Pages


Kamis, 06 Januari 2011

FAN FIC BIDAM – DEOKMAN, Our Love Story BAGIAN 24

FAN FIC BIDAM – DEOKMAN, Our Love Story

BAGIAN 24

Scene : the CURIOSITY

Akhirnya sekarang Xiou Lie menjadi dayang Deokman dan mengikuti kemanapun Deokman pergi, Bidam pun sesekali mengajarkan Xiou Lie berlatih pedang walaupun hanya sebentar. Deokman merasa ada hal yang aneh ketika melihat Bidam dan Xiou Lie, Deokman merasa Xiou Lie menyukai Bidam karena Deokman sekilas pernah melihat Xiou Lie sering menatap Bidam dibelakang punggungnya dan tersenyum simpul, tapi ditepisnya perasaan itu, tidak mungkin begitu, tentu saja pasti Bidam menolaknya. Perlakuan Bidam pada Xiou Lie hanya sebatas tuan dan pelayan, jadi wajar bila Bidam mengajarkan sesuatu. Tapi tetap saja pikiran itu menganggunya.

Pagi hari sekali, Bidam sudah bersiap memakai pakaian Sangdaedung-nya, Deokman membantu Bidam menyiapkan sarapan. Pagi itu Bidam harus ke istana lebih awal karena Yang Mulia akan mengadakan perjalanan ke Benteng Danghang untuk menemui utusan Tang disana. Bidam hanya menyiapkan proposal perjanjian kerja sama yang akan diajukan Shilla.

“kau tidak jadi ikut dengan Yang Mulia ke benteng Danghang?”

“kukira tidak.. karena sementara urusan istana diserahkan padaku” jawab Bidam sambil sarapan cepat-cepat.

“sepertinya aku harus pergi sekarang, takut terlambat, Yang Mulia menungguku” Deokman mengangguk dan Bidam pamit pergi setelah mencium pipi Deokman dan mengelus perut Deokman.

“sampai jumpa di istana” kata Bidam sambil menaiki kudanya.

“ya.. hati-hati” jawab Deokman mengantar Bidam pergi sampai ke gerbang depan. Kemudian Deokman masuk ke kamar dan memanggil Xiou Lie. Tapi ternyata Pelayan Ma yang masuk.

“mana Xiou Lie?”

“maaf Nyonya, Xiou Lie sedang sakit.. dari subuh tadi dia mengeluh sakit perut dan dia mohon maaf tidak bisa melayani Nyonya hari ini”

“sakit perut apa…?” Pelayan Ma berbisik pada Deokman dan mengatakan bahwa Xiou Lie sakit karena datang bulan.

“ya sudah, suruh saja dia beristirahat” Deokman pun bersiap-siap hendak pergi ke istana.

Di istana…

Siang hari, Bidam mendatangi Deokman di kantornya.

“Deokman, apa dokumen yang tadi malam aku kerjakan terbawa olehmu?”

“dokumen apa?”

“dokumen yang isinya tentang persetujuan anggaran untuk pembangunan armada laut di Insadong, dokumen itu harus dikirim hari ini juga ke Insadong”

“tidak, bukankah kemarin malam kau sudah merapikannya dan memasukkan ke dalam tasmu? Apa tertinggal di rumah?”

“sepertinya aku sudah memasukkannya untuk dibawa ke istana tapi itu tidak ada dalam tasku, aahh.. sial aku harus memeriksanya di rumah segera. Aku pulang dulu untuk mencarinya”

“ya.. pulanglah” balas Deokman. Bidam keluar dari kantor Deokman sambil mengerutu kesal karena dokumennya tertinggal di rumah.

Rumah Sangdaedung

Bidam sampai di rumahnya lalu dengan segera menuju ruang kerja, dicarinya dokumen itu dan Bidam menemukannya di bawah meja, mungkin terjatuh pikirnya, meski Bidam merasa janggal. Lalu Bidam membaca sekali lagi dan dia baru ingat bahwa isi dokumen belum dia salin. Sementara Bidam menulis, lalu beberapa saat kemudian Xiou Lie mengeser pintu sambil membawa beberapa makanan kecil dan teh panas.

“Tuan , saya mendengar Tuan sudah pulang..” Bidam mendonggak dan heran melihat Xiou Lie ada di rumah.

“bukankah kau bersama istriku di istana?”

“tidak Tuan , Nyonya menyuruh saya untuk beristirahat di rumah” Bidam mengangguk dan melanjutkan pekerjaannnya.

“apa Tuan mau minum tehnya sekarang?” Bidam mengangguk tanpa melihat Xiou Lie sambil meneruskan pekerjaannya. Xiou Lie menyeduh teh dan menyerahkannya pada Bidam tetapi,

“ouch...” Bidam sontak berdiri dan menjerit kecil ketika teh panas yang dipegang Xiou Lie tumpah ke bajunya. Bidam menepis-nepis pakaiannya menahan rasa panas, sementara Xiou Lie ikut sibuk membersihkan tumpahan air teh di pakaian Bidam.

“Tuan ..Tuan .. maafkan saya.. saya ceroboh.. pasti panas.. aduh.. bagaimana ini..”celoteh Xiou Lie, Bidam tidak memperhatikan Xiou Lie malah melirik dokumen di mejanya, bagi Bidam bukan masalah pakaiannya yang terkena teh dan basah tapi ia harus segera menyelesaikan dokumen dan segera pergi ke istana,

“sudah Xiou Lie.. tidak apa.. tidak apa..sudah..” kata Bidam sambil berusaha duduk kembali, tapi Xiou Lie tidak mendengarkan Bidam, tangannya tetap saja menepis-nepis pakaian Bidam dan bergumam minta maaf. Bidam jadi tidak sabar dan memegang pundak Xiou Lie dengan kedua tangannya untuk menghentikan Xiou Lie. Xiou Lie sontak diam dan terpaku menatap Bidam…

“Tuan ..” kata Xiou Lie lirih.

------------

Deokman tiba di rumah dan turun dari tandunya, Pelayan Ma menyambut kedatangannya dari halaman samping.

“Nyonya sudah pulang”

“apa Tuan Sangdaedung masih ada di rumah?”

“saya tidak melihat Tuan Sangdaedung datang, Nyonya” jawab Pelayan Ma, tapi Deokman yakin Bidam ada di dalam karena kuda Bidam masih ada diluar, tanpa berkata apa-apa Deokman masuk ke dalam rumah dan menuju ruang kerja yang pintunya sedikit terbuka lalu Deokman melihat Bidam memegang pundak Xiou Lie dan mereka saling bertatapan dan mendengar Xiou Lie berkata “Tuan ..” dengan suara yang lirih.

Deokman mengeser pintu agar terbuka lebih lebar. Mendengar suara pintu bergeser dan melihat Deokman yang datang Bidam langsung melepaskan tangannya dari pundak Xiou Lie dan Xiou Lie menunduk diam. Deokman memandang Bidam menuntut penjelasan,

“tadi aku berusaha menghentikannya untuk membersihkan pakaianku yang terkena tumpahan teh, kau lihat basah bukan” jelas Bidam sambil membentangkan tangannya memperlihatkan pakaiannya yang basah. Deokman memperhatikan pakaian Bidam dan melihatnya sesaat,

“tunggu disini, aku akan mengambilkan gantinya” kata Deokman dingin lalu segera keluar kamar. Bidam lalu melanjutkan pekerjaannya tanpa menyadari bahwa Deokman sedikit kesal. Deokman datang ke ruang kerja sambil membawa pakaian Bidam yang baru dan kering.

“aku akan pergi ke istana lagi untuk menyerahkan laporan ini” kata Bidam pada Deokman yang sedang merapikan pakaian gantinya. Deokman hanya mengangguk diam tanpa bersuara.

“Deokman.. lihat aku.. kau tidak berpikiran macam-macam kan?” tanya Bidam seolah mengetahui ekspesi wajah Deokman.

“tidak.. pergilah, mereka menunggumu” balas Deokman tersenyum tipis. Bidam membalas tersenyum lega dan segera pergi.

Di sebuah rumah, di Soerabeol….

Seorang pria berpakaian rakyat biasa masuk ke dalam ruangan, dan disana duduk seorang wanita muda yang berpakaian putri bangsawan.

“Nona Bo Young..” kata si pria itu menghormat.

“Sudah kau sampaikan pesanku padanya?” tanya Bo Young.

“Sudah Nona, dia berpesan agar kita bersiap-siap dalam waktu 1 atau 2 hari ini, untuk melaksanakan apa yang telah kita rencanakan” jawab di pria tadi.

“Bagus..setelah kita berhasil, segera kirim kabar ke markas besar…aku tidak mau menunda lama dan segera lakukan persiapan, ingat jangan ada jejak sedikitpun” perintah Bo Young dengan senyum cerah yang merekah di wajahnya.

Scene : MORNING KISS

Malam itu Bidam pulang agak larut, dan melihat Deokman tidur lebih dulu. Ditatapnya wajah Deokman dengan penuh kasih sayang dan membetulkan selimut Deokman. Deokman tidur dengan pulas, lalu Bidam melihat pakaian tidurnya telah disiapkan juga makan malam untuknya yang tersedia diatas meja. Bidam pun makan dulu sebelum pergi mandi dan tidur.

“selamat pagi..” sapa Deokman yang duduk di sisi ranjang Bidam ketika Bidam membuka matanya, Bidam terkejut karena Deokman bangun terlalu pagi atau dirinya yang bangun kesiangan.

“uhhm…pagi.. apa aku kesiangan”

“tidak juga.. pasti kau sangat lelah tadi malam hingga tidurmu sangat pulas begitu” ujar Deokman tersenyum. Bidam bangun dan mengecup kening istrinya.

“ayo sarapan, pagi ini aku sangat lapar” ajak Deokman pada Bidam,

Bidam mengangguk dan pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Deokman menunggu di ruang makan dan merekapun sarapan bersama, setelah itu..

“ini pakaianmu, mandilah sana, aku sudah mandi pagi tadi” kata Deokman sambil menganti pakaian tidurnya dengan pakaian Tuan Putri-nya.

“baik sayang, eh.. Deokman tadi malam aku membawa buku baru untukmu, dan aku minta tolong kau carikan laporan mengenai pengeluaran militer di distrik Insadong di meja kerjaku. Aku membutuhkannya” kata Bidam sambil mengerdipkan sebelah matanya tanda merayu.

“Baik aku akan mencarikannya, pergilah mandi” Bidam pun masuk ke kamar mandi dan Deokman keluar dari kamarnya dan menuju ruang kerja. Kemudian Xiou Lie masuk menuju lorong dalam kamar….

Bidam mandi dengan riang sambil bersiul-siul, ketika sudah selesai dan sedang mengeringkan rambutnya, Bidam hanya mengenakan handuk yang dililit menutupi bagian bawahnya dan masih bertelanjang dada membelakangi pintu. Lalu tiba-tiba pintu bergeser dan Xiou Lie masuk sambil membawa ember, dilemparnya ember itu ke bawah “BRAG” suara ember kayu menghantam lantai dan Xiou Lie membuka lipatan kimononya lebih terbuka sehingga sebagian pundak dan atas dadanya terlihat lalu mendekatkan dirinya ke arah Bidam, merangkulkan kelima jarinya di leher Bidam dan secara tiba-tiba Xiou Lie mencium bibir Bidam dengan penuh nafsu.. Bidam diam beberapa saat, terkejut dan terkesiap dengan tingkah Xiou Lie…

-------------

Deokman mencari dokumen yang dimaksud Bidam dan menemukannya... lalu dia mengambil dokumen itu untuk diperlihatkan pada Bidam, alih-alih salah mengambil dokumen dan Deokman menuju kamarnya tapi diurungkannya setelah mendengar “BRAG” suara ember kayu jatuh dari kamar mandi, lalu Deokman menuju kamar mandi yang pintunya terbuka, dia melihat Xiou Lie mencium Bidam dan tangan Xiou Lie bertengger di tengkuk Bidam dan Deokman tidak bisa melihat reaksi Bidam karena Bidam membelakanginya.

Dilihatnya kerah kimono Xiou Lie terbuka lebar memperlihatkan pundak dan atas`dadanya. Lalu Xiou Lie melepaskan diri segera dan memperbaiki kerah kimononya yang sedikit terbuka dan Deokman melihat Xiou Lie meneteskan air mata. Deokman tidak bisa menahan diri melihat kejadian itu dan menutup mulutnya lalu diam-diam pergi dari situ menuju kamarnya tanpa diletahui oleh Bidam...

-------------

Bidam terkejut dengan sikap Xiou Lie yang tiba-tiba menciumnya, lalu Xiou Lie melepaskan diri dan memperbaiki kerah kimononya. Xiou Lie meneteskan air mata…

“untuk apa kau melakukan hal itu..?” tanya Bidam datar dan pelan nyaris seperti bisikan, ia belum bisa menguasai dirinya karena terkejut. Xiou Lie hanya menunduk dan menangis…

“maafkan saya Tuan .. Tuan begitu baik.. saya tidak bisa menahan diri..” jawab Xiou Lie terisak lalu lari ke luar kamar mandi. Bidam melihat Xiou Lie berlari dan menghela nafas sambil mengenakan jubah mandinya, ia sangat lega tidak seorangpun yang melihatnya, semoga tidak ada yang melihatnya pikirnya...

Scene : the first argue

Bidam masuk ke kamar, dilihatnya Deokman sedang duduk menunduk dan Bidam melihat di meja sudah ada laporan yang dia minta.

“kau sudah menemukannya ya, terima kasih Deokman” kata Bidam riang, berusaha menutupi kegugupannya.

“Dia cukup cantik bukan? apa kau menyukainya?” tanya Deokman tiba-tiba suaranya datar sambil duduk tanpa menatap Bidam.

“apa? Siapa?” tanya Bidam menoleh pada Deokman binggung.

“Apa kau menyukai Xiou Lie? Kelihatannya kau begitu dekat dengannya” lanjut Deokman dingin.

“Deokman, apa maksud - mu? Kau ini kenapa?”

“bukan sekali ini aku melihatmu dengan Xiou Lie, kau sering berbicara dengannya dengan akrab seolah-olah kalian adalah teman dekat, lalu aku melihatmu ketika kau memegang pundaknya seolah kau memeluknya di ruang baca, lalu tadi aku melihat Xiou Lie menciummu dan kau diam saja.. kalau kau menyukainya kenapa kau tidak jadikan dia sebagai selirmu, itu lebih baik daripada kau bermain dibelakangku. Bukankah sudah biasa bagi seorang bangsawan sepertimu mempunyai banyak istri untuk bersenang-senang!!” nada Deokman meninggi dan menatap Bidam tajam. Bidam terkejut dengan pernyataan Deokman.

“Kau melihatnya?” sahut Bidam gugup

“Kau pikir aku tidak melihatnya, apa sering kau melakukan ini?” tanya Deokman dengan nada mencemooh.

“kau ini kenapa Deokman? kau salah paham” ujar Bidam menenangkan mencoba tersenyum lembut.

“kau malah tersenyum.. kau pikir aku main-main.. hapus senyummu itu!!” Deokman tambah sewot.

“aishh.. Deokman? tunggu akan ku panggil Xiou Lie” kata Bidam cepat-cepat lalu keluar dan berteriak memanggil Xiou Lie.

“mana Xiou Lie?” tanyanya pada Pelayan Ma.

“tuan, dia tidak ada.. dia pergi keluar tadi” jawab pelayan Ma.

“aahh.. sialan, kenapa jadi begini” ujar Bidam lalu dilihatnya Deokman keluar kamar dan bergegas hendak pergi, Bidam berlari dan meraih tangan Deokman tapi ditepis Deokman.

“aku pergi dulu ke istana, banyak pekerjaan! Aku sedang malas berdebat denganmu jadi jangan mengajak aku berbicara!” ujar Deokman lalu pergi berlalu dengan tandunya. Bidam memandang tandu Deokman dengan nanar, ini pertama kalinya sejak berumah tangga, ia bertengkar dengan Deokman, rasanya kalut sekali lalu Bidam meninju tembok di disebelahnya.

“ahh.. dimana si Xiou Lie itu, ia sumber masalahku dengan Deokman..” gumam Bidam kesal.

Deokman terdiam dalam tandunya, rasanya ia kesal sekali pada Bidam juga pada Xiou Lie, tidak mungkin Xiou Lie bisa sekurang ajar itu pada Bidam kalau Bidam tidak memberinya kesempatan.

Lalu diingatnya kala Bidam tertawa-tawa kala mengobrol dengan Xiou Lie di gazebo, ketika Bidam memperhatikan Xiou Lie berlatih pedang, ketika Bidam memegang pundak Xiou Lie di ruang baca dan terakhir kala Xiou Lie mencium Bidam dan Xiou Lie membenarkan kerah kimononya yang sedikit terbuka. Dan Deokman sudah mencium tanda-tanda bahwa Xiou Lie menyukai Bidam, apakah diam-diam Bidam juga menyukai Xiou Lie ‘Apa Bidam menghianati cintanya? Rasanya tidak mungkin, Bidam begitu mencintaiku, mengapa aku begitu cemburu dan bertengkar dengan Bidam? pikir Deokman heran.

Entahlah, dulu waktu Yushin memutuskan menikah dengan Yohmo, ia bisa mengatasinya dengan baik karena ada Bidam yang menghiburnya tapi kalau sekarang kenapa ia tidak bisa mengendalikan emosinya, rasa cemburunya, tapi yang dirasakan Deokman saat ini adalah kesal dan marah.

“Deokman..ayolah kenapa kau marah begitu, apa kau berpikir aku menyukai Xiou Lie, tidak mungkin aku menghianatimu..” kata Bidam memelas saat Bidam menemui Deokman di kantornya.

“sudahlah Bidam, apa yang kulihat dan kau katakan jauh berbeda” jawab Deokman datar dan dingin sambil sibuk membaca laporan, kemudian Santak datang dan memberitahukan Bidam bahwa Yang Mulia sudah menunggunya di Aula Wolseon. Bidam menanggapinya dengan kalut.

“pergilah..!” perintah Deokman tanpa melihat ke arah Bidam. Bidam dengan enggan pergi dan meninggalkan Deokman dengan hati kurang puas.

************



Tidak ada komentar:

Posting Komentar