Pages


Sabtu, 23 April 2011

The Hidden Wounds Chapter 03: The Hidden Enemies


Starring:
-  Kim Nam Gil as Shim Gun Wook
- Lee Yo Won as herself
- Seo Young Hee as Sohwa (Yo Won’s Nanny)
- Lee Moon Shik As Uncle Min (Driver Jo Min Shik)
- Ahn Seong Gi as Lee Seong Gi 
- Chung Jung Myung as Hong Gi Hoon
- Jung So Min as Hong Mo Ne
- Kim Hye Ok as Madam Hong 
- Choi Il Hwa as Hong Myung Hwan
- Ham Eunjung (T-ara) as Shin Yuri
- Kim Soo Hyun as Choi Soo Hyun


************************************************************************************

-May 2nd 2009, 08:05 AM Tae Wang Emporium Tower, Seoul-
“selamat pagi…” Yuri tersenyum menyapa security dan para pegawai yang berpapasan dengannya. Ia mengarahkan ID card miliknya sehingga pintu kaca  menuju lift di hadapannya terbuka.

“eh tunggu..tunggu sebentar…” Yuri langsung berlari menuju lift yang akan menutup. “PING” pintu lift kembali terbuka, namun Yuri terkejut dengan siapa yang ada lift itu. Seorang wanita dengan blazer berwarna  coklat tua, celana panjang line hitam dan tas LV berwarna tergantung di lengannya

“ah maaf nona eh wakil direktur…” Yuri segera membungkukan badannya.

Yo Won pun tersenyum. “tidak apa-apa..masuklah..” 

Yuri dengan kikuk berjalan masuk ke dalam lift. Rasanya aneh jika berada satu lift dengan bossnya di luar jam kerjanya apalagi biasanya Tuan Lee selalu  menggunakan lift sendiri karena tak bisa berdesak-desakkan.

“pip..” Yo Won menekan tombol lantai 58. Yuri nampak kikuk berada di dalam lift. “padahal usia kami tidak jauh berbeda tapi kenapa aku jadi grogi begini…” pikir Yuri.

“Shin Yuri…” Yo Won membaca ID card yang ada di atas tabby Yuri. “apakah kau Shin Yuri asisten ayahku?” tanya Yo Won.

Yuri pun segera membungkukkan badannya. “nama saya Shin Yuri...saya adalah asisten yang bertugas membantu Wakil Direktur..”  ujarnya.

Yo Won pun tak bisa menahan tawa melihat kekikukan Yuri lalu ikut membungkukkan badannya  “aku Lee Yo Won yang akan mewakili Direktur Lee di kantor..mohon bantuannya..”

“PING..” lift pun tiba di lantai 58.  “apakah jadwal hari ini untukku sudah ada?” tanya Yo Won sambil berjalan keluar dari lift.

“ah..sudah… sebelum makan siang ada dua agenda acara.. pertama di jam 8:45 nanti akan ada pertemuan dengan Dewan Direksi…lalu pukul 10:00 dilanjutkan dengan rapat dengan para manager…” ujar Yuri.

Yo Won pun menghentikan langkahnya “nona Shin bisakah kau mengantarku keliling sebentar sebelum naik ke ruanganku?”  

“tentu saja bisa..” jawab Yuri. Namun ia sadar lawan bicaranya kali ini adalah bossnya. “ah maksud saya, baik Wakil Direktur…”

Yo Won pun lagi-lagi tertawa “tidak perlu kaku dan kikuk seperti itu…”
Yuri kemudian mengantar Yo Won keliling ruangan kantor tersebut sebelum mereka akhirnya naik ke lantai terakhir yakni 60 dimana ruang kerja Direktur berada.

-09:30 San Hao Group Building, Seoul-

Mo Ne duduk menunggu di hall tengah dekat pintu masuk utama sambil menoleh ke sana kemari.  “apakah ia tidak jadi datang?oppa…” pikirnya. Sudah hampi sejam lamanya ia menunggu di situ, berharap Gun Wook datang. Ia tahu pasti orang-orang suruhan kakaknya sudah diminta untuk menolak lamaran Gun Wook. Ia sudah hafal watak kakaknya jika kakaknya itu sudah tidak menyukai orang. “apa mungkin ia belum pulang dari Pulau Jeju..” pikirnya.  Ia pun mengambil tasnya lalu berdiri dan berjalan dengan tanpa semangat ke depan lift. “ini untuk yang terakhir..” ia memejamkan matanya lalu membukanya dan menoleh ke arah lobby. “oppa!!” serunya begitu melihat siapa yang datang. Dengan kemeja putih dan jas hitam serta rambut yang sudah dipotong rapi, Gun Wook berjalan masuk ke dalam Hall San Hao Group Building.

“oppa..akhirnya kau datang juga..” ujar Mo Ne yang berjalan cepat menghampirinya. “ayah ingin bertemu denganmu..” lanjutnya sambil menggelayut pada lengan kanan Gun Wook. Gun Wook hanya diam saja mengikuti kemana Mo Ne menariknya.

-08:40 AM Tae Wang Emporium Tower, Seoul-

“braak..” Yuri mendorong pintu ruang rapat direksi. dan Yo Won berjalan masuk ke dalamnya. Beberapa bangku dewan direksi sudah terisi, hanya tinggal beberapa saja yang belum.Didampingi Yuri, Yo Won pun berdiri di dekat kursi yang disediakan di ujung meja, tempat biasa ayahnya duduk. Kemudian bersama  para anggota dewan direksi yang hadir , mereka serempak membungkukkan badan, tanda memberi hormat.

“ah Nona Lee..senang bisa berjumpa denganmu..” ujar  salah satu anggota dewan yang mengulurkan jabat tangan. Yo Won tahu bahwa namanya adalah Oh Jae Bong. Ia adalah salah satu anggota dewan yang mewakili saham San Hao Group.

“mohon kerja samanya Tuan Oh..” ujar Yo Won. Satu persatu para anggota dewan menyapa Yowon sampai akhirnya rapat pun dimulai karena anggota direksi beserta General Manager sudah hadir semua.
Yuri pun mulai membacakan agenda rapat yang tertulis di tabbynya “agenda rapat kali ini adalah membahas mengenai kenaikan harga minyak dunia..”

“tunggu..kurasa ada hal yag lebih penting dibahas…mengenai posisi direktur di perusahaan ini..” salah seorang anggota dewan wakil dari San Hao Group menyela. Para anggota dewan direksi  pun menjadi ricuh. “benar..benar..” Dari 10 anggota dewan yang hadir di sana hanya 3 yang bukan dari San Hao Group jadi bisa dipastikan kericuhan berasal darimana.

Yo Won tahu ini pasti akan dipermasalahkan meskipun ayahnya adalah pemegang saham terbesar tetap saja pemilihan direktur harus sepengetahuan direksi dan harus diumumkan secara resmi.Ia pun mengeluarkan secari kertas dari mapnya kemudian menunjukkannya pada semua anggota dewan yang hadir di situ.

“sesuai dengan peraturan yang tertulis dan berlaku di perusahaan ini, bahwa jika direktur sedang berhalangan hadir, direktur bisa menunjuk seseorang menjadi wakilnya sementara waktu tanpa persetujuan para anggota dewan selama direktur tersebut adalah pemegang saham terbesar…” ujar Yo Won.

“ya..memang benar peraturannya demikian, kami sebagai investor sudah selayaknya dan harus tahu mengenai peraturan ini…kami tahu bahwa Nona Lee di sini adalah perwakilan dari Direktur Lee di kantor..dan kami memahaminya…” sahut Tuan Im Ho,salah satu dewan direksi non-San Hao Group. Ada penekanan suara pada kata sudah selayaknya dan harus tahu.

Yo Won pun tersenyum “terima kasih Tuan Im Ho..oleh karena itu saya menegaskan sekali lagi bahwa saya hanya wakil yang bertugas menjalankan tugas operasional Direktur Lee di perusahaan ini sementara tanggung jawab serta jabatan sebagai direktur masih dipengang oleh Direktur Lee… ” Para anggota dewan direksi wakil San Hao Group pun hanya bisa diam memperhatikannya. Suasana pun menjadi hening.

“baiklah jika sudah tidak ada pertanyaan…GM Jun bisa mulai presentasi…” ujar Yuri yang berusaha meredakan ketengangan. General Manager Jun Noh Min pun bangun dari duduknya  kemudian mulai memperlihatkan slide-slide pada projector.

-09:55 AM San Hao Group Building, Seoul –

Ditemani Mo Ne, Gun Wook duduk  menunggu cukup lama di depan ruang direktur.
“kenapa ayah lama sekali ya di dalam?” keluh Mo Ne. Gun Wook hanya diam menopang dagunya dengan tangan kanannya. “oppa setelah ini kita makan siang ya?” Mo Ne menarik tangan kiri Gun Wook yang menganggur. Ia kaget melihat beberapa bekas luka kecil di beberapa jemarinya. “oppa..tanganmu kenapa?” Alih-alih menjawabnya, Gun Wook hanya menarik tangannya.

“Shim Gun Wook..”  terdengar suara wanita memanggil. Wanita itu adalah Sekretaris Tuan  Hong. Kira-kira usianya sekitar 40 tahun. Dan sepertinya masih lajang karena ia menatap Gun Wook dengan tatapan menggoda.
Gun Wook pun bangun dari duduknya dan menghampirinya “saya Shim Gun Wook..”

“masuklah..Direktur sudah memanggilmu..” ujar wanita itu. Mo Ne menatap sebal sekretaris ayahnya itu kemudian menarik Gun Wook ke dalam ruangan ayahnya.
Mo Ne berjalan penuh semangat masuk ke dalam ruangan ayahnya “ayah..ini dia..” namun kata-katanya terhenti begitu melihat ternyata ada Nyonya Hong di sana.

“Hong Mo Ne…lepaskan tanganmu..” ujar Nyonya Hong tegas. Mo Ne pun segera melepaskan gandengannya dari lengan Gun Wook.

Nyonya Hong bangun dari duduknya “yeobo..aku akan membawa Mo Ne pulang…” Tuan Hong mengangguk.

“ibu aku masih ingin di sini...”Mo Ne memberontak saat ibunya menarik tangannya. “Mo Ne!!”  Nyonya Hong semakin kuat menariknya.

Gun Wook tersenyum pada Mo Ne “sudahlah nona…pulang saja…mungkin makan siang bersamanya di lain waktu..”    

“oppa..” raut wajah Mo Ne pun menjadi sedih. “janji yaa..” ujarnya . Gun Wook hanya tersenyum.

“Mo Ne cepat ayo kita pulang..” ujar Nyonya Hong. Ia menatap sinis Gun Wook sementara Gun Wook hanya tersenyum lalu memberi hormat padanya. “blaam..” pintu pun tertutup.

Gun Wook membungkuk memberi hormat. “perkenalkan dirimu..” ujar Tuan Hong.

“nama saya Shim Gun Wook…”  jawab Gun Wook dengan tatapan lurus ke depan.

- 10:14 AM, Seoul –

“blaam..” pintu mobil ditutup. Mobil jaguar silver pun melaju meninggalkan lobby San Hao Group Building. Mo Ne pun menujukkan rasa kesal terhadap ibunya dengan memasang wajah cemberut di sepanjang perjalanan.

“ibu tak mau kau berhubungan dengan laki-laki itu…” ujar Nyonya Hong memulai pembicaraan.
Mo Ne hanya diam saja kemudian mulai memasang headset di kedua telinganya. “na..na..na..” ia bergumam mengikuti irama music yang didengarnya.

Tiba-tiba Nyonya Hong menarik dengan paksa headset itu. “Hong Mo Ne, kau mendengar apa yang ibu katakana?!!!” bentaknya.

“iya aku dengar tapi aku tak mau melakukannya…” Mo Ne balik membentak.

Nyonya Hong pun tak bisa mengendalikan emosinya  kemudian menampar putrinya itu. Mo Ne pun hanya bisa menahan sakit dan air matanya.

“Berani-beraninnya kau membentak ibu!!” bentak Nyonya Hong.

Mo Ne pun diam dan bersandar pada jendela. Air matanya jatuh menetes “oppa..” isaknya dalam hati.

-10:15 AM San Hao Group Building, Seoul-

Tuan Hong membaca dengan seksama daftar riwayat hidup Gun Wook.

“kau lulusan Petroleum Engineering Texas A&M University..itu adalah universitas terbaik di Amerika untuk Teknik Perminyakan…dan nomor dua di dunia…” Gun Wook hanya diam memperhatikan. 

“kau punya banyak pengalaman di lapangan dan pekerjaan di sana…lalu kenapa kau memutuskan untuk pindah ke Korea Selatan?”  tanya Tuan Hong. Tatapan matanya penuh selidik.

“sebenarnya sejak saya lulus saya ingin kembali ke Korea..namun teman-teman meminta saya untuk membantu bisnis mereka jadi saya pun akhirnya baru bisa kembali ke sini beberapa tahun kemudian..” jawab Gun Wook.

“kau diadopsi saat berusia 9 tahun oleh Mr.David Brown…duta besar Amerika Serikat untuk Korea Selatan masa jabatan 1987-1992…apa yang terjadi dengan keluarga kandungmu?” tanya Tuan Hong.

Gun Wook pun menoleh menatap Tuan Hong. Ia tahu bahwa Tuan Hong pasti sudah menyelidiki masa lalunya.

“kedua orangtua saya tewas dalam perampokan di rumah… saya berhasil lolos dan akhirnya ditolong oleh ayah angkat saya…” jawab Gun Wook.
T
uan Hong meletakkan berkas-berkas tersebut di atas meja. “pertanyaan terakhir dariku, apa kau tertarik pada putriku?kau berusaha mendekatinya?” tanyanya dengan wajah serius.

“tidak Tuan…saya dan Nona Hong hanya sebatas kenal di pesta saja..tidak lebih dari itu…” jawab Gun Wook.

“bagus..meskipun aku tertarik pada kelebihan akademismu, aku tak ingin putriku berada dekat-dekat denganmu…ia sudah dijodohkan..” ujar Tuan Hong.

“saya mengerti Tuan..” jawab Gun Wook.

“baguslah kalau kau ternyata bisa mengerti…kau bisa mengambil surat kerjamu di sekretaris…aku ingin kau membantu putraku  agar bisa menemukan sumber minyak yang kaya..” ujar Tuang Hong.

Gun Wook pun berdiri dan membungkukkan badannya “terima kasih Tuan…”

- 05:40 PM Tae Wang Emporium Tower, Seoul –

“terima kasih sudah membantu membawakan ini semua..” ujar Yo Won seraya menerima tumpukan berkas dan file dari Yuri.

“nanti soft copynya akan saya kirim via email..” jawab Yuri sambil tersenyum.  

“apakah Nona Yuri pulang sendiri?kau bisa ikut denganku..” ujar Yo Won menawarkan.

“ah..terima kasih Wakil Direktur…tapi sudah ada yang menjemput saya..” jawab Yuri.

Yo Won pun menengok ke belakang. Ada sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti.

“ah baiklah aku jadi tenang jika ada yang menjemputmu…maaf sudah membuatmu lembur..” ujar Yo Won.

Yuri pun membungkukkan badannya “ah tidak apa-apa…selamat jalan Wakil Direktur...”

Yo Won pun masuk ke dalam mobilnya dan mobil itu melaju meninggalkan lobby. Dan sekarang giliran  mobil sedan hitam itu yang masuk ke lobby.

Yuri pun masuk ke dalam mobil itu. “maaf sudah membuatmu menunggu lama…” ujar Yuri sambil memasang sabuk pengamannya.

“yang tadi itu bossmu yang baru kah?” ujar Soo Hyun seraya menyerahkan sekaleng coke pada Yuri. Coke adalah minuman favorit Yuri.

“hmm..” Yuri menjawabnya dengan anggukkan karena ia sedang minum coke.

“iya…Wakil Direktur sama seperti Tuan Lee..rendah hati dan pekerja keras…dan karena umur kami tidak berbeda jauh..aku menjadi merasa agak lebih rileks…” ujar Yuri membanggakan boss barunya.

Soo Hyun mengusap kepala kekasihnya itu “syukurlah kalau kau menyukai boss barumu..nah sekarang kita akan makan malam apa?”

“hmm..aku terpikir untuk membuat Galbi..hari ini..jadi kita harus ke supermarket dulu sebentar untuk beli daging dan arangnya..bagaimana menurutmu?” jawab Yuri sambil menatap kaca yang ada di sun screen. Memastikan make up di wajahnya tidak terlihat berantakan.

“Galbi?oke…kalau begitu kita pergi..” ujar Soo Hyun sambil memasukkan kopling dan menginjak gas mobilnya.   

-08:00 PM Heritage Club-

“ayo kita bersulang atas jabatan Tuan Muda Hong yang baru…sebagai wakil direktur San Hao Group…” seru Tuan Oh sambil berdiri  mengangkat gelas champagnenya.
Gi Hoon pun ikut tertawa dan berdiri mengangkat gelasnya. Para anggota dewan direksi Tae Wang perwakilan San Hao Group pun ikut mengangkat gelasnya.

“gan bae!!” mereka bersulang dan kemudian meminum champagne mereka.

“ah..aku dengar Tuan Lee juga menunjuk wakilnya..putrinya kalau tidak salah?” ujar Gi Hoon.

“ya..Nona Lee Yo Won..putri tunggal Direktur Lee…” jawab Oh Jae Bong.

“apakah ia menyusahkan kita?” tanya Gi Hoon.

“yaaah..mungkin karena ia merasa dia adalah lulusan Inggris dengan sedikit prestasi di kantor sebelumnya, ia cukup arogan dan percaya diri..tapi dia bukanlah lawan yang sulit..hanya seorang wanita terpelajar dengan sedikit pengalaman..tak lebih dari itu…kita para laki-laki yang sudah lama bermain dengan minyak tidak mungkin dikalahkannya…” Oh Jae Bong pun tertawa. Dan diikuti dengan tawa para anggota yang lain. Gi Hoon pun ikut tertawa.

“apalagi dibandingkan Tuan Gi Hoon yang juga lulusan luar..sudah pasti ia kalah…” sahut Oh Jae Bong.  Mereka pun kembali tertawa.

“hmm..Lee Yo Won yaa…” gumam Gi Hoon sambil mengelus-elus dagunya yang berjanggut kecil-keil.

-  10:46 PM Kediaman Keluarga Lee, Seocho-gu, Seoul -

“tok..tok..” terdengar suara ketukan pintu. Yo Won pun segera menutu berkas-berkas yangsedang dibacanya dan menutupinya dengan laptopnya. “siapa?” tanyanya.

“saya nona..” jawab Sohwa.

Yo Won pun menghela napas lega “masuklah bi…”

Pintu kamar pun terbuka, So Hwa berjalan masuk sambil membawakan segelas susu di atas nampan.
So Hwa melihat semua tumpukan file dan berkas yang ada di meja Yo Won “jika Tuan Besar tahu, Tuan Besar pasti melarang nona bekerja selarut ini…”

“oleh karena itu aku mohon pada Bibi agar tidak bercerita pada siapapun..” pinta Yo Won.

So Hwa hanya menghela napas panjang. “kalau begitu minumlah susu ini nona…baru lanjutkan pekerjaannya..”
Yo Won pun tersenyum lebar. Itu berarti pengasuhnya itu setuju dengannya. Ia pun segera mengambil gelasnya dan meminumnya. “terima kasih bi..” ujar Yo Won sambil menyerahkan gelas yang sudah kosong ke atas nampan.
Bibi Sohwa pun tersenyum “kalau begitu Bibi keluar dulu…pokoknya sebelum jam 12 nona harus sudah ada di tempat tidur…”

“siap bi..” Yo Won memberikan salam hormat ala militer. Bibi Sohwa pun berjalan keluar kamar dan Yo Won kembali berkutat dengan pekerjaannya.

-  11:00 PM, Geumcheon-gu, Seoul –

Gun Wook duduk di atas kursi dalam kamar rahasianya dengan sebotol soju di tangan. “tak kusangka akan secepat ini bertemu denganmu...apakah Tuhan memberikanku izin?ataukah iblis yang membuka jalan?” ujarnya yang sudah setengah mabuk. Di hadapannya terpampang  foto-foto orang-orang yang terlibat di sekitarnya. Di bagian bawah dan tengah, ada foto-foto anggota keluarga Hong, San Hao Group Building, serta denah yacht milik Gi Hoon.  Dan di bagian atas, ada foto perempuan yang diberi label Lee Yo Won dan satu lagi pria separuh baya bernama Lee Seong Gi. Berbeda dengan foto-foto yang lain. Kedua foto ini diberi tanda lingkaran  dengan spidol merah.
Terngiang kembali dalam benaknya sosok Lee Seong Gi yang sedang berdiri di hadapan jenazah ayah dan ibunya dengan wajah terciprat darah. Selamanya ia akan mengingat wajah itu.
Ia menatap foto Lee Seong Gi dengan penuh amarah dan rasa benci. “akan kubuat kau merasakan kehilangan segalanya..” pikirnya.Lalu  Ia mengambil sebuah dart dan melemparkannya.

“BANG!!”

2 komentar:

  1. oiya maap"....salah masukkin hhe...lupa kalo chap 3'nya di blog belum dimasukkin coz biasanya tiap abis post di fb pasti post dimari..ternyata malem sebelumnya kelupaan post yg chap 3 dimari :D thanks a lot yaa udah nanyain (bow)

    BalasHapus