Pages


Kamis, 08 Juli 2010

Side Story Chapter 01: First Journey in The Palace

tokoh-tokoh:
sista Geby : Lee Zhi Yeon
Gubernur Seolju: ayah Lee Zhi Yeon

Tempat upacara pemakaman Bi Dam
Kim Yong Chun berdiri melihat sekeliling. Semua pejabat tampak gaduh karena baik Putri Deok Man maupun Yang Mulia Raja dan Permaisuri belum ada tanda-tanda kehadirannya. Di antara semua pejabat itu, ada seorang pejabat yang berdiri dengan tenang yang ia kenal sebagai sahabat lamanya ketika mereka masih belajar di kala mereka masih muda. Lalu ia datang menghampirinya dan menepuk bahu temannya itu.
“Gubernur Seolju?” panggil Kim Yong Chun. Pejabat itu menoleh dan menatap Kim Yong Chun sebentar sebelum memanggilnya “Pejabat Kim Yong Chun?” Kim Yong Chun tertawa lalu menawarkna jabat tangan pada Seolju “bagaimana kabarmu sahabat?”. Seolji merangkul kawan lamanya itu. “aku baik-baik saja sahabatku…” “sekarang kau bertugas dimana?kudengar kau sudah tidak lagi tinggal di Hwangsanbeol?” Seolji mengangguk “sekarang aku ditugaskan untuk memimpin Benteng Wolsong..jadi aku dan keluargaku sekarang menetap di sana sekarang..dan kau menjadi Sangdaedeung sementara..apakah benar jenazah Perdana Menteri Bi Dam belum ditemukan? ” Kim Yong Chun mengangguk muram “kami sudah mengerahkan pencarian kemana-mana namun tetap tidak menemukannya..” “sungguh sangat disayangkan padahal aku ingin bertemu dengan Perdana Menteri..”ujar Seolju. “bertemu dengan Perdana Menteri?” Tanya Kim Yong Chun. Seolju mengangguk “aku ingin mengajukan proposal agar Benteng Wolsong diperkuat baik dari segi bangunan maupun persenjataan karena seperti yang diketahui hasil panen tahun ini sangat melimpah di sana, sehingga kami bisa menyalurkannnya ke lumbung persediaan makanan prajurit dan lumbung kerajaan..tapi kurasa aku tak bisa mengajukan itu sekarang..” Kim Yong Chun memikirkan perkataan temannya itu lalu mengangguk-angguk “aku akan membantumu..mengajukan proposal itu langsung kepada raja..” ujar Kim Yong Chun “benarkah?terima kasih sahabat..” jawab Seolju sambil menepuk bahu sahabatnya itu. “ayah..ayah mengapa Tuan Putri Deok Man belum datang juga?” tanya seorang gadis yang berjalan menghampiri Seolju dan berdiri di sampingnya. “dia putrimu?” tanya Kim Yong Chun. Seolju mengangguk “ia puti bungsuku..” lalu menatap putrinya “Zhi Yeon berikan salammu pada Pejabat Kim Yong Chun..” tukasnya pada putrinya. Zhi Yeon menunduk memberi hormat pada Kim Yong Chun dan memperkenalkan dirinya “nama saya Lee Zhi Yeon ..Tuan…” Kim Yong Chun menatap Zhi Yeon lalu tertawa kecil “kau bisa memanggilku Paman nak..ayahmu adalah sahabat dekatku..ia sangat mirip sepertimu Seolju…” Seolju mengangguk “ia sangat berbeda dibanding kedua kakak perempuannya..ia lebih cerdas dan paling keras kepala..” Kim Yong Chun tertawa “benar-benar sama sepertimu..”
“aku berusaha mencarikannya jodoh namun semua yang kuajukan ditolaknya kuharap ada salah satu hwarang lajang di sini yang bisa menaklukannya..” ujar Seolju. “ayah!!” seru Zhi Yeon. Kim Yong Chun hanya bisa tersenyum melihat ayah dan anak ini.
“mengapa Tuan Putri dan keluarga kerajaan belum datang juga?” tanya Seolju pada sahabatnya. “aku juga tidak tahu..padahal Tuan Putri yang terakhir menyiapkan semua ini..” jawab Kim Yong Chun muram . “mungkinkah Tuan Putri belum bisa menerima kepergian Tuan Perdana Menteri?pasti sangat bagi beliau padahal Tuan Putri belum lama menikah..” ujar Zhi Yeon dengan wajah sedih . “meskipun wajahnya nampak tegar aku tahu pasti hatinya sangat terpukul..sangat..dari segala hal yang telah mereka berdua alami..aku juga tidak percaya bahwa akhirnya akan seperti ini..” “paman..paman sangat dekat ya hubungannya dengan Tuan Putri?bisakah Paman bercerita padaku mengenai kehidupan Tuan Putri yang paman lihat?” tanya Zhi Yeon dengan penuh semangat. “Zhi Yeon..” tegur ayahnya. “tak apa-apa kawan…kau sangat tertarik dengan kehidupan Tuan Putri ya?” Zhi Yeon mengangguk “aku ingin seperti Tuan Putri yang cerdas dan bijaksana dalam memimpin negara…aku ingin belajar banyak darinya..” Kim Yong Chun tersenyum “baiklah nak..Paman akan bercerita padamu tentang apa yang Paman ketahui setelah prosesi ini selesai..kalian berdua berkunjunglah ke kediamanku..” Zhhi Yeon menunduk memberi hormat “terima kasih banyak Paman…” “baiklah Zhi Yeon..Seolju kalau begitu aku permisi dulu..” kata Kim Yong Chun lalu berjalan meninggalkan mereka kembali ke depan untuk menenangkan kegaduhan para bangsawan.
“kau sangat mengidolakan Tuan Putri ya?” tanya Seolju pada putrinya. “kan ayah sendiri tahu jika bukan karena kebijakan Tuan Putri mungkin Wolsong tidak akan makmur seperti sekarang dan mungkin kita juga sudah terperosok dalam pemberotakan Seju Mishil..” “ya ayah tahu..namun yang sekarang ayah pusingkan yakni kau belum menikah sampai sekarang…kakak-kakakmu sudah menikah ketika mereka seusiamu.” kata Seolju. “”ayah! pokoknya dengan siapa aku menikah aku yang memilih dan menentukan ..aku tak mau dijodoh-jodohkan..kuharapa ayah mengerti..” kata Zhi Yeon tegas. “baiklah…baiklah..ayah sudah menduga kau menjawab begitu..” kata Seolju sambil menggeleng-gelengkan kepala. “habisnya ayah sendiri tetap memaksa padahal sudah tahu apa hasilnya..” gerutu Zhi Yeon. Zhi Yeon berjalan mendekat ke altar dan diam menatap altar Bi Dam yang tak jauh di depannya “Tuan Putri…Tuan Putri harus kuat menghadapi ini semua..hamba yakin Tuan Perdana Menteri juga berharap demikian..”
"lihat Yang Mulia Raja dan Permaisuri sudah tiba.."seru salah seorang pejabat. Semua pejabat berdiri untuk memberi hormat dan mereka tercengang begitu melihat dua orang yang berjalan di belakang Raja dan Permaisuri. "i..itu..Per..dan..a..Men.tri..Bi..Dam" mereka semua terkejut seperti melihat hantu dari kubur. Zhi Yeon menoleh kemudian berjalan kembali ke sisi ayahnya. “a..ayah bukankah itu Tuan Perdana Menteri dan Tuan Putri?” Seolju sendiri juga kaget melihat Bi Dam melintas di hadapannya, karena yang ia tahu Perdana Menteri Bi Dam jatuh dan hilang di laut kemudian dinyatakan meninggal oleh Kerajaan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Lalu Raja dan Bi Dam berjalan ke depan, berdiri di hadapan para pejabat sedangkan Deok Man, Permaisuri, dan Alcheon berdiri di sebelah Yushin dan Kim Yong Chun.
"harap tenang semuanya" seru Kim Yong Chun meredakan hiruk pikuk. Semua pejabat diam. Lalu Raja mulai berbicara
"aku tahu kalian semua pasti kaget melihat orang yang berdiri di sampingku ini..tapi akan aku pertegas satu hal bahwa dia memang benar-benar Perdana Menteri Bi Dam.."katanya. Lalu Raja mempersilahkan Bi Dam berbicara "ya..seperti yang kalian lihat, saya masih hidup dan berdiri di sini...bagaimana ceritanya saya bisa selamat, saya rasa itu bisa diceritakan nanti saja.. terima kasih"kata Bi Dam sambil menundukkan kepala. Seperti yang telah diumumkan, bahwa Bi Dam masih hidup, Raja meminta Kim Yong Chun untuk membatalkan upacara dan membubarkan para pejabat. Para pejabat kemudian beriringan meninggalkan tempat upacara sambil membahas hal yang baru saja mereka lihat. Zhi Yeon ikut berjalan keluar bersama dengan ayahnya meskipun sebenarnya ia ingin sekali bisa menyapa Deok Man namun sepertinya tidak mungkin. . “hmm rasanya sulit untuk bisa menyapa Tuan Putri sekarang..padahal aku ingin mengucapkan selamat kepadanya karena Tuan Perdana Menteri masih hidup dan sudah kembali” keluhnya dalam hati. Ia menoleh ke belakang dan melihat Tuan Putri idolanya sedang tersenyum berbicara dengan Perdana Menteri Bi Dam dan Panglima Kim Yushin. “tapi tak apa-apalah yang penting aku bisa melihatnya langsung seperti ini..” gumamnya sambil tersenyum kecil. “ayah ingin bertemu dengan beberapa pejabat sebentar..kau ingin ikut atau pulang ke rumah bibi?” tanya Seolju pada putrinya. “kurasa aku ingin berjalan-jalan di sini sebentar..ayah..” “baiklah..tapi jangan melanggar aturan yang ada di sini ya..kau tahu kana pa saja peraturannya?” ujar Seolju mengingatkan anaknya. Zhi Yeon tersenyum mengangguk. “baiklah..ayah pergi dulu..jangan pulang terlalu sore..nanti ayah akan meminta salah seorang pelayan menemanimu” kata Seolju sambil berjalan meninggalkan anaknya.. “baik ayah..”seru Zhi Yeon.
“aah..kemana ya enaknya.. apa aku ke rumah Paman Kim Yong Chun saja?” gumam Zhi Yeon sambil berjalan melihat sekeliling.
Saking sangat terpesonanya melihat pemandangan dalam kompleks Istana untuk pertama kalinya, Zhi Yeon berjalan tanpa melihat arah dan tujuannya. “tempat apa ini?apakah ini tempat latihan prajurit” katanya sambil melihat sekelilingnya. Di sekelilingnya hanya ada tiang-tiang kayu dililit tambang dan sebuah pedang tergeletak di atas meja di dekatnya. “pedang siapa ini?” tanyanya sambil melirik ke sekeliling. “tak ada yang punya rupanya..aku coba ah…” gumamnya sambil menghunuskan pedang itu perlahan. Zhi Yeon mengamati pedang dengan seksama “pedang yang sangat bagus..ringan..bahkan lebih ringan daripada pedang ayah di rumah..dan terawat..namun apakah ini tajam..” lalu mengarahkannya pada tiang kayu terkecil di dekatnya. “haiik..” serunya sambil menebaskan pedanganya ke arah tiang itu. Tiang itu pun terpotong seketika. Zhi Yeon menatap kagum pedangnya itu “hebaat..pedang ini ringan namun sangat tajam..mungkin bahannya berbeda dengan bahan pembuat pedang milik ayah.. “ Kemudian ia pun mencoba beberapa gerakan dengan pedang itu “hei kau…siapa kau berani-beraninya masuk ke tempat ini” seru suara seorang laki-laki mengeurnya dari belakang. Zhi Yeon berdiri terdiam “celaka aku..” gumamnya dalam hati. Keringat dingin mulai bercucuran dari keningnya. “jangan panik Zhi Yeon..tenang..semua pasti ada jalan keluarnya..” gumam Zhi Yeon. Ia bisa mendengar ada langkah derap kaki yang berjalan mendekatinya. Zhi Yeon menyarungkan kembali pedang itu dan mengambil ancang-ancang untuk lari. Langkah kaki itu pun semakin mendekat. “kaburr..” serunya Zhi Yeon dalam hati. Ia pun berlari. Ia bisa mendengar orang itu juga mengejarnya. Namun ada sebuat batu yang tidak Zhi Yeon lihat. Ia pun tersandung dan nyaris saja terjatuh jika bukan ada tangan seseorang yang menariknya dan menahan tangannya dari belakang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar