Pages


Minggu, 16 Januari 2011

Our Future Still Continue Chapter 75: 25.000 vs 31.000



Di hari yang sama
Malam hari

Wilayah Wonju, Perbatasan Shilla-Goguryeo.
“persiapkan perisai kalian…waspada serangan panah balasan..” seru seorang jenderal Goguryeo.  Semua pasukan Goguryeo mengangkat perisainya ke atas. Namun tak ada tanda-tanda ada hujan panah yang akan menimpa mereka seperti yang mereka kira. “apakah mereka tidak akan membalas?” pikir mereka satu sama lain. “gruduk..gruduk..gruduk” “suara apa itu?” para prajurit kebingungan, begitu juga dengan para jenderal mereka “suara apa itu?apakah mereka memutuskan untuk menyerang tanpa obor..”  Karena bulan tertutup oleh awan, mereka pun tak bisa melihat dengan jelas apa yang ada di depan mereka. Karena adanya hembusan angin, awan pun bergeser sehingga cahaya bulan bisa kembali bersinar dan para pasukan Goguryeo bisa melihat dengan jelas apa yang akan mereka hadapi. “astaga?!banteng!!” seru pasukan itu panik sambil berlari mundur. “pertahankan barisan kalian..bunuh banteng-banteng itu” seru beberapa jenderal sambil memacu kudanya mundur ke belakang barisan prajurit. 1500 banteng itu berhasil memporak-porandakan barisan lapisan depan prajurit Goguryeo. “slash!!” para prajurit itu pun mulai sibuk membunuh banteng-banteng itu dengan tombak,panah, dan pedang. Mereka tak tahu apa yang akan menyerang mereka berikutnya.


Benteng Hwangsanbeol, Baekje
Deok Man sedang memeriksa sekeliling kamar tempat dirinya ditahan, memeriksa adakah celah untuk dirinya keluar dari sana. "aku harus keluar dari sini..bagaimanapun caranya…aku harus menyelesaikan masalah diplomasi dengan Tang..lalu pulang.." Terbersit bayangan wajah Bi Dam dalam benaknya. “Bi Dam..” gumamnya. “apakah ia tahu soal ini..” pikirnya. "sraak.." seorang wanita masuk ke dalam kamarnya sambil membawa nampan berisi semangkuk nasi dan sepiring makanan. Ia memberi hormat kepada Deok Man lalu menyajikan makanan di atas meja. semangkuk nasi dan sepiring sayur dengan sedikit daging. "ma..maaf jika saya hanya bisa menyediakan ini..karena hanya ini yang tersisa dari dapur prajurit.." "oh..i..iya..terima kasih.." jawab Deok Man sungkan. Ia duduk di kursi dan bersiap untuk mengambil sumpitnya sementara wanita itu tetap berdiri di tempat sambil memeluk nampannya. “syukurlah bajunya pas..” gumam wanita itu. “hm?” Deok Man menoleh menatap wanita itu. wanita itu menggelengkan kepalanya dengan kikuk “bu..bukan..apa-apa…saya hanya senang ternyata pakaian yang saya pilih ukuran dan warnanya bagus untuk Tuan Putri..” “jadi kau yang memakaikan ini?” tanya Deok Man. Wanita itu mengangguk “pakaian Tuan Putri sangat kotor sehingga aku meminta izin kepada Tuan untuk menggantikannya…kuharap Tuan Putri tidak marah..” Deok Man tersenyum “terima kasih…” “saya bukan keturunan bangsawan jadi panggil saja saya Shin Ae, Tuan Putri..” sahut wanita bernama Shin Ae itu.  “terima kasih Shin Ae..” Deok Man tersenyum mengangguk. Ia mulai memegang sumpitnya bersiap menyantap makannya dan ia pun menyadari ada yang hilang dari jemari kanannya. “cincinku…”

Istana Ingang, Shilla
“hamba mohon menghadap Yang Mulia Raja..” seru seorang dari balik pintu. “masuk..” jawab Yang Mulia Raja. Seorang kurir melangkah masuk dan memberi hormat kepada semua yang hadir di situ. “hamba ingin melaporkan bahwa Goguryeo sudah mendeklarasikan perang dan mulai bergerak..” Yang Mulia Raja, Kim Yong Chun, Kim Seo Hyun, dan Jenderal Baek Jong terkejut begitu mendengarnya. “lalu siapa yang memimpin pasukan Shilla menggantikan Panglima Yushin?” tanya Yang Mulia Raja. “Jenderal Wolya Yang Mulia...” jawab kurir itu. “berapakah pasukan Shilla yang ada di sana?dan jumlah pasukan Goguryeo” tanya Jenderal Baek Jong. “Pasukan Shilla berjumlah 25.000 dan Pasukan Goguryeo diperkirakan berjumlah 30.000-31.000 prajurit…” “jadi Goguryeo unggul sekitar 5.000 pasukan..jumlah yang cukup besar..” gumam Kim Seo Hyun. Kim Yong Chun bangun dari tempat duduknya dan memberi hormat kepada Yang Mulia Raja “Yang Mulia,saya akan mengatur pengungsian penduduk Kota Wonju dan sekitarnya..”  Yang Mulia Raja mengangguk mengerti “pastikan persediaan pangan mereka terjamin Perdana Menteri…” “Pejabat Kim Seo Hyun…” panggil Yang Mulia Raja. “ya Yang Mulia..” jawab Kim Seo Hyun. “perintahkan para gubernur yang kota-kotanya tak berada dari jauh dari Wonju untuk mensiagakan pasukannya dan waspada…“ “baik Yang Mulia..” jawab Kim Seo Hyun sebelum ia mengikuti Kim Yong Chun berjalan keluar ruangan. Jenderal Baek Jong pun bangun dari duduknya “Yang Mulia…sebenarnya hamba tidak mengharapkan sesuatu yang buruk terjadi akan tetapi jika Goguryeo berhasil menang setidaknya Yang Mulia dan keluarga kerajaan harus
selamat…saya akan menyiagakan pasukan di Seoraboel dan mempersiapkan rencana persembunyian Yang Mulia…” Yang Mulia Raja menatap jenderalnya itu “aku akan tetap berada di sini…aku ingin kau memastikan tidak terjadi kepanikan di ibukota dan…membuat rencana persembunyian untuk Permaisuri dan keluarga Putri Deok Man…” “tapi Yang Mulia..” “laksanakan..” Baek Jong pun tak bisa berkata apa-apa lagi, ia pun memberi hormat dan berjalan keluar meninggalkan Yang Mulia Raja sendiri dalam ruangannya.

Benteng Bulcheon, Kota Taejon, Shilla.
Alcheon berjalan cepat mengejar Bi Dam di depannya “Bi Dam, kau jangan gila…Hwangsanbeol sekarang berisi lebih dari 50.000 prajurit…itu sebuah ide gila jika kau ke sana sendirian..” Bi Dam tak peduli, ia tetap berjalan “hei Bi Dam..” Alcheon menarik bahu Bi Dam, memintanya untuk berhenti “jika aku tetap diam di sini tanpa melakukan sesuatu aku benar-benar akan menjadi gila!!” seru Bi Dam sambil menepis tangan Alcheon dari bahunya. “baiklah..anggap kau berhasil masuk ke sana, kemudian bertemu dengan Tuan Putri dan berhasil membawanya keluar, apakah kau bisa membawanya keluar dengan selamat dari sana?dengan penjagaan ketat 50.000 prajurit?apa kau bisa?!!” seru Alcheon. “aku tahu…oleh karena itu aku akan berusaha mencari jalan masuk dan keluar yang tidak diketahui siapapun…bagaimana pun juga aku akan membebaskannya dengan selamat.. dan yang jelas aku tak bisa berdiam diri seperti dirimu di sini..” jawab Bi Dam. “buuuk..” Alcheon meninju wajah Bi Dam. “kau kira hanya kau saja yang khawatir..kau kira hanya kau saja yang ingin pergi menolongnya?!kau kira aku mau berdiam diri seperti ini hah?!tidak!! ” “Alcheon…” gumam Bi Dam sambil menghapus darah dari bibirnya.  

Benteng Hwangsanbeol, Baekje
“apakah cincin dan kalung itu itu sangat berarti bagi Tuan Putri?” tanya Shin Ae sambil menemani Deok Man duduk tepi tempat tidurnya. Deok Man mengangguk “sangat…kalung itu adalah peninggalan mendiang kakek dan ayahku…dan cincin itu…” “klaang..braak..” tedengar suara gerendel pintu dibuka. Shin Ae segera bangun dari duduknya. “Tuan Daemusin..” ujar Shin Ae sambil memberi hormat. “tinggalkan kami berdua, Shin Ae…” jawab Daemusin. “ba..baik..” Shin Ae pun memberi hormat kepada Deok Man sebelum ia pergi keluar, meninggalkan Deok Man berdua dengan Daemusin. Daemusin memberi hormat kepada Deok Man “hormat saya Tuan Putri Deok Man…saya Panglima Daemusin dari Baekje..” “apa maumu?kenapa aku berada di sini?” tanya Deok Man sambil menatap langsung Daemusin “tanpa ragu atau takut dan langsung kepada topik pembicaraan…benar-benar menarik…” jawab Daemusin sambil tersenyum.

Wilayah Wonju, Perbatasan Shilla-Goguryeo.
“wuuush…srat..sraaat…”  ribuan panah api menghujani pasukan Goguryeo. Satu persatu mulai  bertumbangan bersimbah darah jatuh ke tanah. “demi Bangsa Shilla yang besar!!serang!!!” seru Wolya yang memimpin di barisan paling depan sambil mengacungkan pedangnya. “hiaaaa…” barisan pasukan berperisai dan bertombak Shilla berlari maju menyerang, barisan pasukan Goguryeo pun terpecah belah dan semakin terdesak mundur ke belakang. “pasukan pemanah lapisan tengah!!bentuk formasi merapat!!tembak!!” seru salah seorang jenderal Goguryeo.  Ribuan hujan panah melesat ke udara. “semua berlindung!!” seru Jenderal Uiseong, salah satu jenderal Shilla yang memimpin pasukan tombak. “Seolji!siapkan pelontar bara api!!” seru Wolya. Seolji mengangguk mengerti “siapkan pelontar bara api!!” barisan pasukan yang berada di belakangnya mendorong 10 buah  pelontar batu yang berukuran cukup  besar, dimana setiap pelontar harus didorong oleh 10 orang pasukan. Ini adalah salah satu inovasi temuan Seolji dan para ahli pandai besi Kerajaan Shilla. “siapkan bara!!”  teriak Seolji. 20 orang pasukan bersiap dengan 10 gerobak yang berisi batu bara hasil pembakaran semalam kemudian mengisikannya ke dalam lubang pelontar. “arahkan ke barisan pasukan pemanah Goguryeo!!siaaap!!!tembaakk” seru Seolji. Batu bara yang terbakar melesat di udara seperti hujan meteor yang jatuh dari langit. Meskipun tidak terlalu tepat sasaran, setidaknya batu bara panas itu mulai menggoyahkan lapisan tengah pasukan Goguryeo dan membuat mereka semakin mundur ke belakang sesuai dengan yang Wolya harapkan.

Benteng Hwangsanbeol, Baekje
“untuk apa kau menyekapku di sini?kenapa kau membiarkanku hidup di saat kau bisa membunuhku?” ujar Deok Man. Daemusin menarik kursi lalu duduk berhadapan dengan Deok Man. “aku ingin Tuan Putri melihat kejatuhan Shilla dengan mata Tuan Putri sendiri.…Tuan Putri yang membangun..maka Tuan Putri harus mencoba melihat kejatuhannya…” jawab Daemusin. Deok Man pun segera membalasnya “apa maksudmu?Shilla akan tetap kuat dengan atau tanpa aku…mereka masih memiliki Yang Mulia Raja, Sangdaedeung, dan Panglima…tunggu..jangan-jangan..” Daemusin tersenyum penuh kemenangan “kekacauan sedang melanda Istana Ingang..”  “tu..tunggu apa maksudmu kekacauan sedang melanda istana?” tanya Deok Man. Daemusin bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu “tanpa aliansi, Shilla harus berhadapan dengan Goguryeo dan Baekje di saat bersamaan…keberadaan Tuan Putri tidak diketahui hidup dan matinya…posisi Sangdaedeung pun diisi oleh seorang bangsawan tua bernama Kim Yong Chun..kurasa negeri itu tinggal menunggu tanggal kejatuhannya..”  “Bangsawan Kim Yong Chun memegang jabatan Sangdaedeung..berarti Bi Dam.” pikir Deok Man. “braak..”Daemusin membuka pintu kamar. “tunggu..” Deok Man pun bangun dari duduknya dan mengejar “tunggu apa maksudmu Bangsawan Kim Yong Chun..”  akan tetapi Daemusin sudah pergi keluar dan pintu sudah tertutup. “hei!!bukankan pintunya!!” seru Deok Man sambil memukul-mukul pintu. “kurasa Tuan Putri cukup cerdas untuk mengerti ini semua…” sahut Daemusin dari balik pintu. Deok Man pun terdiam sejenak berpikir “jika Bangsawan Kim Yong Chun menjadi Perdana Menteri..lalu dimana Bi Dam?apakah ia dipindah tugaskan atau…jangan-jangan…”



Tengah malam.

Wilayah Wonju, Perbatasan Shilla-Goguryeo.
Di dalam kemahnya, Panglima Eulji mengadakan pertemuan dengan 3 orang jenderal yang akan bersamanya memimpin barisan belakang. “perkuat barisan di sini…aku ingin kita sudah menduduki wilayah ini malam ini..” Panglima Eulji menunjuk wilayah yang ada di maket. “kita harus memanfaatkan keunggulan jumlah pasukan kita..” ujarnya. 3 orang jenderal yang hadir di situ mengangguk mengerti. Seorang prajuritu masuk dengan tergesa-gesa, menerobos pintu kemah, dan memberi hormat. “apakah sudah ada berita kemenangan?apakah Jenderal Hae Chul berhasil menembus pertahanan mereka” tanya Eulji dengan percaya diri. Prajurit itu pun semakin bingung dan gugup bagaimana caranya ia harus menyampaikan kabar ini…“bu..bukan Panglima…Jenderal Hae Chul baru saja terbunuh…pasukan lapisan tengah ditembus dan sedang didorong mundur oleh pasukan Shilla…” “apa?!!!” bentak Eulji.

“hosh..hosh..” Wolya terengah-engah setelah berhasil membunuh salah satu jenderal Goguryeo dalam sebuah duel yang sangat sengit. “tekan mereka!!!buat mereka terpojok!!demi kebesaran Shilla!!” serunya memberi komando. “traaang!!” 3 orang pasukan bertombak Goguryeo menyerang Wolya bersamaan, beruntung salah seorang prajuritnya ada yang menahan serangan itu dengan perisainya. “Jenderal…majulah ke barisan depan..mereka membutuhkanmu..” ujar prajurit itu. “tentu…namun aku tak akan meninggalkan seorang prajuritku menghadapi mereka bertiga sendiri..” “huph..” Wolya merendahkan badannya lalu dengan 1 tebasan pedang, ia melukai kaki ketiga prajurit Goguryeo itu, sebelum akhirnya prajuritnya mengakhiri nyawa ketiga orang itu dengan tebasan pedangnya. Kerja sama yang solid antara Jenderal dan pasukannya. “sekarang kita ke barisan depan..” ujar Wolya
“hiaa!!” Eulji memacu kudanya sekencang-kencangnya menuju barisan tengah pasukannya yang sekarang telah menjadi barisan depan karena barisan terdepan mereka telah dilumat oleh pasukan Shilla. “rupanya tangan kanan Yushin yang memimpin pasukan Shilla..akan kubunuh dia...” gumam Eulji. “bertahan!!!jangan sampai kalian dipojokkan oleh mereka!!!tetap berada di tengah!!!” seru Eulji. “haiiik!!” dengan pedangnya, Eulji menebas para pasukan shilla yang dilewatinya.   

Istana Pyongyang, Goguryeo.
Yeon Gaesomun duduk sendiri dalam ruangannya. Wajahnya nampak gelisah menunggu kabar yang kunjung datang. Pikirannya kali ini benar-benar terpecah belah. Antara memikirkan pasukannya yang belum kembali dan  alasan perginya Panglima Yushin beserta pasukannya dari perang melawan Goguryeo. “pasti ada sesuatu di balik ini semua..aku harus menemukan benang merahnya” gumamnya.“hamba mohon menghadap Tuan Perdana Menteri…” seru seseorang dari balik pintu. “masuk..” jawab Yeon Gaesomun “sraak..” seorang kasim melangkah masuk ke dalam ruangan dan memberi hormat kepadanya “ada surat untuk Tuan Perdana Menteri...” katanya sambil menyerahkan sebuah amplop merah. Yeon Gaesomun segera membuka amplop itu dan membaca isinya. “ke..keparat!!apa maksud surat ini?!” Yeon Gaesomun memegang lembaran surat itu erat-erat. Ia meremas surat itu dan melumatnya dalam genggamannya “keparat kau Daemusin!!” 


Wilayah Wonju, Perbatasan Shilla-Goguryeo
“haaikk!!” Seolji bersama salah seorang Jenderal Shilla yakni, Jenderal Ho Jong berhasil membunuh satu Jenderal Goguryeo. “aku akan pergi ke garis depan!!” ujar Jenderal Ho Jong Seolji mengangguk mengerti “baik Jenderal..saya akan tetap berada di sini untuk memberikan komando kepada pasukan pelontar..” Seolji pun ikut membantu para pasukannya melindungi pelontar-pelontar milik mereka dari serangan musuh. “komandan Seolji..siapkan pelontar..kami harus membuka lapisan pasukan berperisai!!” teriak salah seorang jenderal Shilla dari kejauhan. “baik!!” jawab Seolji. Lalu Seolji dibantu beberapa pasukan Shilla pun segera menyiapkan bara yang masih panas di atas pelontar. “tembak!!” Seru Seolji. “wuussh..”  satu persatu pelontar mulai melesatkan batu bara ke udara. “tepat sasaran komandan..” seru seorang prajurit kegirangan. Namun belum sempat ia selesai mengungkapkan kegembiraannya. Sebuah pisau telah menembus perutnya dari belakang. Prajurit itu pun jatuh ke tanah. “jadi inikah senjata yang berhasil memporak-porandakan pasukan Goguryeo..akan kuhancurkan..” ujar Eulji sambil mencabut pedangnya dari punggung prajurit tadi. Seolji mencabut pedangnya dari sarungnya. “tak akan kubiarkan kau merusak hasil penemuanku!!haiiik!!” Seolji mulai menyerang.

“traang…” Wolya menahan serangan pedang dari prajurit Goguryeo. “heaa!!” Ia mendorong balik pedang lawannya hingga lawannya terjatuh ke belakang, lalu menusuknya.  Wolya menghapus cipratan darah dari wajahnya, lalu melihat sekelilingnya “mereka sudah hampir terpojok…aku harus meminta Seolji untuk menyiapkan pelontar dan persediaan anak panah…” Ia pun berlari ke tengah kerumunan pasukan, mencari Seolji. “Perdana Menteri memerintahkan penarikan pasukan Goguryeo!!!” teriak seorang kurir Goguryeo dari atas kuda di tengah kerumunan pasukan Goguryeo. Wolya pun menoleh, ia segera berlari menuju kurir itu lalu menjatuhkannya ke tanah “apa maksudmu?apakah Yeon Gaesomun sendiri yang memerintahkannya?” bentaknya. Kurir itu pun ketakutan dan menjawab dengan gemetar. “i..iya Tuan…sa..saya ha…nya kurir tidak bersen..jata..ja..jangan bunuh saya…” Wolya diam saja tidak mempedulikannya “apakah Yeon Gaesomun sedang merencanakan sesuatu?tidak biasanya ia menarik mundur pasukan di saat seperti ini terutama di saat ia unggul dalam jumlah pasukan..kalau begitu ini harus dipercepat…setidaknya mereka harus dipukul jauh dari perbatasan..Seolji harus segera kutemukan…” Wolya pun segera berlari ke tengah kerumunan “jangan biarkan pasukan Goguryeo kembali dengan hidup-hidup!!!” teriaknya sambil berlari.

“hosh..hosh…ugh” Seolji terbaring di tanah sambil menahan bahu kanannya yang terluka. Rupanya ia bukanlah lawan bertarung yang sebanding dengan Eulji. “setelah ini akan kubuat kau sekarat dan melihat semua mainanmu ini hancur menemani kematianmu….” Eulji bersiap menebas pedangnya sebelum ia disela oleh seorang prajurit berkuda Goguryeo “Panglima…Tuan Perdana Menteri meminta pasukan ditarik mundur sekarang…” “apa kau bilang?!” seru Eulji sambil menarik baju besi prajurit itu. “i..iya Tuan..beberapa kurir sudah meneriakannya dari tadi…tapi sepertinya mereka dibunuh oleh para prajurit Shilla..” Eulji terdiam sejenak. “aku tak mengerti apa yang ada dipikiran kakek tua itu..tapi apa boleh buat..tapi harus ada yang kuselesaikan terlebih dahulu..” gumamnya sambil menatap Seolji. Ia berjalan mendekati Seolji yang masih memegang pedangnya meskipun sudah terkapar di tanah. Seolji mengangkat pedangnya dengan tangan kirinya. “traang..” Eulji menebas pedangnya sehigga pedang itu pun terpental dari tangannya. “matilah kau!”  Eulji menghujankan pedangnya di dada kiri Seolji.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar