Our Future Still Continue Chapter 85: Baekje Fell Down
WARNING!!! NC SCENE!! buat yang masih di bawah usia 17 tahun silahkan baca yang Our Future Still Continue Chapter 85: Baekje Fell Down (cut)
Pasukan Tang berhasil tiba tepat pada waktunya, atas persetujuan Raja Muyeol, Yushin dan Jenderal Zhou Yu dari Tang membentuk aliansi Pasukan Shilla-Tang. Situasi pun berbalik, dalam waktu 3 hari Pasukan aliansi berhasil memukul mundur Pasukan Baekje dan merebut Kota Hwangsanbeol, namun untuk menembus benteng terbesar milik Kerajaan Baekje, tempat dimana Gyebaek dan pasukannya yang tersisa bertahan, butuh waktu yang lebih lama untuk menaklukannya.
2 minggu kemudian
Sore hari
Benteng Hwangsanbeol, Baekje.
“HEAA!!” Gyebaek bersama sejumlah prajurit Baekje yang tersisa masih bertarung sekuat tenaga menghabisi prajurit-prajurit Shilla yang menyerangnya meskipun pasukan aliansi Shilla –Tang berhasil mengepung mereka. “siapkan pemanah!!” seru Wolya. “jangan..”ujar Yushin yang baru saja tiba. “Yushin...kita tidak bisa berlama-lama di sini…setelah ini kita harus menaklukan Istana Ungjin...” Yushin pun turun dari kudanya dan menghunuskan pedangnya. “kau..” ujar Wolya. “kau berangkatlah ke Ungjin lebih dahulu..aku ingin menyelesaikan pertarungan kami yang tertunda dulu..” ujar Yushin. “dan ini akan menjadi pertarungan kami yang terakhir…” pikir Yushin.
Ruang Kerja Raja, Istana Ingang.
Yang Mulia Raja dengan hati-hati membubuhkan stempel kerajaan pada surat yang baru selesai ditulisnya. “segera kau antarkan ini ke Kekaisaran Tang!” perintahnya. “ya Yang Mulia..” jawab kasim yang menerima surat itu sambil memberi hormat. “hamba mohon menghadap Yang Mulia..” seru Jenderal Baekjong dari balik pintu. “masuklah..” jawab Yang Mulia Raja. Jenderal Baekjong pun berjalan masuk dan memberi hormat kepada Yang mulia Raja. “Yang Mulia, Panglima Yushin berhasil memasukki Benteng Hwangsanbeol..hanya tinggal menunggu waktu saja kejatuhan Benteng Hwangsanbeol…” ujar Jenderal Baekjong dengan wajah penuh semangat. “kami mengucapkan selamat Yang Mulia..” ujar Kim Seo Hyun dan Kim Yong Chun serempak. “dengan kejatuhan Hwangsanbeol, maka dapat dipastikan Baekje sudah tidak memiliki kekuatan militer apa-apa lagi…” ujar Yang Mulia Raja. Ia menoleh pada pejabat yang duduk di sisi kirinya “Pejabat Kim Seo Hyun..” “ya Yang Mulia..” jawab Kim Seo Hyun. “aku ingin persediaan pangan yang dikirim ke Hwangsanbeol ditambah…aku ingin mereka bisa merayakan kemenangan mereka di sana…” “baikYang Mulia..” jawab Kim Seo Hyun. “Perdana Menteri Kim Yong Chun…” panggil Yang Mulia Raja. “ya Yang Mulia..” jawab Kim Yong Chun. “aku ingin kabar gembira ini tersebar hingga ke seluruh pelosok kerajaan dan segera kau atur pemulangan para pengungsi ke kota asal mereka…” ujar Yang Mulia Raja “baik..Yang Mulia…” jawab Kim Yong Chun. “oh ya..apakah sudah ada kabar dari Putri Deok Man?” tanya Yang Mulia Raja. “hamba baru saja menanyakan hal tersebut kepada tabib yang bertugas tadi…dan sepertinya belum ada tanda perkembangan apa-apa..selain luka-lukanya yang sudah mulai membaik…” jawab Jenderal Baek Jong. Yang Mulia Raja menghela napas panjang “kita semua sudah mengusahakan yang terbaik dan kuharap yang terbaik jugalah yang akan diterima Putri Deok Man..”
Kamar Perdana Menteri Bi Dam, Istana Ingang.
“sraat..sraat..” dibantu dengan dayang-dayang, Deok Man melepas perban yang membalut badan Bi Dam dengan perlahan. “jahitannya sudah menyatu dengan kulit..” gumam Deok Man sambil menyentuh bekas jahitan di perut Bi Dam yang cukup panjang ukurannya. Luka yang terparah dibandingkan luka-luka yang dialami Bi Dam. Deok Man mengambil mangkuk putih hasil ramuan hasil tumbukan dari berbagai daun herbal dan mengoleskan ramuan berwarna hijau tua pada luka tersebut sebelum menutupnya dengan perban. “Bi Dam..sadaralah..” gumam Deok Man dengan wajah sendu sambil menatap kedua mata suaminya yang masih menutup.
“bagaimana caranya kita memberitahu pada Tuan Putri mengenai ini…jika kondisi ini terus berlanjut..” ujar salah satu tabib Istana. “kita harus memberitahukannya kepada Tuan Putri agar Tuan Putri siap jika seandainya yang terburuk terjadi …luka dalam di bagian perut Tuan Bi Dam sangatlah parah itulah penyebab Tuan Bi Dam belum juga pulih dan itu juga yang akan membawakannya kepada…kematian…” sahut tabib yang nampak lebih senior sambil mengelus-elus janggut putihnya.
“Bi Dam…kau tahu Yun Ho dan Yoo Na terus menerus menunjuk ke arahmu setiap kali mereka berada di sini menjegukmu. “omma, appa bobo..omma, appa bobo..begitu kata mereka…” ujar Deok Man. Matanya sekarang berkaca-kaca. “aku hanya bisa tersenyum dan menjawab iya pada mereka..mereka sangat merindukanmu Bi Dam..” gumam Deok Man. Ia menundukkan kepalanya lalu mengecup kening suaminya. Air matanya pun jatuh membasahi pipi Bi Dam. “set..” jari telunjuk Bi Dam bergerak tanpa Deok Man sadari.
Malam hari.
Ruang Kerja Raja, Istana Ingang.
“Yang Mulia harus beristirahat…sudah hampi 2 minggu Yang Mulia terus bekerja sampai larut malam…biar kami berdua yang terus menunggu kabar..” ujar Kim Yong Chun. “pikiranku terlalu tegang untuk bisa tidur…para prajurit Shilla harus bertarung sepanjang hari sedangkan aku hanya duduk di sini seharian...” jawab Yang Mulia Raja. “sraak..” terdengar suara pintu dibuka dan derap kaki yang cepat. Jenderal Baek Jong segera memberi hormat. “Jenderal Baek Jong bagaiaman bisa kau begitu lancang masuk tanpa izin Yang Mulia…” tegur Kim Yong Chun. Yang Mulia mengangkat satu tangannya, memberi isyarat taka pa-apa. “ada apa Jenderal Baek Jong apakah sesuatu sudah terjadi?”tanya Yang Mulia Raja. Baek Jong mengangkat kepalanya, wajahnya penuh kegembiraan “ya Yang Mulia, Pasukan aliansi berhasil menaklukan Hwangsanbeol dan Ungjin…Pasukan Tang menangkap dan membawa Raja Uija beserta putranya dan para pejabatnya yang tersisa ke Tang untuk diselidiki mengenai pencurian senjata Tang yang dilakukan Baekje….” Yang Mulia Raja terdiam sejenak, kabar gembira ini sangat mengejutkan dirinya “selamat Yang Mulia…Baekje menjadi wilayah kekuasaan Yang Mulia…” “segera kabarkan ini ke seluruh Kerajaan…aku ingin kita semua merayakannya malam ini…” ujar Yang Mulia Raja.
Kamar Putri Deok Man
“uhm..” perlahan Bi Dam membuka matanya. “dimana aku?sepertinya aku kenal tempat ini” gumamnya sambil menatap langit-langit kamarnya. Ia merasakan ada desahan napas yang berhembus di lengan kanannya, ia menoleh dan melihat istrinya tertidur di tepi tempat tidurnya. “ugh..” ia pun berusaha bangun dari tidurnya. “Deok Man..Deok Man..” gumam Bi Dam sambil mengusap kepala istrinya. Merasa ada yang membelai rambutnya, Deok Man pun terbangun dari tidurnya. “hei..” ujar Bi Dam tersenyum pada istrinya. “Bi..Bi Dam..” ujar Deok Man dengan wajah penuh keterkejutan sekaligus kegembiraan. Ia segera memeluk suaminya itu dengan erat. Namun Bi Dam sudah lebih dulu mengambil alih, ia menarik istrinya dalam pelukannya dan mencium bibir dengan penuh hasrat. “aku sangat merindukanmu dan mencintai…” Bi Dam belum selesai mengatakannya namun Deok Man sudah meletakkan jari telunjuknya di atas bibir suaminya. “kau selalu mengatakan itu lebih daulu dari aku..sekarang giliranku yang lebih dulu mengatakannya…aku sangat mencintaimu Bi Dam…sangat…dan sangat merindukanmu…” Bi Dam tersenyum “aku juga..sangat..sangat dan sangat mencintaimu…” ia mengecup kening istrinya. “Shilla berhasil menaklukan Baekje!!Hidup Shilla!!” seru orang-orang dari luar. “kau dengar itu?” tanya Bi Dam. Deok Man mengangguk , wajahnya penuh dengan kebahagiaan “sepertinya Panglima Yushin dan pasukan aliansi berhasil menaklukan Baekje..” “selamat Tuan Putri…” ujar Bi Dam tersenyum. Deok Man menatap suaminya “tapi yang paling membuatku bahagia hari ini adalah melihatmu menatapku sekarang…” “oh ya bicara mengenai Baekje aku harus mengatakan sesuatu padamu…” ujar Deok Man yang sekarang bersandar pada bahu suaminya. “apa itu?” tanya Bi Dam. “mengenai perbuatan Daemusin padaku…” ujar Deok Man.
Bi Dam pun teringat dengan apa yang sudah dilakukan Daemusin pada istrinya. Tangan kanannya pun mengepal erat, hatinya kembali panas “maafkan aku Deok Man..aku gagal..” “ia tidak meniduriku…Shin Ae sendiri yang mengatakannya padaku…ia melakukan ini agar kau emosi..dan…membenciku…” Mendengar itu hati Bi Dam menjadi sangat lega “kau tahu Deok Man..yang membuatku emosi bukanlah karena aku membencimu…tapi karena ia sudah amat sangat menyakitimu...menyerangmu, mengurungmu, hingga akhirnya ia bilang kalau ia sudah…” Bi Dam merasakan genggaman tangan Deok Man semakin erat menggenggam tangannya. “terlepas dari itu semua, aku tidak membencimu Deok Man…dan tidak akan pernah membencimu…apapun yang terjadi aku akan selalu mencintaimu…” jawab Bi Dam. “ Bi Dam..” gumam Deok Man sambil menatap kedua mata suaminya yang tulus tanpa kebohongan. Bi Dam mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir istrinya. “kau hanya milikku satu-satunya…” bisiknya. Deok Man tersenyum “ya…”
Bi Dam mencium leher istrinya dan tangan kananya perlahan mulai menanggalkan pakaian tidur istrinya sementara tangan kirinya sudah menelusup jauh ke bagian bawah. Deok Man menahan tangan kanan Bi Dam “luka di perutmu belum sembuh Bi Dam…” “ketika kau menciumku..itu sudah sembuh…” jawab Bi Dam tersenyum lalu mengecup leher istrinya “ta..tapi…aakh..” “aku merindukanmu Deok Man…tidakkah kau merindukanku?tubuhmu tak bisa berbohong..kau sudah basah..” bisik Bi Dam bercanda di telinganya. Wajah Deok Man pun memerah “sangat…tapi jika lukamu sakit harus berhenti…” “iya istriku…” jawab Bi Dam tersenyum. Deok Man pun menanggalkan pakaian suaminya.
Bi Dam berlutut di atas tempat tidur lalu menarik istrinya perlahan ke dalam pelukannya. Deok Man duduk tepat di atas kedua paha Bi Dam. “aaakh…” Deok Man mendesah. Bi Dam menelusuri kedua dada istrinya, menghisapnya seperti bayi yang kelaparan dan di saat yang bersamaan ia mulai memasukki Deok Man. Bi Dam melakukan gerakan naik turun yang teratur dan semakin lama semakin intens. “Deok Man…Deok Man…” erang Bi Dam. “aakh…Bi Dam..aakh…” Bi Dam membenamkan desahan istrinya dalam mulutnya dan menciumnya lagi-lagi dan lagi hingga mereka berdua kehabisan napas. Kedua tangan Bi Dam merangkul erat-erat pinggul istrinya. “Bi Dam..aah…” Deok Man mencapai klimaksnya. Ia mendekap erat kepala suaminya dalam pelukannya. Bi Dam membaringkan Deok Man di atas tempat tidur namun Deok Man tak melepaskan pelukannya. Bi Dam pun menciumnya lagi-lagi dan lagi baik bibir, dada, leher, dan yang bisa dijangkau olehnya. Seakan-akan ia sangat merindukan istrinya. “argh..” erang Bi Dam sesaat di telinga istrinya. “aahh…” Deok Man merasakan bahwa milik Bi Dam semakin membesar dalam dirinya. Deok Man memeluk suaminya semakin erat, melingkarkan kedua kakinya di pinggang suaminya. Dan posisi itu membuatnya mendapatkan klimaks yang kedua kalinya. “aku mencintaimu Deok Man..ah..” bisik Bi Dam di telinga istrinya, bersamaan dengan itu Deok Man merasa ada sensasi kehangatan masuk dalam rahimnya. Ia menarik tubuh suaminya agar beristirahat di sisinya lalu mencium bibirnya. “aku tahu pasti perutmu tadi sakit..” gumam Deok Man sambil meletakkan tangannya di atas perut Bi Dam. Bi Dam mengenggam tangannya erat kemudian membalik badannya agar dirinya bisa menatap istrinya“tapi rasa sakitnya tidak sehebat dengan kenikmatan yang kurasakan..” jawabnya sambil tersenyum jahil. Deok Man pun tertawa kecil. Memang begitulah Bi Dam. Memang begitulah suaminya selalu bisa membuat dirinya tertawa di saat dirinya khawatir padanya. Bi Dam mendekatkan wajahnya lalu mengecup kening istrinya. “jangan khawatirkan lukaku Deok Man…sekarang tidurlah..” bisiknya sambil mendekap istrinya dalam pelukannya. “ya..selamat tidur…aku mencintaimu Bi Dam…” “ya..aku juga sangat mencintaimu Deok Man..” bisik Bi Dam. Mereka berdua pun terlelap dalam tidur mereka.
wawawahhh gak nyangka ada chapter yng hentai lagi... bidam bener bener laki laki sejati...
BalasHapushmm... adegan 'itu'nya kurang banyak terlalu pendek. *otak mesum* tapi tetep ceritanya bagus.....
BalasHapus