Pages


Sabtu, 22 Januari 2011

FAN FIC BIDAM – DEOKMAN, Our Love Story BAGIAN 25

FAN FIC BIDAM – DEOKMAN, Our Love Story

BAGIAN 25

Scene : DEOKMAN’S MISSING

Hari sudah mulai siang, sementara Deokman masih sibuk menulis laporan, kemudian pintu kantornya terbuka “sreek” yang datang ternyata Xiou Lie, Deokman heran dan terkejut.

“apa yang kau lakukan disini?” tanya Deokman sinis pada Xiou Lie yang masuk dengan menunduk merasa bersalah.

“saya harus kemari dan berbicara dengan nyonya, saya mendengar nyonya bertengkar dengan tuan karena saya, saya harus menjelaskannya” jelas Xiou Lie.

“apa tuan Sangdaedung yang menyuruhmu?” selidik Deokman.

“tidak, ini kemauan saya sendiri karena saya merasa bersalah pada nyonya dan tuan. Nyonya, tuduhan nyonya pada tuan tidak benar, tuan tidak seperti yang nyonya pikirkan. Semua adalah salah saya, saya terlalu ceroboh dan saya tidak bisa menahan diri saya karena saya menyukai tuan padahal tuan dan nyonya begitu baik. Saya memutuskan untuk berhenti bekerja dan pergi dari sini tapi sebelumnya saya harus menjelaskannya pada nyonya. Apa nyonya memaafkan kelancangan saya, saya memang patut dihukum. Saya benar-benar minta maaf, tuan begitu baik tapi saya salah mengartikannya. Saya tidak tahu harus berkata apa lagi? Nyonya maafkanlah tuan, saya yang salah” jelas Xiou Lie sambil terisak-isak. Deokman terhenyak mendengar penjelasan Xiou Lie, jadi ia telah salah paham pada Bidam.

‘tentu saja Bidam tidak mungkin menghianati aku, dia mencintaiku tulus.. aku saja yang terlalu berlebihan’ pikir Deokman hatinya gembira sekaligus menyesal.

“tentu saja aku maafkan mu Xiou Lie, tapi kau sudah lancang berlaku demikian, aku bertengkar dengan Tuan Sangdaedung karenamu. Kau juga harus menjelaskan pada Tuan mengapa kau melakukan ini semua. Ayo ikut aku!” ajak Deokman.


Deokman segera menuju kantor Bidam tapi menurut pengawal Bidam masih ada rapat dengan Yang Mulia.

“maaf nyonya.. kalo boleh saya menyarankan, lebih baik nyonya dan tuan membicarakan di rumah saja karena ini kan masalah pribadi dan saya merasa sangat malu bila harus menjelaskannya disini” saran Xiou Lie.

“ya.. sebaiknya kita membicarakan di rumah saja, baiklah! Ayo kita pulang.. aku harus menyiapkan kejutan padanya sebagai tanda minta maaf dariku” kata Deokman tersenyum.

Setelah menitipkan pesan pada pengawal bahwa Deokman akan menunggu Bidam di rumah maka Deokman dan Xiou Lie keluar dari istana dan berjalan pulang.

Di tengah jalan, Xiou Lie menyarankan agar Deokman membeli hadiah kecil untuk Bidam dan Xiou Lie juga akan membeli sesuatu sebagai kenang-kenangan untuk keluarga Bidam. Deokman menurut dan turun di pasar yang dilaluinya, Xiou Lie dengan ceria memilih beberapa barang-barang berupa souvenir dan Deokman tertarik untuk membeli konde rambut untuk Bidam selagi asyik memilih Deokman tidak menyadari bahwa Xiou Lie menghilang.

“itu konde yang bagus, kalau aku jadi kau, aku akan memilih itu” kata seorang wanita seusianya yang mempunyai penampilan baik seperti putri bangsawan umumnya.

“benarkah.. ini untuk suamiku, baik.. aku akan membelinya terima kasih” kata Deokman tersenyum lalu dirasakannya sesuatu yang tajam menusuk perutnya pelan. Deokman terkejut dan melihat ke bawah dan dilihatnya sebuah belati panjang ditodongkan ke perutnya.

“nyonya, sebaiknya anda menuruti perintahku untuk tidak berteriak dan mengikutiku, anda tidak mau bukan pisau ini merobek perut anda dan janin dalam kandungan nyonya ikut terluka” kata wanita itu dengan senyum yang manis tapi mematikan. Deokman mengangguk tidak berkutik dan matanya berusaha menangkap sosok Xiou Lie atau pengawalnya untuk minta pertolongan tapi Xiou Lie tidak kelihatan dan pengawalnya sekarang berada di ujung gang, Deokman tidak habis pikir ia berjalan sejauh itu menjauhi tandunya karena keasyikan melihat beberapa barang.

“ayo nyonya cepatlah jalan, maju ke depan lalu berbeloklah ke gang sebelah kanan” perintah wanita itu halus sekarang tangannya merangkul pinggang Deokman bagaikan dua sahabat yang berjalan berpelukan sedang tangan satunya tetap menodongkan belati, ujung belati mengenai perut Deokman sedikit dan terasa agak perih, takut tusukannya lebih dalam dan melukai perutnya lebih baik ia menurut.

“apa yang kau inginkan? Katakan padaku mungkin aku bisa memberikannya” kata Deokman nadanya berusaha tegar.

“ikuti saja aku, nanti aku akan memberitahukanmu apa yang aku inginkan” jawabnya.

Akhirnya mereka belok ke kanan gang dan terus berjalan menyusuri gang yang agak sempit dan sepi lalu langkahnya terhenti di sebuah gerbang kayu kusam kecil.

“ini aku!” teriaknya dari luar kemudian pintu gerbang terbuka, Deokman dipaksa masuk.

Setelah masuk dilihatnya sekitar 6 orang pria berpakaian pengawal yang wajahnya ditutupi sehingga Deokman tidak bisa mengenalinya, tanpa basa-basi wanita itu mendorongnya lalu salah satu pengawal dengan cepat membiusnya dengan sapu tangan, Deokman kontan pingsan tapi ia masih merasakan tubuhnya dimasukkan ke dalam tandu dan sayup-sayup mendengar sebuah suara wanita yang dikenalnya berkata

“bagus sekali, sekarang bawa dia!”

“xiou lie..”gumam Deokman tak jelas lalu semuanya gelap.


Scene : DEOKMAN, WHERE ARE YOU?


Bidam sudah meyelesaikan rapatnya dan sekarang ia akan menemui Deokman tapi Deokman tidak ada di kantornya, kemudian ia menerima pesan dari pengawal istana bahwa Deokman sudah pulang terlebih dahulu dari siang tadi bersama seorang wanita yang berpakaian seperti pelayan dan menunggu Sangdaedung di rumah. Bidam senang karena kemungkinan Deokman tidak marah lagi dengannya dengan segera ia menaiki kudanya dan pulang menuju rumahnya. Sesampainya di rumah, Bidam segera mencari Deokman di kamarnya tapi tidak ada…

“dimana nyonya? Apa dia sudah pulang?” tanyanya pada Pelayan Ma.

“belum tuan Sangdaedung, saya tidak melihat nyonya pulang”jawab Pelayan Ma.

“lalu Xiou Lie?”

“dia juga belum datang dari pagi tadi, saya menunggunya lama. Anak itu jadi merepotkan begini. Apa tuan mau makan?”

“tidak, aku akan menunggu istriku... lalu kenapa Xiou Lie juga belum datang, apa dia kabur?” tanya Bidam, lalu diingatnya kata pengawal tadi kalau Deokman pulang bersama seorang wanita berpakaian pelayan, apakah itu Xiou Lie? Pikir Bidam bertanya-tanya.

Setelah mandi dan makan beberapa makanan kecil, Bidam menunggu Deokman dengan gelisah di halaman depan. Sampai hari menjelang malam tapi tidak ada tanda-tanda Deokman pulang, Bidam makin gelisah, lalu akhirnya berubah jadi kepanikan ketika para pengawal tandu Deokman tiba di rumah mengatakan bahwa tadi Deokman bersama Xiou Lie turun di pasar untuk membeli sesuatu tapi setelah lama menunggu Deokman tidak kunjung kembali akhirnya mereka mencarinya di sekitar pasar tapi tidak menemukan Deokman dan Xiou Lie.

“Pengawal.. cari Tuan Putri ke rumah tabib Young Ae, siapa tahu dia ada disana. Aku akan mencarinya di istana sekarang juga. Beri kabar secepatnya kalau kau menemukannya, mengerti?” perintah Bidam. Lalu dengan cepat Bidam berkuda menuju istana. Sesampainya di istana Bidam mencari Deokman keseluruh pelosok istana tapi hasilnya nihil. Ia meminta tolong Alcheon untuk mencarinya juga...

“tidak biasanya Tuan Putri seperti ini, apa ada masalah?” tanya Alcheon gusar melihat Bidam panik luar biasa mencari Deokman.

“tadi pagi aku sedikit bertengkar dengannya dan pengawal mengatakan ia menghilang di pasar? Aku sangat mengkhawatirkannya apalagi dia sedang mengandung” kata Bidam gemetar.

“sebaiknya Sangdaedung menunggunya di rumah, siapa tahu ia kembali setelah menenangkan diri lagipula Tuan Putri ditemani oleh seorang pelayan kan? Jadi Sangdaedung tidak perlu khawatir, walaupun kupikir ini diluar kebiasaan Tuan Putri yang memperlarut masalah” saran Alcheon.

“ya..kau benar, mungkin Tuan Putri hanya menenangkan diri, aku saja yang panik berlebihan. Nanti pasti ia pulang kembali” kata Bidam menghibur dirinya sendiri walau hati kecilnya berkata Deokman bukan tipe orang yang suka membuat masalah berlarut-larut tapi ia lebih menyukai agar semua masalah diselesaikan secepat mungkin.

“memangnya kalian bertengkar tentang apa? Sampai Tuan Putri marah begitu?” tanya Alcheon.

“ah.. sudahlah..kalau ada kabar tolong beritahukan aku secepatnya” jawab Bidam menghindar. Alcheon mengiyakan, Bidam pun meninggalkan istana.

Keesokan harinya, Deokman belum kembali. Bidam tertidur di halaman depan menunggu Deokman, Pelayan Ma membangunkannya dan Bidam segera pergi ke istana untuk meminta beberapa orang untuk mencari Deokman.

“apa..! Tuan Putri Deokman menghilang sejak kemarin siang” kata Yang Mulia Chunchu terkejut ketika Alcheon melaporkannya.

“ya, Sangdaedung Bidam telah meminta beberapa orang untuk mencari Tuan Putri Deokman” jawab Alcheon.

“kalau perlu kerahkan pasukan kita untuk mencarinya ke seluruh soerabeol, Tuan Putri harus ditemukan!” perintah Chunchu yang juga khawatir.

Mereka hanya mendapatkan petunjuk terakhir ketika Deokman menghilang yaitu ketika seorang pedagang asesoris mengatakan bahwa ia melihat Tuan Putri pergi bersama seorang wanita berpakaian seperti putri bangsawan dan wanita berpakaian pelayan mengikutinya dari jauh. Pencarian berhenti kala mereka menemukan rumah yang dijadikan tempat Deokman dimasukkan ke dalam tandu setelah itu nihil, tidak ada petunjuk lain.

Sampai hari berganti malam, pencarian terhadap Deokman terus berlangsung di seluruh soerabeol, rumah-rumah penduduk diperiksa tapi tidak berhasil. Bidam sudah seperti orang linglung dan raut mukanya jelas sangat kusut.


Malam hari ketiga…

AARRGHH… Bidam menjerit sekeras mungkin di pelataran depan rumahnya, air matanya menetes karena binggung, cemas, khawatir, takut dan rindu pada Deokman, karena Deokman menghilang, belum kembali, dan tidak ada kabar berita sama sekali.

“kau ada dimana Deokman..? apa yang terjadi padamu? Aku tidak sanggup membayangkan.. baru 3 hari tidak ada kau disisiku tanpa tahu bagaimana keadaanmu, aku jadi gila. Deokman..” gumam Bidam

“Deokman..DEOKMANKU!!!..”teriak Bidam memanggil nama Deokman, lalu duduk bersandar di tembok pelataran depan rumahnya sambil menangis kemudian menengadah ke atas

“Tuhan.. beri petunjuk dimana istriku berada, jagalah dia.. aku tidak sanggup hidup tanpa dirinya” diusapnya cincin dijarinya lalu dikecupnya sambil terisak.


Scene : THE KIDNAPPER

Siang hari ke empat..

Di sebuah hutan yang rimbun terdapat satu pondokan yang sudah tua dan tidak terawat, dengan tangan terikat dan mata ditutup, Deokman duduk terikat di sebuah kursi kayu menghadap sebuah meja. Beberapa hari ini ia sangat pusing, lemah dan lapar sekali, walaupun mereka memberi makan sesekali tapi tetap saja mereka membius Deokman lagi agar tetap diam. Kemudian Deokman samar-samar ia mendengar suara yang dikenalnya, Deokman memutuskan untuk pura-pura masih pingsan agar bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, ternyata percakapan antar 2 orang wanita…

“kau sudah mengirim orang untuk menyampaikan pesan?”

“sudah..bila sesuai rencana besok malam pesannya akan sampai di rumah Sangdaedung Shilla”

“bagus..kau sudah menyampaikan pada kurirmu kalau tertangkap dia harus mati”

“ya tenang saja, kurirku bisa dipercaya, dia tidak akan tertangkap dengan mudah”

“kau jangan meremehkan orang.. sudah kubilang Sangdaedung ini berilmu tinggi, salah satu yang terbaik di seluruh Han”

Deokman sedikit tersenyum kecil kala mereka memuji Bidam.

“Baiklah, sekarang kau lihat dia, apa sudah siuman belum, biarkan dia sadar kukira sudah waktunya kita memperkenalkan diri”

Deokman merasa salah satu dari mereka mendekat dan membuka penutup matanya, Deokman mengerjapkan matanya sedikit agar bisa menyesuaikan dengan cahaya dalam ruangan itu. Saat matanya sudah terbiasa lalu memandang ke hadapannya dilihatnya sosok penculik yang ternyata sangat dikenalnya…

“Xiou Lie..kau..kau” kata Deokman terkejut lalu melihat sosok wanita yang disebelah Xiou Lie yaitu wanita yang menculiknya kini mereka berpakaian mirip dengan wonhwa berwarna merah hanya rambut mereka terurai dengan ikat kepala dengan warna yang sama dengan pakaiannya.

“Kau.. kenapa.. apa yang terjadi?” tanya Deokman terkejut.

“Tenanglah Tuan Putri Shilla, akan aku jelaskan padamu nanti, sebaiknya kau makan dulu, kami masih membutuhkanmu dalam keadaan sehat lagipula kau kan sedang mengandung tentunya kau butuh makanan” kata Xiou Lie lembut tapi sinis. Deokman memang merasa lapar dan lemah, ia perlu makanan untuk dirinya dan bayinya.

“Bu Yong, lepaskan ikatannya biarkan dia makan dulu, dia tidak berguna kalau mati” perintah Xiou Lie pada wanita itu yang ternyata namanya Bu Yong.

Deokman langsung menyantap makanannya dengan lahap tanpa malu-malu, karena ia memerlukan kekuatan untuk dia dan bayinya jika ada kesempatan untuk melarikan diri. Xiou Lie dan Bu Yong melihat Deokman dengan sinis lalu meninggalkan Deokman dan digantikan oleh beberapa penjaga.

Malam hari keempat…

Deokman merasa tidak berdaya dan menyesal terhadap Bidam, juga kesal karena ia tidak membawa soeyobedo. Dan juga ia baru menyadari bahwa gelang pemberian Bidam sudah tidak ada lagi di tangannya.

‘Bidam pasti sangat mengkhawatirkan aku, apa yang sedang ayahmu lakukan sekarang?” gumam Deokman sambil mengelus perutnya seolah bicara dengan janin yang dikandungnya.

“ibu tidak tahu apa yang terjadi, tapi ibu yakin semua akan baik-baik saja.. besok bila orang-orang itu datang, ibu akan menanyakannya---apa mau mereka sebenarnya dan ayahmu pasti menyelamatkan kita---pasti…bersabarlah---beri ibu kekuatan, kau dan ibu harus kuat dan bertahan…Oh.. ibu sangat merindukan ayahmu.. rasanya nyaman sekali berada dalam pelukannya”gumam Deokman sambil meneteskan air mata mengingat Bidam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar