Pages


Kamis, 24 Juni 2010

Chapter 31 part 1: Mishil's Words

Keesokan harinya. Siang hari
karena pemakaman untuk Bi Dam akan dilaksanakan besok dari pagi, maka Raja meminta Deok Man untuk tinggal di Istana sehari itu agar ia tidak terlalu lelah. Deok Man pun mengiyakan.
Kamar Putri Deok Man. Istana.
Deok Man duduk membaca buku ditemani Soo Hye yang duduk di sebelahnya menjahit pakaiannya. "Yang Mulia Permaisuri memasuki ruangan"kata penjaga pintu. Permaisuri yang juga berpakaian kabung putih berjalan memasuki kamar Deok Man. Deok Man dan Soo Hye menyambutnya dengan menunduk memberi hormat. Lalu Soo Hye keluar meninggalkan Permaisuri dan Deok Man duduk berdua saja. "saya turut berduka cita atas wafatnya Perdana Menteri Bi Dam, Putri Deok Man" kata Permaisuri. "terima kasih Yang Mulia"kata Deok Man sambil menundukan kepala. "Putri Deok Man, bagaimana jika anda tinggal di sini setelah ini..saya dan Yang Mulia khawatir, jika anda tinggal sendirian di kediaman anda.."kata Permaisuri. Deok Man tersenyum "terima kasih Yang Mulia..tapi saya tetap ingin tinggal di sana..saya akan tinggal di sana bersama anak saya dan para pelayan..jadi saya tidak sendirian..tetapi..maaf Yang Mulia bolehkah saya meminta sesuatu?" "tentu silahkan, apa itu Putri Deok Man?"kata Permaisuri. "saya ingin dayang Soo Hye tetap bekerja dan tinggal bersama saya..tentu jika Yang Mulia mengizinkan.."jawab Deok Man. Permaisuri tersenyum meminum tehnya "tentu saja saya mengizinkannya, sebenarnya dayang Soo Hye memang saya berikan untuk bekerja dan tinggal bersama Putri Deok Man selama Putri mau.."
"terima kasih Yang Mulia.."jawab Deok Man.
Ruang Kerja Raja.
Raja duduk ditemani Kim Yong Chun, Kim Seo Hyun, Putri Man Myeong, Yushin, dan Alcheon. Semuanya berpakaian kabung
"apakah semua persiapan untuk besok sudah siap?"tanya Raja. "hampir siap seluruhmya Yang Mulia..semuanya pasti sudah siap sore ini"jawab Kim Yong Chun. "saya masih tak percaya Perdana Menteri Bi Dam bernasib seperti ini.."kata Putri Man Myeong. "saya pun juga tidak.."kata Alcheon. "memang berat untuk menerima kenyataan ini, tapi kita harus menerimanya dengan tegar.."kata Raja.
Sore hari. Tepi Danau Anapji.
Setelah berjalan keliling mencari udara segar, Deok Man melangkahkan kakinya ke tepi danau dan berhenti di sana. "sudah lama aku tidak ke sini.." gumamnya. Ia memandang sekeliling. Menikmati angin sore yang berhembus pelan. "aku..aku yang akan memanggil namamu.." terdengar suara Bi Dam bersamaan dengan hembusan angin yang menerpa wajahnya. Kenangannya bersama Bi Dam di tempat itu terputar kembali dalam benaknya. "tetapi sekarang aku tak bisa mendengarmu memanggil namaku lagi.." gumam Deok Man. Tanpa disadari air matanya menetes. "Tuan Putri.." Deok Man menoleh. Yushin menunduk memberi hormat kepadanya. Deok Man segera menghapus air matanya "Panglima Yushin.." sapanya. Lalu mereka berjalan dan duduk di kursi dekat situ. "maaf jika saya lancang tapi bukankah sebaiknya Tuan Putri beristirahat di kamar?" Yushin memulai pembicaraan. Deok Man menoleh "aku sedang ingin mencari udara segar..lagipula aku sudah beristirahat seharian ini.." Lalu mereka kembali diam. "Panglima Yushin, apakah jarak dari sini ke Kowon sangat jauh?" tanya Deok Man memecahkan keheningan. "paling cepat dalam waktu 3 hari perjalanan..maaf jika saya boleh tahu apakah Tuan Putri berniat ke sana?" ujar Yushin. Deok Man tersenyum tegar "ya..aku ingin pergi ke tempat Bi Dam jatuh.. aku ingin berdoa untuknya di sana.. tapi tentu saja tidak sekarang..mungkin setelah bayi ini lahir..sekalian aku mengajaknya melihat tempat dimana ayahnya.. terakhir hidup.." jawabnya sambil mengusap perutnya. Tak ada air mata yang jatuh, wajah Deok Man tampak penuh ketegaran menghadapi rasa duka di hatinya. "di saat seperti ini pun Tuan Putri tetap mampu memendam kesedihannya dan terlihat tegar di hadapan orang lain.. seandainya aku bisa melakukan sesuatu untuknya.. untuk mengurangi kesedihannya.." gumam Yushin dalam hati. "baiklah Tuan Putri..saya pamit undur diri dulu.. saya harus mengatur pengiriman pasukan ke perbatasan.." Yushin berdiri dan memberi hormat. Deok Man tersenyum mengangguk. "saya harap.. saya harap Tuan Putri kuat dan tabah menghadapi ini semua.." kata Yushin sebelum meninggalkan gazebo. "terima kasih Panglima.." jawab Deok Man tersenyum tegar. Lalu Yushin pergi meninggalkan Deok Man sendirian di gazebo. "tentu saja aku harus kuat melewati ini semua dan yang akan datang tanpanya.. demi anak ini..demi anak kita, Bi Dam.." gumam Deok Man sambil mengusap perutnya.
Malam hari. Kamar Putri Deok Man.
Persiapan pemakaman Bi Dam sudah selesai, bahkan Deok Man sendiri yang meletakkan papan nama Bi Dam di altar. Setelah segala sesuatunya beres, lalu kembali ke kamarnya, Deok Man duduk beristiraiat di atas tempat tidurnya sambil mengusap perutnya "Bi Dam..besok adalah hari pemakamanmu..apakah benar kau memang sudah tiada?.. aku tahu aku harus tegar, melewati semua kesedihan ini.. tetapi apakah aku mampu melakukannya..tanpa kau di sampingku?setelah semua yang telah kita lalui bersama..bisakah aku melanjutkannya sendirian?.." Lalu ia memejamkan matanya, ia bisa melihat Bi Dam tersenyum padanya "aku sangat menyayangimu dan anak kita..Deok Man.."katanya. Air mata Deok Man pun kembali jatuh.
Beberapa lama kemudian, Deok Man membuka matanya "dimana ini?rasanya aku kenal tempat ini.."tanyanya sambil memandang sekeliling. Ia sedang duduk di bawah tenda, lalu ia menoleh ke sampingnya. Mi Shil yang mengenakan pakaian warna ungu tersenyum menunduk "kita berada di tempat kita berunding dulu Tuan Putri.." Deok Man sangat kaget melihatnya "Mi..Mi Shil.." Mi Shil tersenyum dengan senyum khasnya "ya Tuan Putri..sudah lama kita tidak bertemu.." "apakah Tuan Putri habis menangis?"tanyanya lanjut. Deok Man segera menghapus sisa air matanya "aku pun hanya manusia biasa yang bisa menangis Mi Shil.." Mi Shil memutar bangkunya menghadap pemandangan di sampingnya "beginikah wajah Putri Deok Man yang sudah mengalahkanku Mi Shil?terpuruk dalam kesedihan?..tampaknya setelah aku pergi, Tuan Putri jadi melemah..tidak setangguh seperti ketika Tuan Putri mengalahkanku dulu" Deok Man tersenyum "harus ku akui tak ada lawan yang lebih tangguh darimu sejak kau pergi.."
Mi Shil tertawa "aku senang mendengarnya Tuan Putri..tapi ku rasa ada lawanmu yang lebih hebat dariku.." "siapa?" tanya Deok Man. "kesedihan akibat kehilangan orang yang kau cintai..ya..perasaan cinta telah meracunimu dan melemahkanmu.. aku saja tidak bisa membuat Tuan Putri seterpuruk ini.." Deok Man tersenyum "kau dan hal ini adalah yang berbeda..kau tahu Mi Shil dulu aku pernah merasa iri padamu karena kau bisa membangun klanmu, memperoleh kekuasaan dengan menjalin cinta dan menikah dengan beberapa pria?karena bagiku yang waktu itu duduk di atas takhta, jatuh cinta dan menikah itu tidak dibutuhkan oleh penguasa sepertiku karena hanya akan menimbulkan masalah dan perpecahan.. " Mi Shil hanya tersenyum mendengarkan.
"tapi sekarang aku tidak merasa iri lagi..bagiku mencintai dan dicintai satu orang saja sudah lebih dari cukup memberikan kekuatan bagiku.. memang aku melepaskan takhta tapi aku memperoleh hal yang lebih berharga.. aku memperoleh kebahagiaan untuk bisa dicintai..dicintai sebagai wanita..dicintai dengan tulus tanpa ada maksud dan tujuan terselubung.."kata Deok Man. "tapi sekarang itu membuat Tuan Putri terpuruk bukan?"tanya Mi Shil.
"ya..aku merasa sangat sedih..sangat.. kehilangannya sangat membuatku terpukul..tapi itu tidak akan membuatku jatuh terus..segala kenangan tentangnya dan cinta darinya tetap hidup dalam hidupku..tetapi ku rasa kau tak akan mengerti itu Mi Shil.." kata Deok Man menatap ke depan. Mi Shil hanya tersenyum "aku dan Tuan Putri memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang cinta..sampai kapanpun kita tidak akan pernah bisa mengerti satu-satu sama lain...pandanganmu sama seperti dia...aku sudah menemukan hal yang lebih berharga dibandingkan nama yang dikenal sepanjang masa.. ucapan yang sangat naif..hmm.. sangat disayangkan putraku dengan Raja Jinji itu lebih memilih jalan itu dan sekarang sedang berjalan pulang ke rumahnya jadi aku tak bisa bertemu dengannya di alam baka.."katanya. Begitu mendengar kalimat yang terakhir itu, Deok Man terkejut lalu menoleh ke arah Mi Shil "apa maksud.."tapi Mi Shil sudah tidak ada.
Deok Man membuka matanya lalu memandang sekelilingnya. Ia masih terbaring di atas tempat tidurnya. "ternyata hanya mimpi.." gumamnya. Tetapi terus terngiang dalam pikirannya kata-kata Mi Shil "pandanganmu sama seperti dia ...sangat disayangkan putraku dengan Raja Jinji itu lebih memilih jalan itu dan sekarang sedang berjalan pulang ke rumahnya jadi aku tak bisa bertemu dengannya di alam baka.."apa maksud mimpi itu?apakah ini bukan mimpi biasa?" Deok Man duduk di tempat tidurnya memikirkannya "putra Mi Shil dengan Raja Jinji?Bi Dam?..tidak bertemu di alam baka?apakah maksudnya ia masih hidup?lalu pulang ke rumahnya?pulang ke kediamannya sekarang?"pikir Deok Man, tatapan kedua matanya kembali penuh harapan begitu memikirkan perkataan Mi Shil tadi. "akan tetapi..benarkah demikian?mungkin ini bukan mimpi biasa?" Deok Man mengambil ikat kepala Bi Dam dan menatapnya dalam-dalam "atau itu semua hanyalah mimpi biasa?" Setelah berpikir cukup lama, "ya..maksud perkataan Mi Shil adalah Bi Dam masih hidup dan sedang dalam perjalanan menuju rumahnya denganku.."kata Deok Man gembira. Lalu Deok Man segera bangun dari tempat tidurnya dan memanggil-manggil nama Soo Hye.
Malam hari. Pelabuhan Soeraboel.
Bi Dam berdiri di tengah kerumunan orang yang baru turun dari kapal "akhirnya aku tiba.."gumamnya. Lalu ia memeriksa kantong uangnya tetapi isinya tidak cukup untuk membeli kuda atau menyewa tandu. "duh kalau begini, terpaksa lari deh biar cepatt sampai rumah..hmm..baiklah.."gumamnya sambil mengambil ancang-ancang lalu berlari.
Halaman Istana.
Deok Man dan Soo Hye dengan hati-hati berjalan secepatnya menyebrangi halaman Istana.
"tunggu Tuan Putri anda benar-benar mempercayai mimpi itu?"tanya Soo Hye. "yaa.." kata Deok Man. Soo Hye menambah kecepatan jalannya untuk menghentikan Putri Deok Man "bruuk" "aduh.." ia menabrak seseorang di persimpangan dan mereka berdua jatuh. Deok Man mendengarnya lalu berhenti dan menoleh. Dilihatnya Soo Hye dan Alcheon jatuh. Soo Hye segera menunduk meminta maaf "maafkan saya Tuan..tapi saya harus mengejar Tuan Putri..permisi.." Soo Hye menunduk "ah Tuan Putri tunggu" lalu ia kembali berjalan ke tempat Deok Man Alcheon berusaha bangun "kenapa dayang itu mengejar Tuan Putri?hari sudah gelap seperti ini, memangnya Tuan Putri akan pergi kemana?"pikirnya. Lalu Alcheon berlari mengejar Deok Man dan Soo Hye.
Deok Man segera menaiki tandunya, dan meminta para kuli tandunya itu untuk mengantarnya ke rumah. Soo Hye yang terengah-engah hanya bisa berjalan mengikuti tandu tanpa banyak protes. "tunggu" seru Alcheon. Tandu pun berhenti. Alcheon segera menghampiri tandu dan memberi hormat "maaf Tuan Putri, anda mau pergi ke mana?hari sudah gelap..berbahaya pergi malam-malam" Deok Man membuka jendela samping tandu "aku harus pulang ke kediamanku segera..ada hal penting mendesak..nanti saja aku ceritakan.."katanya, lalu Deok Man memerintahkan agar tandu jalan kembali. Karena khawatir, Alcheon berjalan mengawal tandu.
Selama perjalanan, Soo Hye menceritakan alasan Deok Man mendadak ingin pulang kepada Alcheon. Alcheon terkejut mendengarnya. "jadi apa yang harus kita lakukan sekarang?"tanya Alcheon pelan-pelan. Soo Hye hanya mengangkat bahu. Sesampainya di depan gerbang kediamannya, Deok Man turun dari tandunya. Lalu ia masuk ke dalam rumahnya untuk melihat apakah Bi Dam sudah pulang. Namun yang ada hanyalah kasim dan pelayan mereka. Kemudian Deok Man memutuskan untuk berdiri di depan gerbang, menunggu suaminya. Menunggu Bi Dam.
Waktu terus berlalu, Deok Man masih tetap bertahan berdiri sambil menoleh ke kanan dan ke kiri namun tak satu pun bayangan orang lewat. Alcheon dan Soo Hye khawatir Deok Man akan kelelahan dan sakit. Soo Hye menghampiri Deok Man "Tuan Putri.. Tuan Putri sudah berdiri cukup lama di sana..istirahatlah dulu di dalam.." Alcheon menghampirinya lalu memakaikan kain tebal panjang bahu Deok Man "anda menunggunya di dalam saja Tuan Putri, biar saya yang menunggu di luar..udaranya mulai dingin" Deok Man menggeleng "sebentar lagi, ia pasti akan pulang"katanya Soo Hye dan Alcheon hanya bisa diam.
Deok Man menundukan kepalanya memandangi jalan "kau sedang dalam perjalanan pulangkan Bi Dam?"gumamnya. Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki berlari dari arah kanannya. Deok Man pun menoleh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar