Pages


Jumat, 10 Desember 2010

FAN FIC BIDAM – DEOKMAN, Our Love Story BAGIAN 18

FAN FIC BIDAM – DEOKMAN, Our Love Story

BAGIAN 18



Scene : the box of past memories


Sehari sebelum penurunan tahta : Kamar tidur tuan putri

“barang-barangmu sudah aku simpan di rumah kita, kalau ada yang lain lagi nanti akan kusuruh pelayan mengangkutnya” kata Bidam sambil memasangkan topi Sangdaedungnya



“tinggal barang-barang kecil saja, hanya kotak itu, aku akan membawanya sendiri” jawab Deokman sambil menunjuk kotak warna hijau yang berada di atas meja pajangan.



“kotak apa itu?” Bidam melirik penasaran



“oh ini..” jawab Deokman sambil tertawa kecil menunjukkan kotak pada Bidam



“ini isinya adalah barang-barang yang berharga untukku..lihatlah” kata Deokman tersenyum senang. Dalam kotak itu ada barang-barang masa lalu Deokman seperti kaca pembesar. Surat dari munno, buku kepahlawanan dari paman Cartan, kalender Daimingli, dll, dan Soeyoeb-do. Deokman melihat barang-barang itu sambil terkenang akan masa lalunya dulu,Bidam memperhatikannya dengan seksama



“kau tahu setiap barang-barang yang ada disini selalu berhubungan denganmu, kau ingat kaca pembesar ini pernah kau gunakan waktu kau menjadi peramal palsu “ kata Deokman tertawa kecil, Bidam juga ikut tertawa



“ya, itu pertama kalinya aku bertemu dengan mishil” Bidam berhenti tertawa dan hanya tersenyum tipis, mengingat mishil masih menyesakkan dadanya.



“dan ini..” lanjut Bidam sambil mengambil soeyeob-do



“karena belati inilah, aku berubah pikiran dari menukarmu dengan segerobak obat lalu menyelamatkanmu kembali dan juga menyelamatkan nyawamu dari panah mishil“ kata Bidam bergidik membayangkan andai dia tidak menyelamatkan Deokman, mungkin saat ini ia tidak akan menemukan cintanya, begitu menyedihkan pikirnya



“Bidam, kau selalu ada kala aku membutuhkan pertolongan dan bantuanmu. Andai tidak ada kau disisiku dari awal perjuanganku aku mungkin tidak akan sampai ke titik ini. Kau bagaikan hadiah dari langit untukku, caramu mencintaiku begitu tulus dan hangat. Aku sangat berterima kasih padamu” kata Deokman tatapannya beralih dari Soeyoeb-do ke mata Bidam yang hangat.



“selama hidupku hanya kaulah orang yang menganggapku ada, orang yang memahamiku, mempercayaiku, menghargaiku dan mengendalikanku. Aku sangat membutuhkanmu, Deokman kaulah orang yang pertama mengucapkan terima kasih padaku, caramu memperlakukan aku dan mencintaiku mengubah semua jalan hidupku, akulah yang seharusnya berterima kasih padamu” balas Bidam



“semua ini terjadi memang karena takdir yang menentukan, kau dan aku saling mencintai dan membutuhkan, itu adalah anugerah yang luar biasa” jawab Deokman memeluk Bidam erat dan disudahi dengan kecupan Bidam di keningnya

.

“jadi nanti malam kita tidur disini, apa kau sudah mengosongkan kamar Yang Mulia?” tanya Bidam



“aku memang sudah membereskannya, mulai besok aku adalah tuan putri” ujar Deokman

“hmm.. pikir-pikir aku hebat juga, bisa menikah dengan ratu shilla juga dengan tuan putri shilla” canda Bidam. Deokman hanya tertawa kecil



“jangan lupa kau juga anak seorang raja shilla berarti kau juga seorang pangeran” balas Deokman, Bidam tertawa



“baiklah Yang Mulia dan calon Tuan Putri, pangeranmu permisi dulu, nanti malam kita bertemu lagi” kata Bidam membungkuk serendah mungkin, Deokman tertawa geli melihatnya dan mengangguk-angguk. Bidam pun pergi.



Scene: You are my choice



Malam hari : Kamar tidur Tuan Putri

Deokman mencoba menunggu Bidam sambil membaca buku, yang saat ini tengah sibuk mempersiapkan penurunan sekaligus penyerahan tahta dari Deokman ke Chunchu, tapi matanya mengantuk sekali ia pun tertidur di meja di atas buku yang dibacanya.

Bidam datang agak larut, ia melihat Deokman tertidur dan tersenyum, Bidam mengangkat Deokman hati-hati dan mengendongnya ke kasur. Dibaringkannya Deokman lembut dan diselimuti, dipandangnya Deokman, lalu dikecup keningnya



“Selamat tidur Deokman, aku mencintaimu” bisik Bidam



“Aku juga mencintaimu Bidam” balas Deokman berbisik matanya tetap terpejam, Bidam heran ternyata Deokman belum tertidur, Deokman tersenyum memandang Bidam.



“Aku pikir kau tertidur” kata Bidam



“Tadinya, tapi aku terbangun” balas Deokman, lalu Deokman bangkit duduk



“bagaimana persiapan besok?” tanya Deokman



“aku rasa semua sudah dipersiapkan, beberapa utusan tamu sudah datang dan mereka akan hadir, kau bagaimana?”



“aku.. rasanya aku sudah tidak sabar menunggu besok. Kau tahu kala penobatan menjadi ratu aku merasa sangat tegang dan gugup juga merasa takut. Dalam satu hari semua berubah, aku bukan menjadi deokman lagi tapi jadi seorang penguasa, mempercayai orang tapi tidak boleh mempercayainya, menanggung kesepian seorang diri, bahkan orang-orang disekitarku pun berubah mereka memandangku sebagai obyek berkuasa bukan sebagai manusia. Tapi kau datang sebagai Bidam dan tetap memandangku sebagai deokman, aku mempercayaimu dan hanya kau yang dapat membunuh rasa sepiku. Aku rela melepaskan apa yang menjadi impian orang banyak yaitu menjadi penguasa karena memilih hidup bersamamu, mencintaimu sebagai deokman” jawab Deokman tanpa menatap Bidam pikirannya menerawang.



“apa kau menyesal?” tanya Bidam, Deokman menoleh dan menatap Bidam dalam-dalam



“mengapa kau bertanya begitu? Menurutmu mana yang akan kau pilih antara cinta dan kekuasaan, memilih hangatnya kebersamaan atau dinginnya kesepian, kehidupan bebas atau hidup terbelenggu, saling mempercayai atau saling mencurigai. Semua telah kulalui dan kurasa sudah cukup, jalan cintalah yang kupilih, aku telah menetapkan pilihanku, pilihanku untuk bersamamu dan mencintaimu” jawab Deokman, Bidam tersenyum senang mendengar jawaban Deokman. Kemudian ia mengecup pipi Deokman



“hidupku milikmu deokman, aku bukan apa-apa tanpamu” bisik bidam. Deokman menolehkan kepalanya lalu tersenyum pada Bidam, mereka pun berciuman sebelum akhirnya mereka tertidur.



Upacara Penurunan Tahta

Akhirnya upacara penurunan tahta Deokman terlaksana dengan meriah, Ratu Shilla Seondeok turun tahta dan digantikan dengan Raja Shilla Chunchu dengan gelar Raja Muyeol, Raja Shilla ke 28. Raut muka Deokman tampak lega sekali akhirnya beban yang selama ini ditanggung di pundaknya lepas, ia memilih untuk mundur dan hidup bersama Bidam membayangkan hal ini Deokman terus tersenyum bahagia.

Setelah memimpin upacara lalu Bidam sebagai Sangdaedung mempersilahkan para tamu dan undangan memberikan selamat pada raja baru lalu dilanjutkan dengan berbagai sajian makanan dan atraksi yang menarik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar