Blog ini dibuat untuk menampung FF n Fan's Creation dari seluruh fans QSD terutama Bideok lovers..(tidak menerima shindeok lovers ^^)
Rabu, 26 Januari 2011
Senin, 24 Januari 2011
FAN FIC BIDAM – DEOKMAN, Our Love Story BAGIAN 26
FAN FIC BIDAM – DEOKMAN, Our Love Story
BAGIAN 26
Scene : YEOM JIN YI
Hari kelima
Istana : ruang kerja raja
“Sampai saat ini belum diketahui dimana Tuan Putri berada? Ini sudah hari kelima, apa yang sebenarnya terjadi!!” tanya Yang Mulia Raja dengan nada tinggi.
“Yang Mulia.. tenanglah, kami semua juga sangat khawatir pada Tuan Putri Deokman” balas Permaisuri menenangkan dengan wajah cemas.
“bagaimana keadaan Sangdaedung Bidam?” tanya Yang Mulia Raja pada Alcheon.
“Sangdaedung Bidam, tampak sangat terpukul dan gusar”
“aku bisa memahami keaadannya, ini pastinya penculikan bukan kebiasaan Tuan Putri membuat orang-orang di sekitarnya khawatir. Tapi siapa yang menculiknya dan apa motifnya” Yang Mulia Raja bertanya pada dirinya sendiri.
“apa mungkin..” Yang Mulia Raja berpikir dan mencoba menarik kesimpulan.
“mungkin apa Yang Mulia?” tanya Alcheon
“penculikan Tuan Putri, apa ada hubungannya dengan perjanjian yang akan kita ajukan ke goguryeo mengenai Saitama?”
“mengapa Yang Mulia, berkesimpulan seperti itu?”
“mungkin saja.. ini baru perkiraanku. Kapten Alcheon, panggil Kim Yongchun, dan beritahukan pada Sangdaedung bahwa sementara dia dibebastugaskan dari kewajiban perdana menteri dan mengfokuskan pada pencarian Tuan Putri Deokman”
“baik Yang Mulia, hamba permisi”
Rumah Sangdaedung
Sementara itu, Bidam sedang mondar-mandir di halaman depan rumahnya dan menatap ke arah pintu gerbang penuh harap kala mendengar pintu gerbang dibuka. Santak datang menemuinya
“Bagaimana?” tanyanya pada Santak
“Hamba sudah menyebarkan surat pemberitahuan pada para gubernur di provinsi tentang hilangnya Tuan Putri Deokman, dan mereka segera akan melakukan tindakan pencarian dan menempel pengumuman di pasar-pasar tentang hal ini berikut sketsa wajah Tuan Putri Deokman” lapor Santak.
“apa kau menyertakan juga sketsa wajah Xiou Lie?”
“ya Tuan, saya sudah menyertakannya juga… tapi Tuan?”
“apa? Ada apa?”
“Tuan.. saat saya melihat sketsa wajah Xiou Lie, saya rasa saya seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Saya juga pernah bertemu sekali dengannya saat di istana, wajahnya sangat familiar”
“apa…kau pernah melihatnya juga? Dimana? Aku juga merasa hal yang sama saat melihat wajahnya tapi aku tidak ingat dimana? Santak, coba kau ingat-ingat lagi.. tidak mungkin kau pernah melihatnya di gunung Hanggeok-san bukan, kau belum pernah kesana!”
“Hah.. nama gunungnya juga saya baru dengar, Sangdaedung”
“makanya, coba kau ingat-ingat lagi!.. mungkin bisa menjadi suatu petunjuk” perintah Bidam dengan mata penasaran dan tidak sabar. Santak mengerungkan wajahnya tanda berpikir lalu matanya berbinar tanda dia ingat sesuatu.
“jamuan---jamuan….makan malam.. saya pernah melihatnya disana sedang bermain sitar dan bernyanyi..” Santak mengernyitkan dahinya lagi tanda dia lupa.
“dimana? Jamuan makan malam dimana? Katakan!!” tanya Bidam kesal sekarang Bidam menarik kerah kimono Santak.
“eh..eh.. rumah..rumah.. bangsawan Yeomjong.. ya benar, saya pernah datang ke jamuan makan malam di rumah bangsawan Yeomjong, Sangdaedung juga hadir disana. Bangsawan Yeomjong menyajikan atraksi musik dan saya melihat Xiou Lie disana, ya sekarang saya baru ingat”
“rumah Yeomjong..” Bidam mencoba mengingat-ingat karena bukan sekali dua kali, Bidam datang ke rumah Yeomjong untuk jamuan makan malam dan Yeomjong selalu menyediakan wanita-wanita untuk para tamunya. Bidam sendiri tidak pernah tertarik untuk berhubungan dengan wanita manapun meski hanya seorang gisaeng untuk bersenang-senang. Dalam pikirannya hanya ada satu wanita dalam hidupnya yaitu Deokman.
“apa Xiou Lie adalah seorang gisaeng?” tanyanya pada Santak.
“kurasa bukan Sangdaedung, saya sekilas ingat bahwa Bangsawan Yeomjong pernah mengatakan---”
( FLASH BACK ON )
Rumah Bangsawan Yeomjong
Suasana jamuan makan malam yang dihadiri oleh para pengikut Bidam yang akhirnya jadi pemberontak, saat itu Bidam masih sangat loyal dengan para pengikutnya. Para Bangsawan bersenang-senang, menikmati hidangan dan meminum arak ditemani para gisaeng-gisaeng. Bahkan ada beberapa Bangsawan yang genit memeluk, merangkul, dan mencium para gisaeng. Bidam datang dan diikuti oleh Yeomjong di belakangnya.
“aahh.. senang sekali Bangsawan Bidam datang dan ikut bersenang-senang dengan kami disini” kata Misaeng dengan kata-kata manisnya dan dengan wajah genitnya. Bidam hanya tersenyum tipis, kemudian datang seorang gadis dengan pakaian yang bagus dengan model Tuan Putri menuangkan arak di cangkir Bidam.
“silahkan Bangsawan Bidam minum” kata Yeomjong dengan senyum penjilatnya yang sangat menyebalkan.
“ayo perkenalkan dirimu..” kata Yeomjong pada gadis itu
“selamat datang---Saryeong-Bu Bidam…nama saya Yeom Jin Yi.. semoga Saryeong-Bu Bidam menikmati jamuan yang kami sediakan” kata gadis itu lembut dan menyerahkan cangkir arak kepada Bidam, Bidam mau tidak mau melirik dan melihat wajah gadis itu / wajah Xiou Lie dan menerima cangkir dari Yeom Jin Yi, lalu meminumnya dengan senyum terima kasih.
“Bangsawan Bidam, Yeom Jin Yi sangat pandai bermain musik dan menyanyi, ayo tunjukkan bakatmu pada kami” perintah Yeomjong pada Yeom Jin Yi lalu Yeom Jin Yi memainkan sitar dan bernyanyi.
“bagaimana? Dia cantik bukan? Apa kau tertarik padanya?” tanya Yeomjong pada Bidam masih dengan senyum yang menyebalkan itu. Bidam sekilas melirik Yeom Jin Yi lalu memperlihatkan ekspresi wajah yang dingin pada Yeomjong.
“hey.. Yeomjong, apa maksud-mu? 1000 bidadari kau tawarkan padaku, aku tetap tidak tertarik. Jadi tidak perlu kau repot begini---ah sial, kalau tahu akhirnya selalu seperti ini, aku enggan datang kemari” jawab Bidam, Yeomjong pun diam tak berkutik.
“ayolah keponakanku---sampai kapan kau akan mempertahankan lajangmu itu? Sudah saatnya kau sedikit bersenang-senang dengan seorang wanita, aku tahu siapa wanita yang kau sukai dan aku juga tahu pasti akan sangat sulit bagimu mendapatkannya (aka:Deokman)” goda Misaeng.
Bidam hanya tersenyum menanggapi perkataan Misaeng
“dengarkan Misaeng-gung, pamanku---aku rasa itu bukanlah urusanmu dan ku mohon berhentilah mencampuri urusan pribadiku, jangan sampai membuatku marah” kata Bidam lembut tapi tajam dan mengancam. Air muka Misaeng pun berubah jadi kikuk.
“baiklah.. baiklah.. ayo dimakan.. ayo..” kata Misaeng salah tingkah.
Yeomjong dengan wajah gusar mendekati Santak.
“aigoo.. si Bidam itu, dasar pria yang aneh dan tidak bisa ditebak apa maunya..”
“memangnya kenapa..?” tanya Santak, Yeomjong mendelik dengan wajah kesal dan menjitak kepala Santak, Santak mengernyit sedikit.
“Pimpinanmu itu.. begitu dingin pada wanita, yang ada dipikirannya dan matanya hanya Yang Mulia Ratu Deokman saja, padahal dia tahu persis tidak akan mudah mendapatkannya, aku menawarkan anakku yang kupikir sangat cantik dibandingkan Yang Mulia, tapi tetap saja.. alih-alih melihatnya meliriknya pun tidak. Bagaimanapun caranya aku harus bisa menikahkan anakku dan Bidam” kata Yeomjong gusar.
“Memang anakmu itu cantik..?” tanya Santak polos, lagi-lagi Yeomjong mendelik dengan wajah kesal dan menjitak kepala Santak lagi tapi tidak berhasil karena Santak langsung melindungi kepalanya.
“Kau lihat gadis yang bermain sitar itu..” Yeomjong menunjuk ke arah Yeom Jin Yi. Santak melihatnya dengan seksama dan mengangguk-angguk kepalanya.
“cantik bukan..?”
“ckckck, ya.. dia cantik, berbeda sekali dengan ayahnya..” kata Santak polos dan melirik takut-takut pada Yeomjong, sekarang Yeomjong mendelik marah dan siap-siap mau menonjok Santak tapi meleset karena Santak sudah kabur lari.
( FLASH BACK OFF)
Scene : the secret revealed
Bidam memukul kepalanya dengan telapak tangannya tanda lupa sesuatu.
“Harusnya aku ingat, Xiou Lie alias Yeom Jin Yi adalah putri Yeomjong, aku begitu bodoh tidak ingat sama sekali. Kau apalagi sangat sangat bodoh---padahal Yeomjong jelas-jelas mengatakan padamu, Yeom Jin Yi itu anaknya”
“itu karena Sangdaedung tidak pernah melihat-lihat wanita dan apalagi mengingatnya” jawab Santak.
“sudahlah, yang penting kita sudah mempunyai petunjuk baru, sekarang kau segera temui Jungsae-rang dan Hanwook-rang dan sampaikan perintahku pada mereka agar mereka memeriksa rumah Yeomjong dan tanyakan mengenai Yeom Jin Yi, dimana dia tinggal, siapa koneksinya, dan latar belakangnya. Cepat!! Aku curiga mungkin dia dalang dibalik menghilangnya Deokman, aku akan memeriksa kamarnya. Pergilah!!” perintah Bidam pada Santak.
Pondokan di hutan Gwangmun (perbatasan Shilla – Saitama Goguryo)
Xiou Lie dan Bo Yong datang menemui Deokman
“Tuan Putri Shilla, bila tidak ada halangan, pesan dari kami akan sampai hari ini, berdoalah semoga keinginan kami terkabulkan dan kami tidak perlu repot-repot mengurusmu lagi. Aku ingin tahu apakah harga satu nyawamu sesuai dengan keinginan kami” kata Bo Yong.
“hanya tinggal satu urusan pribadi yang akan kita selesaikan lalu dengan senang hati aku akan membunuhmu” timpal Xiou Lie tersenyum sinis.
“siapa sebenarnya kalian? Dan apa yang kalian inginkan dariku?” tanya Deokman penasaran dengan suara sewajar mungkin untuk menyembunyikan rasa gugupnya.
“Tuan Putri Shilla atau kusebut mantan Yang Mulia Ratu Seondeok, kau orang yang telah menghancurkan impianku dan cintaku, tak sadarkah kau? Aahh---sebaiknya aku harus mengatakan padamu agar aku tidak perlu melihat wajah binggung-mu itu yang menyebalkan, juga agar kau tidak mati penasaran” kata Xiou Lie lalu dia menarik kursi didepan Deokman dan menatap Deokman tajam.
Deokman sama sekali tidak menyangka Xiou Lie begitu mengerikan dengan mata berkilat penuh dendam sehingga Deokman bertanya-tanya kesalahan besar apa yang dia pernah lakukan sehingga Xiou Lie jadi begitu membencinya.
“Namaku bukanlah Xiou Lie, namaku adalah Yeom Jin Yi dan aku adalah anak angkat dari ayahku bernama Yeom Jong. Ayahku salah satu pangeran Goguryeo Seongmin dan ibuku adalah selir raja Goguryeo Geongmin. Saat ibuku diketahui selingkuh dengan ayahku, maka Raja sangat murka dan mengusir lalu mengasingkan mereka, tapi Sang Raja rupanya tidak puas dengan hanya mengusir, dia---Raja Geongmin secara diam-diam memerintahkan pasukan untuk membunuh ayah dan ibuku. Akhirnya ayahku tewas dan untungnya ibuku berhasil lolos, aku tahu dibalik ini semua Raja melakukan konspirasi untuk melenyapkan Pangeran Seongmin yang merupakan pewaris sah kerajaan. Bisa kau bayangkan, keberhasilan Raja menyingkirkan ayahku, ternyata menyimpan dendam dan rencana tersendiri bagi ibuku. Ibuku adalah adik dari ayah angkatku Yeom Jong. Ibu dan ayah angkatku sepakat memberikan nama Yeom sebagai margaku untuk melindungiku dari sentuhan Raja Geongmin. Lalu aku dididik oleh mereka dengan kebencian terhadap Raja Geongmin. Ayah angkat mengatakan ada kesempatan untuk membalaskan dendam ibuku dengan menikahi calon raja Shilla yang berambisi menumpas Gogouryo..”
“Bidam..!, ayahmu tentu saja merencanakan kau menikah dengan Bidam” kata Deokman tiba-tiba.,
“kau pintar juga menarik kesimpulan, ayahku sangat membangga-banggakan Bidam, aku jadi penasaran seperti apa dia, lalu datang kesempatan agar aku bisa bertemu dengannya. Saat pertama kali aku melihatnya aku langsung tertarik padanya, ayahku berusaha mencari jalan agar aku bisa mendekatinya tapi tetap saja---bahkan saat aku bertemu dengannya lagi di rumahmu, dia tidak bisa mengenaliku. Sungguh mengecewakan tapi menguntungkan aku juga. Usaha dan penantianku ternyata sia-sia, ayahku mati ditangan orang yang dipujanya dan semua itu adalah kau penyebabnya. Di hari itu aku bersumpah akan membuatmu menebus semua kesalahanmu yang membuat ayahku mati dan mengambil pria yang kucintai” jelas Xiou Lie menatap tajam Deokman.
“jadi semua adalah tipu muslihatmu, masuk kerumahku menyamar sebagi pelayan dengan pura-pura menolong Pelayan Ma lalu mendekati Bidam dan membuatku mencurigai Bidam dan bertengkar dengannya dan oh---ular itu, aku yakin kau juga yang melakukannya, lalu mengapa kau tidak membunuhku atau meracuni makananku bukankah itu lebih mudah bagimu untuk kau lalukan?” tanya Deokman.
“tentu saja semua itu muslihatku, aku ingin sekali membunuhmu, tapi tampaknya aku harus bersabar lagi untuk melakukan semua itu karena kau tidak berguna bagi perjuangan kami bila kau mati..”
“apa yang kau perjuangkan?” tanya Deokman penasaran. Tapi Jin Yi hanya menatap Deokman dengan pandangan mengejek.
“Kurasa cukup informasi yang kau dapat dariku untuk hari ini” katanya lalu bangkit berdiri hendak pergi meninggalkan Deokman.
“Tunggu!! Kau harus katakan padaku apa sebenarnya mau kalian? Apa yang kalian perjuangkan?” seru Deokman kesal. Jin Yi berdecak sebal dan menatap Deokman tajam.
“Mau kami adalah---“ jawab Jin Yi.
Minggu, 23 Januari 2011
Our Future Still Continue Chapter 76: A Letter from Bestfriend
“heaa..” Eulji menebas beberapa pasukan Shilla yang berusaha menjatuhkannya. “pasukan mundur!!” serunya. Salah satu prajurit berlari tersenggal-senggal menghadapnya “Panglima..barisan tengah…” “shuut..jleb..jleb..” 2 anak panah menancap di dada prajurit itu. Eulji menoleh melihat darimana anak panah itu berasal “sial..” gumamnya. Ia pun kembali memacu kudanya cepat-cepat.
“sial..meleset..” gumam Wolya. Hampir saja panahnya mengenai targetnya, namun justru yang terkena malah prajurit biasa. Melihat sasarannya mencoba untuk kabur, ia pun memacu kudanya untuk mengejarnya. “tak akan kubiarkan kau mundur hidup-hidup Eulji..” geramnya. Ia pun mencoba melepaskan anak panahnya kembali. “kali ini tak akan meleset..”
“brengsek..ia benar-benar mengejarku..akan kubuat ia menyesal..” gumam Eulji sambil menoleh ke belakang. Dilihatnya seseorang berusaha memanahnya. Ia pun merundukkan badannya dan semakin cepat memacu kudanya lalu memiringkan badannya ke bawah dan menjatuhkannya tepatdi saat kudanya terkena panah.
“apakah aku berhasil mengenainya?” gumam Wolya. “heaa..” Ia memacu kudanya. “praak..” kudanya meringkik kesakitan karena kedua kaki depannya dijegal oleh batang tombak dan Wolya pun terhempas ke depan. “haiik!!” Eulji berusaha menyerangnya dengan pedang, namun Wolya berhasil menghindar dengan berguling ke samping, ia pun bangkit dan menghunuskan pedangnya. “heeaaaah!!”mereka pun mengeluarkan kemampun terbaik mereka masing-masing.
“traang!!” kedua pedang mereka beradu di depan dada. “akan kuhancurkan kau dan negerimu….” geram Eulji. “itu tidak akan pernah terjadi…” geram Wolya. Wolya mendorong pedangnya dengan sekuat tenaga kemudian membenturkan kepalanya dengan kepala Eulji lalu menendangnya hingga ia jatuh ke tanah. Eulji jatuh ke tanah, pedangnya terlepas dari tangannya, dahinya berdarah karena benturan tadi. Wolya mengangkat pedangnya tinggi-tinggi “akan kuakhiri pertempuran kali ini…tapi sebelumnya kuberitahu dirimu bahwa Shilla tidak pernah membuat rencana invansi..itu semua fitnah..ini untuk Seolji dan semua prajurit Shilla yang telah kau bunuh haiik..” Rupanya Eulji tidak kehabisan ide, ia meraup pasir dalam genggamannya lalu melemparkannya ke wajah Wolya.
“argh..” Wolya pun mengerang kesakitan, sambil berusaha membersihkan butiran pasir yang mengenai matanya. Eulji mengambil pedangnya dan bangun. “kali ini kau yang akan habis….aku tak peduli siapa yang memulai perang ini…tak peduli berapa banyak prajurityang mati, yang penting adalah kemenangan, hanya itu yang ada dalam pikiranku..dan sekarang kau yang akan mati..“ Wolya yang penglihatannya masih terganggu pun mencoba untuk bersiap menghadapi serangan. Eulji berjalan mengelilinginya seakan-akan sedang mengolok Wolya yang tidak bisa melihat. “maju kau!” seru Wolya. “slash..” Eulji berhasil melukai bagian samping perut Wolya dengan tebasan pedangnya. “ugh..” Wolya mencoba menahan sakitnya. “sombongnya dirimu..apakah kau masih sombong setelah ini…” Eulji pun kembali menorehkan luka di tubuh Wolya, kali ini bahu kiri Wolya. “argh..” Wolya mengerang namun ia masih mencoba kembali ke posisi siap dengan pedang di tangannya “aku masih bisa menghadapimu..maju!!” Kali ini Eulji dengan kedua tangannya, mengangkatpedangnya ke samping kepalanya dan mengarahkan ujungnya ke arah punggung Wolya.Ia ingin mengakhiri pertempuran ini sebelum matahari terbit. “mati kau!!” ia berlari ke arah Wolya untuk menikamnya dari belakang. “jleeb..”
“pojokkan mereka!!pertahankan formasi..” seru Deok Chung sambil menebas pedangnya menghadapi prajurit Goguryeo di hadapannya. Salah seorang prajurit yang belepotan dengan darahdan lumpur berlari dengan tergopoh-gopoh menghadapnya “Jenderal, Jenderal Jo Kwon terbunuh..pertahanan kami di sisi timur berhasil ditembus..Goguryeo berusaha untuk mundur..” “apa?!” ia pun mengikuti kemana prajurit itu menunjukkan jalan. “bentuk formasi bulan sabit…jangan sampai mereka kabur!!” seru Deok Chung. Para pasukan Shilla berperisai menahan laju prajurit Goguryeo bergantian dengan prajurit bertombak yang bertugas menyerang. Namun rupanya pasukan Goguryeo tak kunjung menyerah, meskipun sudah terpojok tetap saja jumlah mereka lebih banyak dari Shilla dan itu yang memacu semangat mereka untuk tetap maju. Dengan suara paraunya, Deok Chung pun berusaha menyemangati prajuritnya “ke..kerahkan…” “KERAHKAN SEMANGAT KALIAN!!DEMI SHILLA YANG BESAR!!PANGLIMA GOGURYEO SUDAH TERBUNUH!!” Deok Chung menoleh ke belakangnya rupanya Wolya berteriak di belakangnya. Beberapa prajurit bersama-sama mengoper dan melemparkan jasad Eulji ke tengah-tengah pasukan Goguyeo. “bruukk..” Pasukan Goguryeo pun terkejut melihat mayat itu “Panglima!!” seru mereka. Wolya pun memanfaatkan itu untuk memberikan komando.Komando guna memastikan kemenangan Shilla “pasukan berperisai, tombak maju!!pasukan pemanah siap menembak!!” serunya.
Sabtu, 22 Januari 2011
FAN FIC BIDAM – DEOKMAN, Our Love Story BAGIAN 25
FAN FIC BIDAM – DEOKMAN, Our Love Story
BAGIAN 25
Scene : DEOKMAN’S MISSING
Hari sudah mulai siang, sementara Deokman masih sibuk menulis laporan, kemudian pintu kantornya terbuka “sreek” yang datang ternyata Xiou Lie, Deokman heran dan terkejut.
“apa yang kau lakukan disini?” tanya Deokman sinis pada Xiou Lie yang masuk dengan menunduk merasa bersalah.
“saya harus kemari dan berbicara dengan nyonya, saya mendengar nyonya bertengkar dengan tuan karena saya, saya harus menjelaskannya” jelas Xiou Lie.
“apa tuan Sangdaedung yang menyuruhmu?” selidik Deokman.
“tidak, ini kemauan saya sendiri karena saya merasa bersalah pada nyonya dan tuan. Nyonya, tuduhan nyonya pada tuan tidak benar, tuan tidak seperti yang nyonya pikirkan. Semua adalah salah saya, saya terlalu ceroboh dan saya tidak bisa menahan diri saya karena saya menyukai tuan padahal tuan dan nyonya begitu baik. Saya memutuskan untuk berhenti bekerja dan pergi dari sini tapi sebelumnya saya harus menjelaskannya pada nyonya. Apa nyonya memaafkan kelancangan saya, saya memang patut dihukum. Saya benar-benar minta maaf, tuan begitu baik tapi saya salah mengartikannya. Saya tidak tahu harus berkata apa lagi? Nyonya maafkanlah tuan, saya yang salah” jelas Xiou Lie sambil terisak-isak. Deokman terhenyak mendengar penjelasan Xiou Lie, jadi ia telah salah paham pada Bidam.
‘tentu saja Bidam tidak mungkin menghianati aku, dia mencintaiku tulus.. aku saja yang terlalu berlebihan’ pikir Deokman hatinya gembira sekaligus menyesal.
“tentu saja aku maafkan mu Xiou Lie, tapi kau sudah lancang berlaku demikian, aku bertengkar dengan Tuan Sangdaedung karenamu. Kau juga harus menjelaskan pada Tuan mengapa kau melakukan ini semua. Ayo ikut aku!” ajak Deokman.
Deokman segera menuju kantor Bidam tapi menurut pengawal Bidam masih ada rapat dengan Yang Mulia.
“maaf nyonya.. kalo boleh saya menyarankan, lebih baik nyonya dan tuan membicarakan di rumah saja karena ini kan masalah pribadi dan saya merasa sangat malu bila harus menjelaskannya disini” saran Xiou Lie.
“ya.. sebaiknya kita membicarakan di rumah saja, baiklah! Ayo kita pulang.. aku harus menyiapkan kejutan padanya sebagai tanda minta maaf dariku” kata Deokman tersenyum.
Setelah menitipkan pesan pada pengawal bahwa Deokman akan menunggu Bidam di rumah maka Deokman dan Xiou Lie keluar dari istana dan berjalan pulang.
Di tengah jalan, Xiou Lie menyarankan agar Deokman membeli hadiah kecil untuk Bidam dan Xiou Lie juga akan membeli sesuatu sebagai kenang-kenangan untuk keluarga Bidam. Deokman menurut dan turun di pasar yang dilaluinya, Xiou Lie dengan ceria memilih beberapa barang-barang berupa souvenir dan Deokman tertarik untuk membeli konde rambut untuk Bidam selagi asyik memilih Deokman tidak menyadari bahwa Xiou Lie menghilang.
“itu konde yang bagus, kalau aku jadi kau, aku akan memilih itu” kata seorang wanita seusianya yang mempunyai penampilan baik seperti putri bangsawan umumnya.
“benarkah.. ini untuk suamiku, baik.. aku akan membelinya terima kasih” kata Deokman tersenyum lalu dirasakannya sesuatu yang tajam menusuk perutnya pelan. Deokman terkejut dan melihat ke bawah dan dilihatnya sebuah belati panjang ditodongkan ke perutnya.
“nyonya, sebaiknya anda menuruti perintahku untuk tidak berteriak dan mengikutiku, anda tidak mau bukan pisau ini merobek perut anda dan janin dalam kandungan nyonya ikut terluka” kata wanita itu dengan senyum yang manis tapi mematikan. Deokman mengangguk tidak berkutik dan matanya berusaha menangkap sosok Xiou Lie atau pengawalnya untuk minta pertolongan tapi Xiou Lie tidak kelihatan dan pengawalnya sekarang berada di ujung gang, Deokman tidak habis pikir ia berjalan sejauh itu menjauhi tandunya karena keasyikan melihat beberapa barang.
“ayo nyonya cepatlah jalan, maju ke depan lalu berbeloklah ke gang sebelah kanan” perintah wanita itu halus sekarang tangannya merangkul pinggang Deokman bagaikan dua sahabat yang berjalan berpelukan sedang tangan satunya tetap menodongkan belati, ujung belati mengenai perut Deokman sedikit dan terasa agak perih, takut tusukannya lebih dalam dan melukai perutnya lebih baik ia menurut.
“apa yang kau inginkan? Katakan padaku mungkin aku bisa memberikannya” kata Deokman nadanya berusaha tegar.
“ikuti saja aku, nanti aku akan memberitahukanmu apa yang aku inginkan” jawabnya.
Akhirnya mereka belok ke kanan gang dan terus berjalan menyusuri gang yang agak sempit dan sepi lalu langkahnya terhenti di sebuah gerbang kayu kusam kecil.
“ini aku!” teriaknya dari luar kemudian pintu gerbang terbuka, Deokman dipaksa masuk.
Setelah masuk dilihatnya sekitar 6 orang pria berpakaian pengawal yang wajahnya ditutupi sehingga Deokman tidak bisa mengenalinya, tanpa basa-basi wanita itu mendorongnya lalu salah satu pengawal dengan cepat membiusnya dengan sapu tangan, Deokman kontan pingsan tapi ia masih merasakan tubuhnya dimasukkan ke dalam tandu dan sayup-sayup mendengar sebuah suara wanita yang dikenalnya berkata
“bagus sekali, sekarang bawa dia!”
“xiou lie..”gumam Deokman tak jelas lalu semuanya gelap.
Scene : DEOKMAN, WHERE ARE YOU?
Bidam sudah meyelesaikan rapatnya dan sekarang ia akan menemui Deokman tapi Deokman tidak ada di kantornya, kemudian ia menerima pesan dari pengawal istana bahwa Deokman sudah pulang terlebih dahulu dari siang tadi bersama seorang wanita yang berpakaian seperti pelayan dan menunggu Sangdaedung di rumah. Bidam senang karena kemungkinan Deokman tidak marah lagi dengannya dengan segera ia menaiki kudanya dan pulang menuju rumahnya. Sesampainya di rumah, Bidam segera mencari Deokman di kamarnya tapi tidak ada…
“dimana nyonya? Apa dia sudah pulang?” tanyanya pada Pelayan Ma.
“belum tuan Sangdaedung, saya tidak melihat nyonya pulang”jawab Pelayan Ma.
“lalu Xiou Lie?”
“dia juga belum datang dari pagi tadi, saya menunggunya lama. Anak itu jadi merepotkan begini. Apa tuan mau makan?”
“tidak, aku akan menunggu istriku... lalu kenapa Xiou Lie juga belum datang, apa dia kabur?” tanya Bidam, lalu diingatnya kata pengawal tadi kalau Deokman pulang bersama seorang wanita berpakaian pelayan, apakah itu Xiou Lie? Pikir Bidam bertanya-tanya.
Setelah mandi dan makan beberapa makanan kecil, Bidam menunggu Deokman dengan gelisah di halaman depan. Sampai hari menjelang malam tapi tidak ada tanda-tanda Deokman pulang, Bidam makin gelisah, lalu akhirnya berubah jadi kepanikan ketika para pengawal tandu Deokman tiba di rumah mengatakan bahwa tadi Deokman bersama Xiou Lie turun di pasar untuk membeli sesuatu tapi setelah lama menunggu Deokman tidak kunjung kembali akhirnya mereka mencarinya di sekitar pasar tapi tidak menemukan Deokman dan Xiou Lie.
“Pengawal.. cari Tuan Putri ke rumah tabib Young Ae, siapa tahu dia ada disana. Aku akan mencarinya di istana sekarang juga. Beri kabar secepatnya kalau kau menemukannya, mengerti?” perintah Bidam. Lalu dengan cepat Bidam berkuda menuju istana. Sesampainya di istana Bidam mencari Deokman keseluruh pelosok istana tapi hasilnya nihil. Ia meminta tolong Alcheon untuk mencarinya juga...
“tidak biasanya Tuan Putri seperti ini, apa ada masalah?” tanya Alcheon gusar melihat Bidam panik luar biasa mencari Deokman.
“tadi pagi aku sedikit bertengkar dengannya dan pengawal mengatakan ia menghilang di pasar? Aku sangat mengkhawatirkannya apalagi dia sedang mengandung” kata Bidam gemetar.
“sebaiknya Sangdaedung menunggunya di rumah, siapa tahu ia kembali setelah menenangkan diri lagipula Tuan Putri ditemani oleh seorang pelayan kan? Jadi Sangdaedung tidak perlu khawatir, walaupun kupikir ini diluar kebiasaan Tuan Putri yang memperlarut masalah” saran Alcheon.
“ya..kau benar, mungkin Tuan Putri hanya menenangkan diri, aku saja yang panik berlebihan. Nanti pasti ia pulang kembali” kata Bidam menghibur dirinya sendiri walau hati kecilnya berkata Deokman bukan tipe orang yang suka membuat masalah berlarut-larut tapi ia lebih menyukai agar semua masalah diselesaikan secepat mungkin.
“memangnya kalian bertengkar tentang apa? Sampai Tuan Putri marah begitu?” tanya Alcheon.
“ah.. sudahlah..kalau ada kabar tolong beritahukan aku secepatnya” jawab Bidam menghindar. Alcheon mengiyakan, Bidam pun meninggalkan istana.
Keesokan harinya, Deokman belum kembali. Bidam tertidur di halaman depan menunggu Deokman, Pelayan Ma membangunkannya dan Bidam segera pergi ke istana untuk meminta beberapa orang untuk mencari Deokman.
“apa..! Tuan Putri Deokman menghilang sejak kemarin siang” kata Yang Mulia Chunchu terkejut ketika Alcheon melaporkannya.
“ya, Sangdaedung Bidam telah meminta beberapa orang untuk mencari Tuan Putri Deokman” jawab Alcheon.
“kalau perlu kerahkan pasukan kita untuk mencarinya ke seluruh soerabeol, Tuan Putri harus ditemukan!” perintah Chunchu yang juga khawatir.
Mereka hanya mendapatkan petunjuk terakhir ketika Deokman menghilang yaitu ketika seorang pedagang asesoris mengatakan bahwa ia melihat Tuan Putri pergi bersama seorang wanita berpakaian seperti putri bangsawan dan wanita berpakaian pelayan mengikutinya dari jauh. Pencarian berhenti kala mereka menemukan rumah yang dijadikan tempat Deokman dimasukkan ke dalam tandu setelah itu nihil, tidak ada petunjuk lain.
Sampai hari berganti malam, pencarian terhadap Deokman terus berlangsung di seluruh soerabeol, rumah-rumah penduduk diperiksa tapi tidak berhasil. Bidam sudah seperti orang linglung dan raut mukanya jelas sangat kusut.
Malam hari ketiga…
AARRGHH… Bidam menjerit sekeras mungkin di pelataran depan rumahnya, air matanya menetes karena binggung, cemas, khawatir, takut dan rindu pada Deokman, karena Deokman menghilang, belum kembali, dan tidak ada kabar berita sama sekali.
“kau ada dimana Deokman..? apa yang terjadi padamu? Aku tidak sanggup membayangkan.. baru 3 hari tidak ada kau disisiku tanpa tahu bagaimana keadaanmu, aku jadi gila. Deokman..” gumam Bidam
“Deokman..DEOKMANKU!!!..”teriak Bidam memanggil nama Deokman, lalu duduk bersandar di tembok pelataran depan rumahnya sambil menangis kemudian menengadah ke atas
“Tuhan.. beri petunjuk dimana istriku berada, jagalah dia.. aku tidak sanggup hidup tanpa dirinya” diusapnya cincin dijarinya lalu dikecupnya sambil terisak.
Scene : THE KIDNAPPER
Siang hari ke empat..
Di sebuah hutan yang rimbun terdapat satu pondokan yang sudah tua dan tidak terawat, dengan tangan terikat dan mata ditutup, Deokman duduk terikat di sebuah kursi kayu menghadap sebuah meja. Beberapa hari ini ia sangat pusing, lemah dan lapar sekali, walaupun mereka memberi makan sesekali tapi tetap saja mereka membius Deokman lagi agar tetap diam. Kemudian Deokman samar-samar ia mendengar suara yang dikenalnya, Deokman memutuskan untuk pura-pura masih pingsan agar bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, ternyata percakapan antar 2 orang wanita…
“kau sudah mengirim orang untuk menyampaikan pesan?”
“sudah..bila sesuai rencana besok malam pesannya akan sampai di rumah Sangdaedung Shilla”
“bagus..kau sudah menyampaikan pada kurirmu kalau tertangkap dia harus mati”
“ya tenang saja, kurirku bisa dipercaya, dia tidak akan tertangkap dengan mudah”
“kau jangan meremehkan orang.. sudah kubilang Sangdaedung ini berilmu tinggi, salah satu yang terbaik di seluruh Han”
Deokman sedikit tersenyum kecil kala mereka memuji Bidam.
“Baiklah, sekarang kau lihat dia, apa sudah siuman belum, biarkan dia sadar kukira sudah waktunya kita memperkenalkan diri”
Deokman merasa salah satu dari mereka mendekat dan membuka penutup matanya, Deokman mengerjapkan matanya sedikit agar bisa menyesuaikan dengan cahaya dalam ruangan itu. Saat matanya sudah terbiasa lalu memandang ke hadapannya dilihatnya sosok penculik yang ternyata sangat dikenalnya…
“Xiou Lie..kau..kau” kata Deokman terkejut lalu melihat sosok wanita yang disebelah Xiou Lie yaitu wanita yang menculiknya kini mereka berpakaian mirip dengan wonhwa berwarna merah hanya rambut mereka terurai dengan ikat kepala dengan warna yang sama dengan pakaiannya.
“Kau.. kenapa.. apa yang terjadi?” tanya Deokman terkejut.
“Tenanglah Tuan Putri Shilla, akan aku jelaskan padamu nanti, sebaiknya kau makan dulu, kami masih membutuhkanmu dalam keadaan sehat lagipula kau kan sedang mengandung tentunya kau butuh makanan” kata Xiou Lie lembut tapi sinis. Deokman memang merasa lapar dan lemah, ia perlu makanan untuk dirinya dan bayinya.
“Bu Yong, lepaskan ikatannya biarkan dia makan dulu, dia tidak berguna kalau mati” perintah Xiou Lie pada wanita itu yang ternyata namanya Bu Yong.
Deokman langsung menyantap makanannya dengan lahap tanpa malu-malu, karena ia memerlukan kekuatan untuk dia dan bayinya jika ada kesempatan untuk melarikan diri. Xiou Lie dan Bu Yong melihat Deokman dengan sinis lalu meninggalkan Deokman dan digantikan oleh beberapa penjaga.
Malam hari keempat…
Deokman merasa tidak berdaya dan menyesal terhadap Bidam, juga kesal karena ia tidak membawa soeyobedo. Dan juga ia baru menyadari bahwa gelang pemberian Bidam sudah tidak ada lagi di tangannya.
‘Bidam pasti sangat mengkhawatirkan aku, apa yang sedang ayahmu lakukan sekarang?” gumam Deokman sambil mengelus perutnya seolah bicara dengan janin yang dikandungnya.
“ibu tidak tahu apa yang terjadi, tapi ibu yakin semua akan baik-baik saja.. besok bila orang-orang itu datang, ibu akan menanyakannya---apa mau mereka sebenarnya dan ayahmu pasti menyelamatkan kita---pasti…bersabarlah---beri ibu kekuatan, kau dan ibu harus kuat dan bertahan…Oh.. ibu sangat merindukan ayahmu.. rasanya nyaman sekali berada dalam pelukannya”gumam Deokman sambil meneteskan air mata mengingat Bidam.