Pages


Kamis, 02 Desember 2010

FAN FIC BIDAM – DEOKMAN, Our Love Story BAGIAN 11

FAN FIC BIDAM – DEOKMAN, Our Love Story

BAGIAN 11

SCENE : GATHER THE CLUE

Di meja bundar suatu penginapan kecil..

Bidam tengah duduk tampaknya menunggu seseorang lalu datang 2 orang wanita, 1 wanita muda yang memakai pakaian wanita biasa dan yang satu lagi wanita memakai topi lebar yang ditutup kain sifon berpakaian wanita bangsawan dengan belahan dada agak rendah yang memperlihatkan sedikit belahan dadanya. Lalu wanita itu duduk di depan Bidam dan membuka topinya, ternyata wanita separuh baya dengan yang memakai make up tebal serta gincu merah yang tebal. Melihat Bidam, wanita itu tersenyum genit tapi Bidam memperlihatkan ekspresi dingin lalu wanita itu mengibaskan tangan pada wanita muda tanda mengusir, wanita muda itu keluar dan pintupun tertutup.

“Sangdaedung Bidam, senang sekali bisa bertemu dengan anda hanya sekarang tampaknya anda sendirian tidak ada orang yang selalu mendampingi anda” sambutnya dengan suara dibuat-buat

“maksudmu, Yeomjong, dia sudah tewas di tanganku. Kau tahu persis apa yang terjadi sebenarnya” jawab Bidam dengan nada mencemooh.

“Ya Tuan Sangdaedung Bidam, rumor di tempatku sangat ramai beredar. Bahkan pernikahan anda dengan Yang Mulia Ratu serta usaha anda untuk meraih simpati public dengan merebut benteng Daia sungguh berita yang luar biasa”

“cukup berbasa-basi, Nyonya Yangshik aku harap bisnismu berjalan dengan lancar”

“Terima kasih atas perhatian Tuan Sangdaedung, selama para pria di belahan bumi ini memerlukan kesenangan, usaha saya tentu akan berjalan lancar” jawab Nyonya Yangshik dengan gaya manja, Bidam menatapnya dengan ekspresi datar

“ada sesuatu yang ingin kutanyakan? Kau tahu sesuatu yang terjadi disini, tentang penyelundupan besi” selidik Bidam. Nyonya Yangshik tampak terkejut dan gugup seketika.

“saya.. saya.. “ jawabnya

“aku berharap kau bersikap bijaksana dan bekerja sama denganku” kata Bidam tajam

“baiklah.. Tuan Sangdaedung, dari yang saya dengar bahwa…”

Beberapa saat kemudian Jungsae-rang dan Hanwook-rang datang mereka memakai baju rakyat biasa.

“Bagaimana penyelidikan kalian?” tanya Bidam

“Si pengepul gandum itu namanya Bangsawan Cha-Byung, dari yang saya amati memang benar-benar pengepul gandum Sangdaedung, saya sudah menyelidikinya dan memeriksa latar belakangnya,” jelas Hanwook-rang

“kau sudah tahu darimana mereka mendapatkan besi-besi itu?” tanya Bidam pada Jungsae-rang

“mereka mendapatkannya dari pertambangan liar” jawab Jungsae-rang

“apa? Sudah kuduga, mereka bekerja sendiri-sendiri” timpal Bidam ”apa gubernur provinsi terlibat?” tanya Jungsae-rang

“itu yang harus kita ketahui dan menemukan bukti, dimana lokasi pertambangan itu?” Bidam balik bertanya

“ada di beberapa tempat tapi yang paling besar ada di selatan Cholyuk, disana juga dekat dengan lumbung gandum desa, jadi mereka sepertinya menyelundupkan dari daerah sana” jawab Jungsae-rang

“baiklah Jungsae-rang, kau tetap awasi pertambangan itu dan Hanwook-rang kau temui pria petani itu dan korek informasi lebih dalam tentang hal ini. Aku akan menemui gubernur provinsi Cholyuk, ah.. aku lupa siapa namanya?”

“Bangsawan Han Sangmyul”

SCENE : IRON ORE MINE

Kediaman Gubernur Cholyuk : Bangsawan Han Sangmyul

Bidam kembali memakai pakaian perangnya bersama beberapa pengawal ketika dia memasuki halaman rumah gubernur Cholyuk, Bangsawan Han Sangmyul, dia menyambut Bidam dengan senang karena kedatangan Sangdaedung Shilla. Setelah beramah tamah dan jamuan makan malam, Bidam dikenalkan oleh Han Sangmyul pada putranya Han SangJi seorang pemuda yang tampan, terlalu tampan, malah kelihatan cantik dengan gaya kemayu sambil membawa kipas.

“ini putra saya satu-satunya Tuan Sangdaedung, Han SangJi” kata Bangsawan Han Sangmyul, Han Sangji memberi hormat dan Bidam hanya mengangguk. Lalu mereka bertiga berbicara

“Bagaimana dengan keadaan para bangsawan disini? apakah mereka puas dengan kebijakan Yang Mulia Ratu” tanya Bidam

“Ya saya rasa wajar apabila ada pro dan kontra tapi semua hal yang muncul tidak mengkhawatirkan karena kami tetap tunduk pada kebijakan istana yang menetapkan bahwa saat ini para bangsawan hanya diperbolehkan mempunyai pasukan pribadi maksimal 50 orang lalu tanah yang mereka miliki tidak boleh melebihi 70 hektar, untuk pemerataan kesejahteraan rakyatnya. Awalnya bagi Bangsawan kaya yang mempunyai tanah lebih dari 70 hektar sangat keberatan bila tanahnya dibagi-bagi tapi demi menghindari pajak yang sangat tinggi dari istana, akhirnya mereka menurut” papar Bangsawan Han Sangmyul.

“Bagus, kau harus terus awasi kondisi Bangsawan disini karena kebijakan ini diterapkan diseluruh daerah Shilla dan tetap akan diterapkan pada daerah baru yang diinvasi oleh Shilla” jawab Bidam

“lalu bagaimana dengan pertambangan bijih besi disini, Cholyuk merupakan salah satu daerah penghasil bijih besi yang besar di Shilla? Apakah kalian tetap mengirimkan dan memenuhi kuota hasil tambang pada istana” tanya Bidam tiba-tiba, mendengar pertanyaan ini Bangsawan Han Sangmyul terkejut dan buru-buru menjawab

“tentu Tuan Sangdaedung, kami selalu mengirimkan jumlah kuota yang ditetapkan istana, apa..apa.. ada masalah?” tanyanya

“kuharap tidak, dimana lokasi pertambangan terbesar di Cholyuk?” kata Bidam

“ada di sebelah utara Cholyuk, Tuan Sangdaedung. Bila anda berkenan saya bersedia mengantarkan” sahut Han SangJi tiba-tiba suaranya sangat lembut nyaris seperti wanita dengan gaya kemayu, bila Bangsawan Han Sangmyul tidak mengenalkannya sebagai putranya, Bidam yakin akan mengira pria ini wanita. Han SangJi tersenyum manis membuat Bidam sedikit jengah tapi ada perasaan geli juga karena baru sekali ini Bidam menghadapi pria kemayu.

Kamar tamu rumah Bangsawan Han Sangmyul

Bidam tengah beristrahat, duduk dan berpikir mengenai masalah penyelundupan ini

“Hanwook-rang bilang pertambangan ada di selatan sedangkan Han SanJi bilang di utara…hmm..”gumam Bidam.

Lalu diingatnya perkataan Nyonya Yangshik tadi siang..

“baiklah.. Tuan Sangdaedung, dari yang saya dengar bahwa para Bangsawan disini sangat keberatan denngan kebijakan Yang Mulia Ratu Deokman yang membatasi jumlah pasukan pribadi juga jumlah kepemilikan tanah, bagi Bangsawan menengah hal ini tidak masalah tapi bagi Bangsawan kalangan atas yang terbiasa hidup mewah tentunya hal ini akan mempengaruhi hasil pendapatan mereka apalagi jumlah pajak yang sangat tinggi bila mereka tetap memperluas tanahnya. Akhirnya mereka mencari celah untuk memperkaya diri melalui hasil pertambangan. Karena istana hanya meminta jumlah kuota yang sama setiap bulannya tanpa mengetahui berapa hasil tambang sebenarnya maka kelebihan kuota itu mereka menjualnya” jelas Nyonya Yangshik

“kepada siapa mereka menjualnya?”

“itu yang saya tidak tahu, tapi yang saya dengar mereka mengumpulkan semua hasil tambang di seseorang bernama ‘Na Bi’ tapi saya tidak tahu siapa dia”

“Na Bi, bukankah itu artinya kupu-kupu” tanya Bidam heran

“iya betul, menurut yang saya dengar begitu”

“Apakah hasil tambang sedemikian banyak sehingga mereka menjual kelebihannya?”

“Tuan Sangdaedung, tidak tahu Cholyuk terkenal dengan tambang bijih besi dan pertambangan di Cholyuk bukan hanya satu seperti yang Sangdaedung ketahui”

“apa? Kalau begitu gubernur pasti mengetahuinya dan dia tidak melaporkan pada kerajaan”

“saya rasa dia tahu tapi tidak berani mengatakannya karena tekanan para Bangsawan disini”

Bidam mengernyitkan keningnya tanda berpikir, lalu mengambil kertas dan menuliskan laporan lalu memberi segel dan menggulungnya, lalu datang 2 orang kurir yang merupakan nando anggota resimen Hwarang Jungsae-rang dan diserahkan surat itu pada mereka.

“surat ini harus disampaikan pada tangan Yang Mulia Ratu sendiri dan berikan padaku jawabannya segera, mengerti!” perintah Bidam. 2 orang nando menunduk dan mengambil gulungan surat, menghormat lalu pergi.



2 komentar:

  1. Bences...Bences...Bences...
    I don't like you now... -_-
    _GongjuHime_

    BalasHapus
  2. @ gongju: ~speechless~ (-.-)v

    q udh jwb d quote yg sblmnx......
    Mianhaeyo........

    BalasHapus