Pages


Kamis, 02 Desember 2010

FAN FIC BIDAM – DEOKMAN, Our Love Story BAGIAN 12

FAN FIC BIDAM – DEOKMAN, Our Love Story

BAGIAN 12

SCENE : EFFECT OF DEOKMAN’S POLICY

Di suatu tempat, tepi sungai di daerah Cholyuk..

Jungsae-rang dan Hanwook-rang menemui Bidam

“Bagaimana hasil penyelidikanmu?” tanyanya pada Jungsae-rang

“Ada yang mengherankan Sangdaedung, kegiatan mereka tiba-tiba berhenti dan tidak ada aktivitas yang mencurigakan” lapor Jungsae-rang lalu Bidam menatap Hanwook-rang

“menurut pria petani itu, mereka menyerahkan hasil tambang pada seseorang bernama “Na Bi’ dan orang itu tidak pernah kelihatan karena selalu menutupi identitasnya, namum pernah si petani itu mendengar suara ‘Na Bi’ berbicara seperti seorang wanita” lapor Hanwook-rang ”hhmm...ini semakin rumit” kata Bidam berpikir sambil melipat tangan didadanya.

“Aku harap siang ini kau menerima laporanku Deokman, dan kuminta kau memberikan keputusan yang bijak mengenai masalah ini” gumam Bidam

“Baiklah.. untuk saat ini kita hanya menunggu..dan mencari petunjuk baru..laksanakanlah tugas kalian mengawasi pertambangan itu dan tempat mereka mengumpulkan besi-besi itu”

Perintah Bidam pada Jungsae-rang dan Hanwook-rang

Ruang kerja ratu…

Deokman tengah membaca laporan dari Bidam yang dikirimkan kurir, air mukanya tampak berubah keruh dan gusar, setelah selesai dia memanggil kasim,

“panggil Pangeran Chunchu, Kim Youngchun, Kim Seohyun dan Kapten Alcheon” perintah Deokman, lalu mereka semua pergi

Deokman membuka surat satu lagi yang dibungkus amplop merah dari Bidam dan membacanya

“ratuku, maafkan aku tidak segera menemuimu tapi sesuatu terjadi di cholyuk dan aku tidak mungkin diam saja, bila ini terus dibiarkan maka kita akan menghadapi pemberontakan dari para bangsawan sekali lagi. Aku sangat mengkhawatirkanmu dan aku sangat merindukanmu, aku ingin segera memelukmu dalam dekapanku. Aku akan segera menyelesaikan masalah disini lalu menemuimu. Aku mencintaimu, ratuku, deokmanku. Bidam”

Deokman membacanya sekali lagi dan tersenyum..”aku juga sangat merindukanmu, Bidam”

Deokman menuliskan balasan:

“Bidam, aku sangat menghargai setiap yang kau lakukan untuk Shilla dan untukku. Aku minta kau hanya menyelidiki siapa si penyelundup itu dan menangkapnya dan segera kembali ke Soerabeol. Untuk selanjutnya agar hal ini tidak terulang di provinsi manapun, aku akan memikirkan jalan keluarnya. Andai kau ada disini dan membantuku, semuanya akan lebih mudah. Aku juga mencintaimu, Bidam.

Setelah memerintahkan kurir itu pergi membawa surat balasan untuk Bidam. Kemudian datanglah para staff Deokman.., setelah mereka duduk,

“aku mendapat laporan dari Sangdaedung Bidam bahwa di Cholyuk ada penyelundupan bijih besi dari pertambangan liar dan Bidam sedang menyelidiki tentang hal ini. Yang aku khawatirkan adalah mereka menjual secara diam-diam pada Baekje dan Goguryo, karena bijih besi dari Cholyuk sangat baik kualitasnya” kata Deokman

“Dari pertambangan liar? Berarti di Cholyuk terdapat pertambangan lain selain yang dimiliki resmi oleh kerajaan? Selama ini supply bijih besi dari Cholyuk selalu memenuhi jumlah yang kami minta, bila mereka menyelundupkan berarti hasil pertambangan melimpah” timpal Kim Youngchun

“itulah yang kuperkirakan, aku harus menghentikan hal ini, hal ini bisa terjadi di provinsi lain bukan hanya bijih besi saja tapi hasil bumi Shilla yang lain juga hasil pertanian dan perkebunan” kata Deokman

“Para Bangsawan jelas mengadakan aksi ini untuk menutupi kerugian akibat kebijakan Yang Mulia” timpal Chunchu

“benar, aku kira sekarang saatnya juga aku harus merangkul mereka dan membuat mereka merasa tidak dirugikan” jawab Deokman

“apa Yang Mulia sarankan?” tanya Kim Seohyun

“aku akan mengadakan sistem tender atau lelang pada setiap hasil bumi yang dimiliki oleh Shilla, aku serahkan kepada pihak bangsawan untuk mengelolanya secara bebas dan memberikan kontribusi pada pihak istana sebagai gantinya, bagi siapa saja pihak bangsawan yang lolos kualifikasi yang kita tetapkan dan mampu secara keuangan maka aku akan menunjuk bangsawan itu sebagai pengelola hasil bumi dan berhak menjualnya pada pihak manapun tapi tentu saja aku akan mengeluarkan peraturan mereka tidak boleh menjual langsung pada pihak musuh” papar Deokman

“tapi nanti akan terjadi monopoli perdagangan” sergah Chunchu

“itu akan lebih baik sehingga pihak istana hanya memantau dan mengawasi satu pihak bangsawan saja sehingga lebih terkendali, bukankah lebih mudah bagi kita mengawasi satu orang daripada banyak orang” jelas Deokman

“anda betul Yang Mulia, tapi jika mereka menjual dengan harga tinggi maka bila rakyat yang membutuhkan akan kesulitan membelinya” tanya Chunchu

“kurasa tidak, selama pasokan barang ada dan permintaan sama maka harga akan stabil, seperti kasus pembelian gandum besar-besaran oleh para bangsawan pada waktu lalu, bila ini terjadi pihak istana akan turun tangan dan bukankah sudah kubilang aku akan menetapkan aturan-aturan yang kurasa tidak akan merugikan ke dua belah pihak. Bangsawan Kim Youngchun kumpulkan data-data hasil bumi yang Shilla miliki dari berbagai provinsi secara detail dan kita harus mendiskusikan penetapan peraturan system tender. Bangsawan Kim Seohyun kumpulkan data-data para bangsawan yang mempunyai kualifikasi untuk mengikuti tender ini, juga Chunchu sebaiknya kau periksa berapa banyak hasil bumi yang kita butuhkan setiap tahunnya, terutama jumlah bijih besi untuk membuat persenjataan kita” perintah Deokman

“kemudian Kapten Alcheon, segera kirim beberapa prajurit untuk membantu Sangdaedung Bidam dalam menangkap penyelundup di Cholyuk” lanjut Deokman memberi perintah

Semua mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan ratu untuk menjalankan tugas masing-masing.

“berhati-hatilah, Bidam. Cepatlah kembali” gumam Deokman.

SCENE : THE SMUGGLER AMBUSH

Ketika Bidam hendak pergi ke penginapan kecil, di tengah jalan Bidam melihat Han SangJi bersama beberapa orang yang berpakaian Bangsawan, berbicara lalu pergi ke tempat yang lebih sepi. Karena penasaran Bidam mencoba membuntuti dan mencuri dengar, Bidam bersembunyi berjongkok di balik tembok ketika mereka berbicara di lorong yang sepi

“kapan ulat-ulat itu akan siap?” kata salah seorang pria

“kita harus bersabar untuk sementara, selama kunjungannya berakhir disini” jawab suara Han SangJi karena Bidam mengenali suaranya yang mendayu-dayu

“apakah dia mengetahui sesuatu tentang ulat-ulat itu” tanya suara yang lain

“entahlah, aku tidak tahu tapi kurasa dia hanya sedang lewat saja karena ia akan segera kembali ke ibu kota setelah memenangkan perang dengan Baekje” suara Han SangJi

“mereka segera memerlukan ulat-ulat karena tawarannya bagus, sayang kalau kesempatan ini dilewatkan” suara pria lain

“aku akan segera memberi kabar kalian setelah aku mengamati situasi siang ini juga, sekarang mari berpisah” suara Han SangJi.

Bidam segera pergi dari persembunyiannya.

Kediaman Gubernur Cholyuk : Bangsawan Han Sangmyul

“ah.. untunglah kau datang putraku” sambut Bangsawan Han SangMyul pada putranya yang kemayu, Han SangJi yang baru datang

“apa ayah mencariku?” jawab Han SangJi sambil mengibaskan rambutnya. Air muka Bangsawan Han SangMyul terlihat terganggu dengan gaya putranya.

“Tuan Sangdaedung Bidam akan kembali ke Soerabeol sekarang, sebaiknya kau memberi salam perpisahan”

“Bangsawan Han SangMyul semoga dibawah kepemimpinanmu Cholyuk semakin makmur, aman dan sejahtera. Aku akan melaporkan pada Yang Mulia ratu bahwa aku puas dengan keadaan di Cholyuk” ujar Bidam

“Tuan Sangdaedung, terima kasih atas kemurahan hati anda” tukas Bangsawan Han SangMyul memberi hormat

“semoga Tuan Sangdaedung puas dengan pelayanan kami disini” timpal Han SangJi turut memberi hormat tapi terlihat jelas matanya melirik Jungsae-rang dengan genit yang berdiri di belakang Bidam, Jungsae-rang heran. Bidam membalasnya dengan mengangguk.

“ayo pergi” ajak Bidam pada Jungsae-rang dan Hanwook-rang di belakang Bidam. Jungsae-rang dan Hanwook-rang ikut memberi hormat pada bapak dan anak itu dan mereka membalasnya.

Saat Han SangJi menatap Jungsae-rang, Han SangJi menghadiahi Jungsae-rang dengan senyum manisnya tanda bahwa ia tertarik pada Jungsae-rang, Jungsae-rang sedikit bergidik kemudian berlalu menyusul Bidam yang berjalan didepannya. Hanwook-rang memperhatikan Jungsae-rang dengan sedikit geli.

“sepertinya ia tertarik padamu” goda Hanwook-rang tersenyum lebar pada Jungsae-rang ketika mereka akan menaiki kudanya masing-masing

“kau gila yah, aku masih pria normal tahu!” gerutu Jungsae-rang

“haha..tapi dia lumayan cantik” canda Hanwook-rang tertawanya makin lebar, Jungsae-rang membalas Hanwook-rang dengan meninju ringan lengan Hanwook-rang

“kalian sedang apa? Ayo pergi!” ucap Bidam tiba-tiba menghentikan candaan Jungsae-rang dan Hanwook-rang. Mereka menaiki kuda dan pergi di ikuti beberapa pengawal di belakangnya.

Setelah beberapa lama berkuda, Bidam berhenti dan menyuruh mereka turun ketika mereka mulai memasuki sebuah hutan kecil.

“ada apa Sangdaedung?” tanya Jungsae-rang sambil turun dari kudanya mengikuti Bidam begitu pula dengan Hanwook-rang

“kita kembali ke Cholyuk dengan menyamar, kurasa aku tahu siapa penyelundup itu” kata Bidam sambil berjalan masuk ke arah hutan

Jungsae-rang dan Hanwook-rang saling berpandangan heran dan mengikuti Bidam.

Malam hari…

Bidam, Jungsae-rang dan Hanwook-rang serta 4 orang nando mengendap-ngendap mendatangi sebuah gua yang tersembunyi memakai pakaian penyusup dan penutup wajah. Bidam memberi kode tangan agar mereka maju dan mencari persembunyian seaman mungkin sambil mengamati aktivitas di dalam gua itu. Benar yang diperkirakan Bidam, setelah kepergiannya dari Cholyuk, ada aktivitas di gua itu. Setelah menunggu beberapa lama para pekerja tambang membawa 2 gerobak dan membawanya keluar dari gua, kelompok Bidam mengikuti diam-diam lalu gerobak berhenti di depan sebuah bangunan mirip gudang tua. Mereka masuk ke dalam gudang itu, Bidam mengintip diam-diam dan melihat mereka sedang menyembunyikan potongan-potongan besi ke dalam tumpukan gandum. Bidam sengaja tidak menyergap mereka dulu karena ingin tahu, mau dikemanakan besi-besi itu.

Setelah mengintai selama beberapa jam kemudian. Mereka keluar kembali dengan muatan penuh gandum, mereka menuju ke arah sungai..

Sebuah perahu barang berukuran sedang telah siap untuk mulai berlayar, disana ada beberapa orang yang sepertinya sedang melakukan transaksi. Muatan besi telah sampai di tempat mereka dan mereka sedang mengecek barang-barang selundupan.

“Sekarang saatnya kita menyergap, berapa jumlah mereka semua” bisik Bidam pada Jungsae-rang dan Hanwook-rang yang ada disebelahnya.

“Jumlah mereka sekitar 15 orang Sangdaedung” jawab Jungsae-rang

“Tampaknya malam ini kita harus bekerja keras” timpal Bidam sambil bersiap mengacungkan pedangnya. Lalu mereka mengendap mendekati para penyelundup.

Dengan satu kibasan tangan yang dilakukan oleh Bidam sebagai perintah maju, lalu kelompok Bidam mulai menyerbu kepada para penyelundup. Para penyelundup terkejut dan mereka siap melawan.

Akhirnya kelompok Bidam dan kelompok penyelundup berseteru dan saling menyerang. Ditengah-tengah pertempuran, Bidam melihat Han SangJi seperti sedang bersiap melarikan diri beserta salah seorang pria paruh baya yang baru dilihat Bidam, Bidam berteriak memanggil Jungsae-rang agar mencegah mereka lari.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar