaikan ingin merangkul semuanya dalam dekapanmu dan melimpahkan mereka dengan kasih sayang” kata Bidam berusaha menghibur Deokman.

“aku teringat seseorang yang pernah mengatakan hal ini padaku tentang rakyat bagaikan anak kecil yang merengek-rengek” jawab Deokman sambil tersenyum, tentu saja dia mengingat Mishil.

“benarkah, siapa?” tanya Bidam, Deokman hanya tersenyum menoleh pada Bidam, bagaimanapun Bidam adalah anak Mishil kadangkala Deokman selalu melihat pemikiran Mishil sama dengan pemikiran Bidam. Tapi Deokman memilih tidak menjawab pertanyaan Bidam dan melanjutkan perbincangannya.

“aku berharap sampai saat ini tidak ada yang meresahkanku, aku sangat senang karena rakyat bisa hidup tenteram dan tenang. Tidak ada hal yang sangat mengangguku ini karena kau ada di sisiku, aku bisa bertukar pikiran dengan mu, membicarakan semua masalah yang terjadi lalu mencari solusi yang tepat. Aku merasa bersyukur memilikimu” lanjut Deokman, Bidam tersenyum mendengarnya.

“apa Yang Mulia benar-benar yakin dengan keputusanmu untuk secepatnya turun tahta? Aku bersedia menunggu kalau Yang Mulia benar-benar siap” tanya Bidam

“apa kau keberatan bila aku melepaskan kedudukanku? menjadi tuan putri lagi? Atau kau tidak mau kita menjalani hidup sebagai suami istri biasa?” selidik Deokman.

“bukan begitu Yang Mulia, aku hanya khawatir bila Yang Mulia merasa menyesal mengingat perjuangan Yang Mulia untuk sampai ke titik ini... aku tidak mau hal itu terjadi” kata Bidam tenang lalu melanjutkan

”justru aku sangat ingin kita menjalani hidup sebagai pasangan suami istri normal lebih dari apapun. Aku sudah tidak tahan melihat kau kadang-kadang tertekan dan berpikir keras sebagai seoprang penguasa. Aku sangat mengkhawatirkanmu karena aku menyayangimu Yang Mulia” Deokman kembali tersenyum mendengar jawaban Bidam

“setelah turun nanti Yang Mulia mau kita tinggal dimana?” tanya Bidam

“rasanya aku sudah bosan tinggal di lingkungan istana, aku ingin tinggal diluar istana, di sebuah rumah yang nyaman untuk tinggal dan membangun sebuah keluarga” jawab Deokman

“aku sudah menduga, Yang Mulia pasti meminta hal itu. Sebenarnya aku telah menyiapkan sebuah rumah yang menurutku sih cukup nyaman, aku hanya tinggal merapikannya dan menata ruang-ruangnya agar kau lebih nyaman tinggal disana. Apa Yang Mulia mau ikut menatanya? Agar sesuai dengan selera Yang Mulia” jawab Bidam

“tidak aku serahkan padamu saja, aku ingin itu jadi kejutan bagiku. Lagipula aku percaya kau pasti punya selera yang bagus!” kata Deokman puas

“Baiklah tapi nanti Yang Mulia jangan protes ya, kalau ada yang tidak disukai, janji?!” canda Bidam. Deokman mengangguk tersenyum begitu juga Bidam.

“Sebelum penyerahan tahta, Chunchu memintaku untuk memberikan izin karena dia akan mengadakan perjalan ke Negeri Sui menemui beberapa kerabatnya dan mempererat hubungan Shilla dan Sui” kata Deokman

“Aku mengerti, setelah menjadi raja, meluangkan waktu untuk pergi kesana tentu akan lebih sulit” jawab Bidam

“Aku akan mengadakan rapat dewan mengenai rencana Yang Mulia dan segera setelah Pangeran Chunchu kembali, aku akan langsung menetapkan waktu yang tepat dan mempersiapkan segalanya” lanjut Bidam

“Baiklah.. bagiku lebih cepat lebih baik” Deokman tersenyum pada Bidam, Bidam membalasnya.

Lalu mereka memandang kedepan menatap Soerabeol seluas mata memandang, membayangkan masa depan nanti yang akan mereka jalani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar