Chapter 37: Problem and Problem again..
Pagi hari. Kediaman Perdana Menteri Bi Dam.
Setelah selesai sarapan, Bi Dam dan Deok Man berjalan menuju gazebo. Pagi ini, Deok Man akan memulai pengobatan akupunturnya dan Bi Dam pun tanpa diminta akan menemani istrinya . "Bi Dam, kau tidak pergi ke Istana lagi hari ini?"tanya Deok Man sambil duduk di sebelah suaminya. "hmm.. tidak.. hal-hal yang penting sudah kuselesaikan kemarin dan sudah kubawa semuanya ke Istana tadi..kau tidak perlu khawatir Deok Man.." jawab Bi Dam. "tadi kau ke istana?kapan? bukannya aku tidak suka..hanya saja rasanya aneh, kau tetap berada di rumah terus seharian ini.. ku harap kau tetap bertanggung jawab atas pekerjaanmu Bi Dam..tanggung jawabmu terhadap Shilla.." Bi Dam menoleh menatap istrinya lalu menggenggam tangannya "ya..aku mengerti..namun yang terpenting sekarang aku bisa menemanimu di sini.."
Tak lama kemudian Han Hye Jin datang menghampiri mereka. Ia menunduk dan memberi hormat. "apa Tuan Putri sudah siap?" tanya Han Hye Jin penuh semangat. Deok Man tersenyum mengangguk "tentu.. oh ya aku sudah meminum obat racikanmu pagi ini.." "bagus Tuan Putri.. nanti malam jangan lupa meminumnya kembali..minumlah secara teratur Tuan Putri.."jawab Han Hye Jin. "iya..kalau begitu kita mulai.." kata Deok Man seraya bangun dari tempat duduknya. Bi Dam berusaha memapahnya membantu istrinya. "aku masih bisa sendiri Bi Dam.." Deok Man tersenyum menolak bantuan suaminya. Bi Dam hanya terdiam dan berjalan di belakang istrinya menuju kamar mereka. Deok Man berbaring di tempat tidurnya, di sampingnya Han Hye Jin menyiapkan jarum dan segala peralatan yang diperlukannya "baiklah kita mulai.." ujar Han Hye Jin sambil mulai memasangkan jarum pada lengan kanan Deok Man yang memperhatikan dengan seksama jarum-jarum yang mulai menyentuh kulitnya. Bi Dam duduk di sisi istrinya sambil menggenggam lembut tangannya yang lain.
Beberapa lama kemudian..
"kita istirahat dulu Tuan Putri..nanti baru kita lanjutkan lagi.." ujar Han Hye Jin. Deok Man mengangguk, berusaha untuk bangun dan duduk di samping Bi Dam "fiuuh.." gumamnya sambil menghapus peluh dari keningnya. Bi Dam mengambil handuk kecil lalu menghapus peluh di wajah istrinya. Deok Man menggenggam tangan Bi Dam "terima kasih Bi Dam.." "aku di sini selalu mendukungmu Deok Man.." jawab Bi Dam tersenyum. Tak lama kemudian terdengar suara dari balik pintu,
"maaf Tuan ada surat dari Bangsawan Kim Yong Chun.." Bi Dam segera bangun dari duduknya dan menghampirinya. Ia tahu ini pasti ada kaitannya dengan Istana dan ia tak mau Deok Man mengetahuinya. "ada apa?" tanya Bi Dam dalam suara pelan sambil membuka pintu kamar. Seorang kasim menunduk memberi hormat dan menyerahkan gulungan itu untuk Bi Dam "maaf Tuan..ini dari utusan Istana..katanya ini mendesak.." Bi Dam segera membuka gulungan itu.
Perdana Menteri Bi Dam, beberapa gudang persediaan pangan prajurit dekat Goguryeo diserang.. Bangsawan Kim Yong Chun agak kewalahan mengatur pendistribusian ulangnya dan kondisi internal Kerajaan..mohon surat instruksi Perdana Menteri sekarang..
Bi Dam menggulung kembali suratnya "akan segera ku kirim suratnya.." Tiba-tiba Deok Man yang sudah berdiri di belakang Bi Dam dan mengambil gulungan itu lalu membacanya. "Bangsawan Kim Yong Chun mengurus internal Kerajaan?bukankah itu tanggung jawabmu?"tanya Deok Man dengan nada marah penuh selidik tersembunyi dalam suaranya. "mengenai itu.." Bi Dam tergagap menjawabnya. "kau harus pergi ke Istana, Bi Dam..sekarang.."ujar Deok Man. "aku bisa membuat surat instruksi..itu yang mereka but.." jawab Bi Dam sambil menatap istrinya dalam-dalam. "pergilah ke Istana..ini perintah Kerajaan, Perdana Menteri Bi Dam.." jawab Deok Man dingin. Bi Dam kaget Deok Man memanggilnya demikian. "tapi aku bisa membuat instruksi dari sini..aku.." "ini perintah Kerajaan..jangan pernah mementingkan kepentingan pribadi..Shilla lebih penting di atas segalanya..pergilah.." jawab Deok Man keras dan tegas. "Deok Man.." panggil Bi Dam. "kau harus pergi Perdana Menteri Bi Dam.. masalah ini tanggung jawabmu..dan harus kau selesaikan.. ini perintah kerajaan dari.. ku" ujar Deok Man lalu membalikan badannya, memunggunginya Bi Dam. "baiklah Tuan Putri..akan saya laksanakan.." jawab Bi Dam lalu memberi hormat. Kemudian Bi Dam pergi berjalan meninggalkan halaman.
Soo Hye yang dari tadi mengintip dari balik punggung kasim sambil membawakan teh untuk Deok Man, Bi Dam, dan Han Hye Jin, berpapasan dengan Bi Dam. " jika terjadi apa-apa, segera beritahu aku..jaga dia.."gumam Bi Dam. Soo Hye dapat melihat kesedihan di wajah tuannya itu "ba..baik Tuan.." Setelahnya, Soo Hye menghampiri tuan putrinya yang sedang duduk beristirahat "maafkan saya Tuan Putri jika hamba lancang..namun apakah tadi itu tidak terlalu keras?" "aku tahu..tapi aku terpaksa melakukannya.."jawab Deok Man "pasti ada yang ia sembunyikan dariku selama ini.." pikirnya.
Istana. Ruang Kerja Perdana Menteri.
"Perdana Menteri memasuki ruangan.." ujar kasim penjaga pintu. Para pejabat berdiri dan memberi hormat kepada Bi Dam yang melangkah masuk dan duduk. "bagaimana situasi terakhir di sana?" tanya Bi Dam. "lapor Perdana Menteri, Panglima besar Kim Yushin berhasil melakukan serangan balasan kepada pasukan Goguryeo dan menduduki wilayah mereka dan bangsawan Kim Yong Chun sudah mengatur pembangunan ulang..hanya tinggal mengatur pendistribusian dan internal saja..." "baiklah..aku sudah membuat rencana jangka pendek dan panjang untuk masalah ini.." kata Bi Dam sambil membuka gulungan yang dibawanya.
Sore hari. Kediaman Perdana Menteri Bi Dam.
Bi Dam melangkah masuk ke dalam rumahnya. Soo Hye menunduk memberi hormat kepadanya. "Tuan Putri baik-baik saja kan?" tanya Bi Dam khawatir. "ya Tuan.. Tuan Putri sedang beristirahat di ruangannya.." jawab Soo Hye. "hmm..kurasa sementara ini kau harus selalu bersamanya..ia pasti masih marah padaku.." ujar Bi Dam sambil berjalan ke kamarnya. Deok Man terlelap dalam tidurnya di kamarnya. Bi Dam menatap istrinya dalam-dalam lalu berlutut di samping pembaringan istrinya. "aku hanya ingin melakukan yang terbaik untukmu..untuk anak kita.. Deok Man.."gumam Bi Dam lalu ia mengecup kening istrinya.
Malam hari.
Setelah melewati makan malam bersama dalam diam, Deok Man meminta So Hye membantunya menyusun pakaiannya dalam lemari. Bi Dam hanya diam saja memperhatikan. Ia tidak ingin memperkeruh suasana. Ia menunggu sampai Deok Man sudah tenang.
"Tuan Putri.." panggil So Hye. Deok Man menoleh "ya?" "maaf Tuan Putri jika hamba lancang tapi apakah Tuan Putri akan tetap marah terus seperti ini terhadap Tuan?akan sampai kapan?" Deok Man berhenti merapikan pakaiannya "selama dia belum menyadari kesalahannya itu..dan menceritakan semuanya.." "tapi saya rasa Tuan melakukannya bukan karena melupakan atau ingin melalaikan tugasnya..tapi karena ia mengkhawatirkan Tuan Putri.." "tapi tetap saja di saat situasi genting di Istana seperti tadi.. ia tetap memikirkan kepentingan pribadi.. memang bisa ada pengecualian jika itu berkaitan dengan nyawa orang lain..tapi kurasa pengecualian itu belum berlaku di sini sekarang..dan ia berusaha melakukannya tanpa sepengetahuanku.." "tetapi Tuan juga tidak melupakan kepentingan negara, Tuan tetap melaksanakannya dengan sungguh-sungguh.. hanya saja dengan cara dan tempat yang berbeda..Tuan sangat khawatir terhadap kondisi Tuan Putri..Tuan melakukannya diam-diam karena Tuan tahu Tuan Putri pasti tidak akan menyukainya.." kata Soo Hye. "ya benar aku tidak menyukainya.. karena tak ada yang perlu ia khawatirkan..aku baik-baik saja.."jawab Deok Man sambil melipat pakaian di pangkuannya. "mengertilah perasaan Tuan, Tuan Putri.. Tuan melakukannya karena perasaan cintanya untuk Tuan Putri.. Jika mencintai seseorang tentu kita ingin terus bersamanya bukan?terutama saat kita tahu di saat orang itu membutuhkan dukungan kita.. kita tak mau kan meninggalkannya meskipun ada orang lain yang menemaninya?..." tanya Soo Hye
Mendengar itu, Deok Man hanya terdiam. Hati kecilnya membenarkan kata-kata Soo Hye tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar