Chapter 31 part 2 : I'm Home
Bi Dam berhenti berlari, beristirahat untuk mengatur nafasnya, "hosh..hosh..1000 langkah lagi..aku akan tiba di rumah"katanya sambil menghapus peluh di keningnya. Lalu ia kembali berlari. Tak lama kemudian, ia melihat dari jauh ada 3 orang berdiri di depan rumahnya. Karena jaraknya jauh dan gelap, ia tidak tahu itu siapa, namun begitu berlari semakin mendekat, ia mengenali sosok satu orang dari 3 orang itu. "Deok Man.."gumamnya. Ia pun berlari semakin cepat.
Deok Man melihat ada seorang berlari dari jauh mendekat. Karena gelap dan jaraknya yang jauh, ia tak bisa melihatnya. Angin yang berhembus berhasil menggeser awan yang menutupi bulan, sehingga cahaya bulan dapat menyinari jalan tempat Deok Man berdiri. Meskipun tampak samar, Deok Man yakin itu adalah suaminya. "Bi Dam.."gumamnya. Lalu ia berjalan ke arahnya
Bi Dam semakin mendekati rumahnya. Ia dapat melihat Deok Man berjalan ke arahnya. "Deok Man"serunya.
Deok Man mendengar namanya dipanggil. Suara yang sangat familiar di telinganya. Suara yang sangat dirindukannya. "Bi Dam.." serunya.
Jarak pun semakin dekat. Semakin dekat. 300 langkah..150 langkah..80 langkah..30 langkah..10 langkah.
Bi Dam berlari lalu memeluk erat Deok Man yang menyambutnya pulang "aku pulang..Deok Man.." "kenapa kau pulang begitu lama?..."gumam Deok Man. Air mata bahagia meleleh di wajahnya. Bi Dam menghapus air mata di pipi istrinya "maafkan aku..aku akan ceritakan padamu nanti..sekarang kita pulang Deok Man.." Deok Man mengulurkan tangan kanannya "selamat datang.."sambutnya. Bi Dam meraih tangannya lalu mereka pun berjalan bergandengan tangan menuju kediaman mereka.
Soo Hye dan Alcheon tercengang melihat apa yang sedang terjadi. Bi Dam yang berpakaian hitam berjalan di samping Deok Man. "Tu..Tuan..Per..da..na Men..teri masih hidup?"kata Soo Hye terbata-bata, Alcheon hanya mengangguk kaku. Bi Dam menyapa Alcheon "lama tak berjumpa denganmu Alcheon.." Alcheon yang masih kaget menunduk memberi hormat kaku "senang melihat anda kembali, Perdana Menteri..tapi maaf saya permisi dulu harus segera kembali ke Istana" Alcheon menunduk lagi lalu pergi berlari ke Istana. "aneh kenapa dia?..dia kan bisa pinjam kudaku untuk pergi ke Istana" kata Bi Dam, Deok Man tertawa kecil "aku tahu kenapa..nanti akan aku ceritakan padamu" Lalu Bi Dam melihat Soo Hye " siapa dia?"tanyanya. "ini Soo Hye..dia dayangku yang baru.." Soo Hye menunduk memberi hormat kepada Bi Dam "saya Soo Hye, Tuan"katanya. Lalu Deok Man menarik tangan Bi Dam "ayo kita masuk..kau pasti sudah lelah dan perbanmu itu sudah harus diganti.." Bi Dam tersenyum mengangguk.
Kediaman Perdana Menteri Bi Dam.
Deok Man sedang menyiapkan pakaian tidur untuk Bi Dam. Bi Dam yang baru saja selesai mandi berjalan masuk ke kamar lalu memeluk Deok Man dari belakang lalu mengecup lehernya. Karena tiba-tiba, Deok Man pun kaget namun ia senang. "aku sangat merindukanmu dan anak kita.." bisik Bi Dam di telinga Deok Man. Deok Man memeluk erat kedua lengan Bi Dam "kami pun juga sangat merindukanmu.."katanya. Ketika ia menoleh, Bi Dam mencium bibirnya. Ciuman impulsif yang dipenuhi oleh kerinduan. Deok Man memejamkan matanya dan membiarkan dirinya larut di dalamnya. "aku sangat mencintaimu Deok Man..sangat.." bisik Bi Dam di telinga Deok Man. Deok Man tersenyum mendengarnya "begitu juga aku.. aku juga sangat mencintaimu Bi Dam.." balasnya. Kemudian Deok Man mengambil kotak obat dan mulai mengobati luka-luka Bi Dam. Mulai dari wajah hingga seluruh tubuhnya. Dengan hati-hati, ia membuka perban di punggung Bi Dam. Tampak olehnya, luka besar bekas cambukan yang cukup dalam memanjang dari punggung kanan atas sampai punggung kiri bawah. Melihatnya, air mata Deok Man jatuh menetes ke punggung Bi Dam. "Deok Man?kau menangis?" tanya Bi Dam menoleh. "aku bersyukur meskipun kau terluka separah ini, kau tetap bisa pulang dengan selamat Bi Dam..ini bukan mimpi kan?" Kemudian Bi Dam membalikkan badannya, tangan kanannya mengusap wajah Deok Man dan menghapus air matanya. "separah apapun lukaku, sekalipun aku sekarat..aku pasti akan berusaha keras untuk kembali ke sisimu..ingat itu..dan ini adalah bukti bahwa ini adalah kenyataan.." ujarnya lalu ia mengecup kening Deok Man. "ya.. ini adalah kenyataan.."jawab Deok Man tersenyum.
Setelah luka-lukanya diobati dan mengenakan pakaian tidurnya, Bi Dam menarik lembut Deok Man ke tempat tidur mereka lalu membukakan selimut untuknya dan memintanya berbaring. Deok Man tersenyum menurut. Lalu Bi Dam berbaring di sisinya. Deok Man memeluk erat lengan Bi Dam "besok kau harus cerita padaku kenapa kau butuh waktu begitu lama untuk pulang.." Bi Dam menoleh "ya aku akan menceritakannya besok..sekarang tidurlah..sudah larut malam.." lalu ia mengecup kening Deok Man "tidurlah yang nyenyak.." Deok Man tersenyum dan memejamkan matanya tidur.
Blog ini dibuat untuk menampung FF n Fan's Creation dari seluruh fans QSD terutama Bideok lovers..(tidak menerima shindeok lovers ^^)
Senin, 28 Juni 2010
Kamis, 24 Juni 2010
Chapter 31 part 1: Mishil's Words
Keesokan harinya. Siang hari
karena pemakaman untuk Bi Dam akan dilaksanakan besok dari pagi, maka Raja meminta Deok Man untuk tinggal di Istana sehari itu agar ia tidak terlalu lelah. Deok Man pun mengiyakan.
Kamar Putri Deok Man. Istana.
Deok Man duduk membaca buku ditemani Soo Hye yang duduk di sebelahnya menjahit pakaiannya. "Yang Mulia Permaisuri memasuki ruangan"kata penjaga pintu. Permaisuri yang juga berpakaian kabung putih berjalan memasuki kamar Deok Man. Deok Man dan Soo Hye menyambutnya dengan menunduk memberi hormat. Lalu Soo Hye keluar meninggalkan Permaisuri dan Deok Man duduk berdua saja. "saya turut berduka cita atas wafatnya Perdana Menteri Bi Dam, Putri Deok Man" kata Permaisuri. "terima kasih Yang Mulia"kata Deok Man sambil menundukan kepala. "Putri Deok Man, bagaimana jika anda tinggal di sini setelah ini..saya dan Yang Mulia khawatir, jika anda tinggal sendirian di kediaman anda.."kata Permaisuri. Deok Man tersenyum "terima kasih Yang Mulia..tapi saya tetap ingin tinggal di sana..saya akan tinggal di sana bersama anak saya dan para pelayan..jadi saya tidak sendirian..tetapi..maaf Yang Mulia bolehkah saya meminta sesuatu?" "tentu silahkan, apa itu Putri Deok Man?"kata Permaisuri. "saya ingin dayang Soo Hye tetap bekerja dan tinggal bersama saya..tentu jika Yang Mulia mengizinkan.."jawab Deok Man. Permaisuri tersenyum meminum tehnya "tentu saja saya mengizinkannya, sebenarnya dayang Soo Hye memang saya berikan untuk bekerja dan tinggal bersama Putri Deok Man selama Putri mau.."
"terima kasih Yang Mulia.."jawab Deok Man.
Ruang Kerja Raja.
Raja duduk ditemani Kim Yong Chun, Kim Seo Hyun, Putri Man Myeong, Yushin, dan Alcheon. Semuanya berpakaian kabung
"apakah semua persiapan untuk besok sudah siap?"tanya Raja. "hampir siap seluruhmya Yang Mulia..semuanya pasti sudah siap sore ini"jawab Kim Yong Chun. "saya masih tak percaya Perdana Menteri Bi Dam bernasib seperti ini.."kata Putri Man Myeong. "saya pun juga tidak.."kata Alcheon. "memang berat untuk menerima kenyataan ini, tapi kita harus menerimanya dengan tegar.."kata Raja.
Sore hari. Tepi Danau Anapji.
Setelah berjalan keliling mencari udara segar, Deok Man melangkahkan kakinya ke tepi danau dan berhenti di sana. "sudah lama aku tidak ke sini.." gumamnya. Ia memandang sekeliling. Menikmati angin sore yang berhembus pelan. "aku..aku yang akan memanggil namamu.." terdengar suara Bi Dam bersamaan dengan hembusan angin yang menerpa wajahnya. Kenangannya bersama Bi Dam di tempat itu terputar kembali dalam benaknya. "tetapi sekarang aku tak bisa mendengarmu memanggil namaku lagi.." gumam Deok Man. Tanpa disadari air matanya menetes. "Tuan Putri.." Deok Man menoleh. Yushin menunduk memberi hormat kepadanya. Deok Man segera menghapus air matanya "Panglima Yushin.." sapanya. Lalu mereka berjalan dan duduk di kursi dekat situ. "maaf jika saya lancang tapi bukankah sebaiknya Tuan Putri beristirahat di kamar?" Yushin memulai pembicaraan. Deok Man menoleh "aku sedang ingin mencari udara segar..lagipula aku sudah beristirahat seharian ini.." Lalu mereka kembali diam. "Panglima Yushin, apakah jarak dari sini ke Kowon sangat jauh?" tanya Deok Man memecahkan keheningan. "paling cepat dalam waktu 3 hari perjalanan..maaf jika saya boleh tahu apakah Tuan Putri berniat ke sana?" ujar Yushin. Deok Man tersenyum tegar "ya..aku ingin pergi ke tempat Bi Dam jatuh.. aku ingin berdoa untuknya di sana.. tapi tentu saja tidak sekarang..mungkin setelah bayi ini lahir..sekalian aku mengajaknya melihat tempat dimana ayahnya.. terakhir hidup.." jawabnya sambil mengusap perutnya. Tak ada air mata yang jatuh, wajah Deok Man tampak penuh ketegaran menghadapi rasa duka di hatinya. "di saat seperti ini pun Tuan Putri tetap mampu memendam kesedihannya dan terlihat tegar di hadapan orang lain.. seandainya aku bisa melakukan sesuatu untuknya.. untuk mengurangi kesedihannya.." gumam Yushin dalam hati. "baiklah Tuan Putri..saya pamit undur diri dulu.. saya harus mengatur pengiriman pasukan ke perbatasan.." Yushin berdiri dan memberi hormat. Deok Man tersenyum mengangguk. "saya harap.. saya harap Tuan Putri kuat dan tabah menghadapi ini semua.." kata Yushin sebelum meninggalkan gazebo. "terima kasih Panglima.." jawab Deok Man tersenyum tegar. Lalu Yushin pergi meninggalkan Deok Man sendirian di gazebo. "tentu saja aku harus kuat melewati ini semua dan yang akan datang tanpanya.. demi anak ini..demi anak kita, Bi Dam.." gumam Deok Man sambil mengusap perutnya.
Malam hari. Kamar Putri Deok Man.
Persiapan pemakaman Bi Dam sudah selesai, bahkan Deok Man sendiri yang meletakkan papan nama Bi Dam di altar. Setelah segala sesuatunya beres, lalu kembali ke kamarnya, Deok Man duduk beristiraiat di atas tempat tidurnya sambil mengusap perutnya "Bi Dam..besok adalah hari pemakamanmu..apakah benar kau memang sudah tiada?.. aku tahu aku harus tegar, melewati semua kesedihan ini.. tetapi apakah aku mampu melakukannya..tanpa kau di sampingku?setelah semua yang telah kita lalui bersama..bisakah aku melanjutkannya sendirian?.." Lalu ia memejamkan matanya, ia bisa melihat Bi Dam tersenyum padanya "aku sangat menyayangimu dan anak kita..Deok Man.."katanya. Air mata Deok Man pun kembali jatuh.
Beberapa lama kemudian, Deok Man membuka matanya "dimana ini?rasanya aku kenal tempat ini.."tanyanya sambil memandang sekeliling. Ia sedang duduk di bawah tenda, lalu ia menoleh ke sampingnya. Mi Shil yang mengenakan pakaian warna ungu tersenyum menunduk "kita berada di tempat kita berunding dulu Tuan Putri.." Deok Man sangat kaget melihatnya "Mi..Mi Shil.." Mi Shil tersenyum dengan senyum khasnya "ya Tuan Putri..sudah lama kita tidak bertemu.." "apakah Tuan Putri habis menangis?"tanyanya lanjut. Deok Man segera menghapus sisa air matanya "aku pun hanya manusia biasa yang bisa menangis Mi Shil.." Mi Shil memutar bangkunya menghadap pemandangan di sampingnya "beginikah wajah Putri Deok Man yang sudah mengalahkanku Mi Shil?terpuruk dalam kesedihan?..tampaknya setelah aku pergi, Tuan Putri jadi melemah..tidak setangguh seperti ketika Tuan Putri mengalahkanku dulu" Deok Man tersenyum "harus ku akui tak ada lawan yang lebih tangguh darimu sejak kau pergi.."
Mi Shil tertawa "aku senang mendengarnya Tuan Putri..tapi ku rasa ada lawanmu yang lebih hebat dariku.." "siapa?" tanya Deok Man. "kesedihan akibat kehilangan orang yang kau cintai..ya..perasaan cinta telah meracunimu dan melemahkanmu.. aku saja tidak bisa membuat Tuan Putri seterpuruk ini.." Deok Man tersenyum "kau dan hal ini adalah yang berbeda..kau tahu Mi Shil dulu aku pernah merasa iri padamu karena kau bisa membangun klanmu, memperoleh kekuasaan dengan menjalin cinta dan menikah dengan beberapa pria?karena bagiku yang waktu itu duduk di atas takhta, jatuh cinta dan menikah itu tidak dibutuhkan oleh penguasa sepertiku karena hanya akan menimbulkan masalah dan perpecahan.. " Mi Shil hanya tersenyum mendengarkan.
"tapi sekarang aku tidak merasa iri lagi..bagiku mencintai dan dicintai satu orang saja sudah lebih dari cukup memberikan kekuatan bagiku.. memang aku melepaskan takhta tapi aku memperoleh hal yang lebih berharga.. aku memperoleh kebahagiaan untuk bisa dicintai..dicintai sebagai wanita..dicintai dengan tulus tanpa ada maksud dan tujuan terselubung.."kata Deok Man. "tapi sekarang itu membuat Tuan Putri terpuruk bukan?"tanya Mi Shil.
"ya..aku merasa sangat sedih..sangat.. kehilangannya sangat membuatku terpukul..tapi itu tidak akan membuatku jatuh terus..segala kenangan tentangnya dan cinta darinya tetap hidup dalam hidupku..tetapi ku rasa kau tak akan mengerti itu Mi Shil.." kata Deok Man menatap ke depan. Mi Shil hanya tersenyum "aku dan Tuan Putri memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang cinta..sampai kapanpun kita tidak akan pernah bisa mengerti satu-satu sama lain...pandanganmu sama seperti dia...aku sudah menemukan hal yang lebih berharga dibandingkan nama yang dikenal sepanjang masa.. ucapan yang sangat naif..hmm.. sangat disayangkan putraku dengan Raja Jinji itu lebih memilih jalan itu dan sekarang sedang berjalan pulang ke rumahnya jadi aku tak bisa bertemu dengannya di alam baka.."katanya. Begitu mendengar kalimat yang terakhir itu, Deok Man terkejut lalu menoleh ke arah Mi Shil "apa maksud.."tapi Mi Shil sudah tidak ada.
Deok Man membuka matanya lalu memandang sekelilingnya. Ia masih terbaring di atas tempat tidurnya. "ternyata hanya mimpi.." gumamnya. Tetapi terus terngiang dalam pikirannya kata-kata Mi Shil "pandanganmu sama seperti dia ...sangat disayangkan putraku dengan Raja Jinji itu lebih memilih jalan itu dan sekarang sedang berjalan pulang ke rumahnya jadi aku tak bisa bertemu dengannya di alam baka.."apa maksud mimpi itu?apakah ini bukan mimpi biasa?" Deok Man duduk di tempat tidurnya memikirkannya "putra Mi Shil dengan Raja Jinji?Bi Dam?..tidak bertemu di alam baka?apakah maksudnya ia masih hidup?lalu pulang ke rumahnya?pulang ke kediamannya sekarang?"pikir Deok Man, tatapan kedua matanya kembali penuh harapan begitu memikirkan perkataan Mi Shil tadi. "akan tetapi..benarkah demikian?mungkin ini bukan mimpi biasa?" Deok Man mengambil ikat kepala Bi Dam dan menatapnya dalam-dalam "atau itu semua hanyalah mimpi biasa?" Setelah berpikir cukup lama, "ya..maksud perkataan Mi Shil adalah Bi Dam masih hidup dan sedang dalam perjalanan menuju rumahnya denganku.."kata Deok Man gembira. Lalu Deok Man segera bangun dari tempat tidurnya dan memanggil-manggil nama Soo Hye.
Malam hari. Pelabuhan Soeraboel.
Bi Dam berdiri di tengah kerumunan orang yang baru turun dari kapal "akhirnya aku tiba.."gumamnya. Lalu ia memeriksa kantong uangnya tetapi isinya tidak cukup untuk membeli kuda atau menyewa tandu. "duh kalau begini, terpaksa lari deh biar cepatt sampai rumah..hmm..baiklah.."gumamnya sambil mengambil ancang-ancang lalu berlari.
Halaman Istana.
Deok Man dan Soo Hye dengan hati-hati berjalan secepatnya menyebrangi halaman Istana.
"tunggu Tuan Putri anda benar-benar mempercayai mimpi itu?"tanya Soo Hye. "yaa.." kata Deok Man. Soo Hye menambah kecepatan jalannya untuk menghentikan Putri Deok Man "bruuk" "aduh.." ia menabrak seseorang di persimpangan dan mereka berdua jatuh. Deok Man mendengarnya lalu berhenti dan menoleh. Dilihatnya Soo Hye dan Alcheon jatuh. Soo Hye segera menunduk meminta maaf "maafkan saya Tuan..tapi saya harus mengejar Tuan Putri..permisi.." Soo Hye menunduk "ah Tuan Putri tunggu" lalu ia kembali berjalan ke tempat Deok Man Alcheon berusaha bangun "kenapa dayang itu mengejar Tuan Putri?hari sudah gelap seperti ini, memangnya Tuan Putri akan pergi kemana?"pikirnya. Lalu Alcheon berlari mengejar Deok Man dan Soo Hye.
Deok Man segera menaiki tandunya, dan meminta para kuli tandunya itu untuk mengantarnya ke rumah. Soo Hye yang terengah-engah hanya bisa berjalan mengikuti tandu tanpa banyak protes. "tunggu" seru Alcheon. Tandu pun berhenti. Alcheon segera menghampiri tandu dan memberi hormat "maaf Tuan Putri, anda mau pergi ke mana?hari sudah gelap..berbahaya pergi malam-malam" Deok Man membuka jendela samping tandu "aku harus pulang ke kediamanku segera..ada hal penting mendesak..nanti saja aku ceritakan.."katanya, lalu Deok Man memerintahkan agar tandu jalan kembali. Karena khawatir, Alcheon berjalan mengawal tandu.
Selama perjalanan, Soo Hye menceritakan alasan Deok Man mendadak ingin pulang kepada Alcheon. Alcheon terkejut mendengarnya. "jadi apa yang harus kita lakukan sekarang?"tanya Alcheon pelan-pelan. Soo Hye hanya mengangkat bahu. Sesampainya di depan gerbang kediamannya, Deok Man turun dari tandunya. Lalu ia masuk ke dalam rumahnya untuk melihat apakah Bi Dam sudah pulang. Namun yang ada hanyalah kasim dan pelayan mereka. Kemudian Deok Man memutuskan untuk berdiri di depan gerbang, menunggu suaminya. Menunggu Bi Dam.
Waktu terus berlalu, Deok Man masih tetap bertahan berdiri sambil menoleh ke kanan dan ke kiri namun tak satu pun bayangan orang lewat. Alcheon dan Soo Hye khawatir Deok Man akan kelelahan dan sakit. Soo Hye menghampiri Deok Man "Tuan Putri.. Tuan Putri sudah berdiri cukup lama di sana..istirahatlah dulu di dalam.." Alcheon menghampirinya lalu memakaikan kain tebal panjang bahu Deok Man "anda menunggunya di dalam saja Tuan Putri, biar saya yang menunggu di luar..udaranya mulai dingin" Deok Man menggeleng "sebentar lagi, ia pasti akan pulang"katanya Soo Hye dan Alcheon hanya bisa diam.
Deok Man menundukan kepalanya memandangi jalan "kau sedang dalam perjalanan pulangkan Bi Dam?"gumamnya. Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki berlari dari arah kanannya. Deok Man pun menoleh.
Keesokan harinya. Siang hari
karena pemakaman untuk Bi Dam akan dilaksanakan besok dari pagi, maka Raja meminta Deok Man untuk tinggal di Istana sehari itu agar ia tidak terlalu lelah. Deok Man pun mengiyakan.
Kamar Putri Deok Man. Istana.
Deok Man duduk membaca buku ditemani Soo Hye yang duduk di sebelahnya menjahit pakaiannya. "Yang Mulia Permaisuri memasuki ruangan"kata penjaga pintu. Permaisuri yang juga berpakaian kabung putih berjalan memasuki kamar Deok Man. Deok Man dan Soo Hye menyambutnya dengan menunduk memberi hormat. Lalu Soo Hye keluar meninggalkan Permaisuri dan Deok Man duduk berdua saja. "saya turut berduka cita atas wafatnya Perdana Menteri Bi Dam, Putri Deok Man" kata Permaisuri. "terima kasih Yang Mulia"kata Deok Man sambil menundukan kepala. "Putri Deok Man, bagaimana jika anda tinggal di sini setelah ini..saya dan Yang Mulia khawatir, jika anda tinggal sendirian di kediaman anda.."kata Permaisuri. Deok Man tersenyum "terima kasih Yang Mulia..tapi saya tetap ingin tinggal di sana..saya akan tinggal di sana bersama anak saya dan para pelayan..jadi saya tidak sendirian..tetapi..maaf Yang Mulia bolehkah saya meminta sesuatu?" "tentu silahkan, apa itu Putri Deok Man?"kata Permaisuri. "saya ingin dayang Soo Hye tetap bekerja dan tinggal bersama saya..tentu jika Yang Mulia mengizinkan.."jawab Deok Man. Permaisuri tersenyum meminum tehnya "tentu saja saya mengizinkannya, sebenarnya dayang Soo Hye memang saya berikan untuk bekerja dan tinggal bersama Putri Deok Man selama Putri mau.."
"terima kasih Yang Mulia.."jawab Deok Man.
Ruang Kerja Raja.
Raja duduk ditemani Kim Yong Chun, Kim Seo Hyun, Putri Man Myeong, Yushin, dan Alcheon. Semuanya berpakaian kabung
"apakah semua persiapan untuk besok sudah siap?"tanya Raja. "hampir siap seluruhmya Yang Mulia..semuanya pasti sudah siap sore ini"jawab Kim Yong Chun. "saya masih tak percaya Perdana Menteri Bi Dam bernasib seperti ini.."kata Putri Man Myeong. "saya pun juga tidak.."kata Alcheon. "memang berat untuk menerima kenyataan ini, tapi kita harus menerimanya dengan tegar.."kata Raja.
Sore hari. Tepi Danau Anapji.
Setelah berjalan keliling mencari udara segar, Deok Man melangkahkan kakinya ke tepi danau dan berhenti di sana. "sudah lama aku tidak ke sini.." gumamnya. Ia memandang sekeliling. Menikmati angin sore yang berhembus pelan. "aku..aku yang akan memanggil namamu.." terdengar suara Bi Dam bersamaan dengan hembusan angin yang menerpa wajahnya. Kenangannya bersama Bi Dam di tempat itu terputar kembali dalam benaknya. "tetapi sekarang aku tak bisa mendengarmu memanggil namaku lagi.." gumam Deok Man. Tanpa disadari air matanya menetes. "Tuan Putri.." Deok Man menoleh. Yushin menunduk memberi hormat kepadanya. Deok Man segera menghapus air matanya "Panglima Yushin.." sapanya. Lalu mereka berjalan dan duduk di kursi dekat situ. "maaf jika saya lancang tapi bukankah sebaiknya Tuan Putri beristirahat di kamar?" Yushin memulai pembicaraan. Deok Man menoleh "aku sedang ingin mencari udara segar..lagipula aku sudah beristirahat seharian ini.." Lalu mereka kembali diam. "Panglima Yushin, apakah jarak dari sini ke Kowon sangat jauh?" tanya Deok Man memecahkan keheningan. "paling cepat dalam waktu 3 hari perjalanan..maaf jika saya boleh tahu apakah Tuan Putri berniat ke sana?" ujar Yushin. Deok Man tersenyum tegar "ya..aku ingin pergi ke tempat Bi Dam jatuh.. aku ingin berdoa untuknya di sana.. tapi tentu saja tidak sekarang..mungkin setelah bayi ini lahir..sekalian aku mengajaknya melihat tempat dimana ayahnya.. terakhir hidup.." jawabnya sambil mengusap perutnya. Tak ada air mata yang jatuh, wajah Deok Man tampak penuh ketegaran menghadapi rasa duka di hatinya. "di saat seperti ini pun Tuan Putri tetap mampu memendam kesedihannya dan terlihat tegar di hadapan orang lain.. seandainya aku bisa melakukan sesuatu untuknya.. untuk mengurangi kesedihannya.." gumam Yushin dalam hati. "baiklah Tuan Putri..saya pamit undur diri dulu.. saya harus mengatur pengiriman pasukan ke perbatasan.." Yushin berdiri dan memberi hormat. Deok Man tersenyum mengangguk. "saya harap.. saya harap Tuan Putri kuat dan tabah menghadapi ini semua.." kata Yushin sebelum meninggalkan gazebo. "terima kasih Panglima.." jawab Deok Man tersenyum tegar. Lalu Yushin pergi meninggalkan Deok Man sendirian di gazebo. "tentu saja aku harus kuat melewati ini semua dan yang akan datang tanpanya.. demi anak ini..demi anak kita, Bi Dam.." gumam Deok Man sambil mengusap perutnya.
Malam hari. Kamar Putri Deok Man.
Persiapan pemakaman Bi Dam sudah selesai, bahkan Deok Man sendiri yang meletakkan papan nama Bi Dam di altar. Setelah segala sesuatunya beres, lalu kembali ke kamarnya, Deok Man duduk beristiraiat di atas tempat tidurnya sambil mengusap perutnya "Bi Dam..besok adalah hari pemakamanmu..apakah benar kau memang sudah tiada?.. aku tahu aku harus tegar, melewati semua kesedihan ini.. tetapi apakah aku mampu melakukannya..tanpa kau di sampingku?setelah semua yang telah kita lalui bersama..bisakah aku melanjutkannya sendirian?.." Lalu ia memejamkan matanya, ia bisa melihat Bi Dam tersenyum padanya "aku sangat menyayangimu dan anak kita..Deok Man.."katanya. Air mata Deok Man pun kembali jatuh.
Beberapa lama kemudian, Deok Man membuka matanya "dimana ini?rasanya aku kenal tempat ini.."tanyanya sambil memandang sekeliling. Ia sedang duduk di bawah tenda, lalu ia menoleh ke sampingnya. Mi Shil yang mengenakan pakaian warna ungu tersenyum menunduk "kita berada di tempat kita berunding dulu Tuan Putri.." Deok Man sangat kaget melihatnya "Mi..Mi Shil.." Mi Shil tersenyum dengan senyum khasnya "ya Tuan Putri..sudah lama kita tidak bertemu.." "apakah Tuan Putri habis menangis?"tanyanya lanjut. Deok Man segera menghapus sisa air matanya "aku pun hanya manusia biasa yang bisa menangis Mi Shil.." Mi Shil memutar bangkunya menghadap pemandangan di sampingnya "beginikah wajah Putri Deok Man yang sudah mengalahkanku Mi Shil?terpuruk dalam kesedihan?..tampaknya setelah aku pergi, Tuan Putri jadi melemah..tidak setangguh seperti ketika Tuan Putri mengalahkanku dulu" Deok Man tersenyum "harus ku akui tak ada lawan yang lebih tangguh darimu sejak kau pergi.."
Mi Shil tertawa "aku senang mendengarnya Tuan Putri..tapi ku rasa ada lawanmu yang lebih hebat dariku.." "siapa?" tanya Deok Man. "kesedihan akibat kehilangan orang yang kau cintai..ya..perasaan cinta telah meracunimu dan melemahkanmu.. aku saja tidak bisa membuat Tuan Putri seterpuruk ini.." Deok Man tersenyum "kau dan hal ini adalah yang berbeda..kau tahu Mi Shil dulu aku pernah merasa iri padamu karena kau bisa membangun klanmu, memperoleh kekuasaan dengan menjalin cinta dan menikah dengan beberapa pria?karena bagiku yang waktu itu duduk di atas takhta, jatuh cinta dan menikah itu tidak dibutuhkan oleh penguasa sepertiku karena hanya akan menimbulkan masalah dan perpecahan.. " Mi Shil hanya tersenyum mendengarkan.
"tapi sekarang aku tidak merasa iri lagi..bagiku mencintai dan dicintai satu orang saja sudah lebih dari cukup memberikan kekuatan bagiku.. memang aku melepaskan takhta tapi aku memperoleh hal yang lebih berharga.. aku memperoleh kebahagiaan untuk bisa dicintai..dicintai sebagai wanita..dicintai dengan tulus tanpa ada maksud dan tujuan terselubung.."kata Deok Man. "tapi sekarang itu membuat Tuan Putri terpuruk bukan?"tanya Mi Shil.
"ya..aku merasa sangat sedih..sangat.. kehilangannya sangat membuatku terpukul..tapi itu tidak akan membuatku jatuh terus..segala kenangan tentangnya dan cinta darinya tetap hidup dalam hidupku..tetapi ku rasa kau tak akan mengerti itu Mi Shil.." kata Deok Man menatap ke depan. Mi Shil hanya tersenyum "aku dan Tuan Putri memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang cinta..sampai kapanpun kita tidak akan pernah bisa mengerti satu-satu sama lain...pandanganmu sama seperti dia...aku sudah menemukan hal yang lebih berharga dibandingkan nama yang dikenal sepanjang masa.. ucapan yang sangat naif..hmm.. sangat disayangkan putraku dengan Raja Jinji itu lebih memilih jalan itu dan sekarang sedang berjalan pulang ke rumahnya jadi aku tak bisa bertemu dengannya di alam baka.."katanya. Begitu mendengar kalimat yang terakhir itu, Deok Man terkejut lalu menoleh ke arah Mi Shil "apa maksud.."tapi Mi Shil sudah tidak ada.
Deok Man membuka matanya lalu memandang sekelilingnya. Ia masih terbaring di atas tempat tidurnya. "ternyata hanya mimpi.." gumamnya. Tetapi terus terngiang dalam pikirannya kata-kata Mi Shil "pandanganmu sama seperti dia ...sangat disayangkan putraku dengan Raja Jinji itu lebih memilih jalan itu dan sekarang sedang berjalan pulang ke rumahnya jadi aku tak bisa bertemu dengannya di alam baka.."apa maksud mimpi itu?apakah ini bukan mimpi biasa?" Deok Man duduk di tempat tidurnya memikirkannya "putra Mi Shil dengan Raja Jinji?Bi Dam?..tidak bertemu di alam baka?apakah maksudnya ia masih hidup?lalu pulang ke rumahnya?pulang ke kediamannya sekarang?"pikir Deok Man, tatapan kedua matanya kembali penuh harapan begitu memikirkan perkataan Mi Shil tadi. "akan tetapi..benarkah demikian?mungkin ini bukan mimpi biasa?" Deok Man mengambil ikat kepala Bi Dam dan menatapnya dalam-dalam "atau itu semua hanyalah mimpi biasa?" Setelah berpikir cukup lama, "ya..maksud perkataan Mi Shil adalah Bi Dam masih hidup dan sedang dalam perjalanan menuju rumahnya denganku.."kata Deok Man gembira. Lalu Deok Man segera bangun dari tempat tidurnya dan memanggil-manggil nama Soo Hye.
Malam hari. Pelabuhan Soeraboel.
Bi Dam berdiri di tengah kerumunan orang yang baru turun dari kapal "akhirnya aku tiba.."gumamnya. Lalu ia memeriksa kantong uangnya tetapi isinya tidak cukup untuk membeli kuda atau menyewa tandu. "duh kalau begini, terpaksa lari deh biar cepatt sampai rumah..hmm..baiklah.."gumamnya sambil mengambil ancang-ancang lalu berlari.
Halaman Istana.
Deok Man dan Soo Hye dengan hati-hati berjalan secepatnya menyebrangi halaman Istana.
"tunggu Tuan Putri anda benar-benar mempercayai mimpi itu?"tanya Soo Hye. "yaa.." kata Deok Man. Soo Hye menambah kecepatan jalannya untuk menghentikan Putri Deok Man "bruuk" "aduh.." ia menabrak seseorang di persimpangan dan mereka berdua jatuh. Deok Man mendengarnya lalu berhenti dan menoleh. Dilihatnya Soo Hye dan Alcheon jatuh. Soo Hye segera menunduk meminta maaf "maafkan saya Tuan..tapi saya harus mengejar Tuan Putri..permisi.." Soo Hye menunduk "ah Tuan Putri tunggu" lalu ia kembali berjalan ke tempat Deok Man Alcheon berusaha bangun "kenapa dayang itu mengejar Tuan Putri?hari sudah gelap seperti ini, memangnya Tuan Putri akan pergi kemana?"pikirnya. Lalu Alcheon berlari mengejar Deok Man dan Soo Hye.
Deok Man segera menaiki tandunya, dan meminta para kuli tandunya itu untuk mengantarnya ke rumah. Soo Hye yang terengah-engah hanya bisa berjalan mengikuti tandu tanpa banyak protes. "tunggu" seru Alcheon. Tandu pun berhenti. Alcheon segera menghampiri tandu dan memberi hormat "maaf Tuan Putri, anda mau pergi ke mana?hari sudah gelap..berbahaya pergi malam-malam" Deok Man membuka jendela samping tandu "aku harus pulang ke kediamanku segera..ada hal penting mendesak..nanti saja aku ceritakan.."katanya, lalu Deok Man memerintahkan agar tandu jalan kembali. Karena khawatir, Alcheon berjalan mengawal tandu.
Selama perjalanan, Soo Hye menceritakan alasan Deok Man mendadak ingin pulang kepada Alcheon. Alcheon terkejut mendengarnya. "jadi apa yang harus kita lakukan sekarang?"tanya Alcheon pelan-pelan. Soo Hye hanya mengangkat bahu. Sesampainya di depan gerbang kediamannya, Deok Man turun dari tandunya. Lalu ia masuk ke dalam rumahnya untuk melihat apakah Bi Dam sudah pulang. Namun yang ada hanyalah kasim dan pelayan mereka. Kemudian Deok Man memutuskan untuk berdiri di depan gerbang, menunggu suaminya. Menunggu Bi Dam.
Waktu terus berlalu, Deok Man masih tetap bertahan berdiri sambil menoleh ke kanan dan ke kiri namun tak satu pun bayangan orang lewat. Alcheon dan Soo Hye khawatir Deok Man akan kelelahan dan sakit. Soo Hye menghampiri Deok Man "Tuan Putri.. Tuan Putri sudah berdiri cukup lama di sana..istirahatlah dulu di dalam.." Alcheon menghampirinya lalu memakaikan kain tebal panjang bahu Deok Man "anda menunggunya di dalam saja Tuan Putri, biar saya yang menunggu di luar..udaranya mulai dingin" Deok Man menggeleng "sebentar lagi, ia pasti akan pulang"katanya Soo Hye dan Alcheon hanya bisa diam.
Deok Man menundukan kepalanya memandangi jalan "kau sedang dalam perjalanan pulangkan Bi Dam?"gumamnya. Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki berlari dari arah kanannya. Deok Man pun menoleh.
Minggu, 20 Juni 2010
Chapter 30: I'll be Strong
Setelah keluar dari gua, Bi Dam segera menguburkan mayat Yong Li. “semoga kau bias bertemu adikmu di alam sana” gumamnya sebelum pergi. Lalu Bi Dam segera berlari menuju desa terdekat yang ia lihat. Dengan uang yang tersisa dimilikinya ia membeli seekor kuda berwarna hitam. Lalu ia juga membeli pakaian untuk dirinya, tentu saja warna hitam kesukaanya, beberapa botol arak dan obat reumatik. Kemudian ia memacu kudanya ke arah gua Pak Tua. Lalu ia turun dari kudanya, masuk ke dalam gua. Pak Tua sedang tertidur. Dengan diam-diam, Bi Dam menaruh botol arak dan obat reumatik di sampingnya, lalu kembali keluar. Pak Tua melihatnya hanya tersenyum lalu tidur kembali.
Bi Dam memacu kudanya secepat mungkin menuju selatan, ke kota Kowon. Beberapa lama kemudian, ia tiba di sana. "nampaknya tidak ada pasukan Wolya dan Godo di sini." Lalu ia bertanya pada orang-orang di sana "ya..ada laki-laki yang bermata sipit dan berdagu kotak, kira-kira setinggimu ditemani pria besar dengan brewok hitam dan rombongannya..mereka terus bertanya-tanya apakah kami lihat pria terdampar di pantai atau di laut..kurasa setelah beberapa hari mencari, mereka sudah pulang."jawab seorang nelayan yang kebetulan lewat. "berdagu kotak?Yushin maksudnya?dan yang besar dengan brewok itu Godo?"pikirnya. Setelah berterima kasih, Bi Dam melanjutkan kembali perjalanannya tanpa henti ke Wonsan. "aku akan segera pulang, Deok Man"gumamnya.
Keesokan harinya.
Kediaman Perdana Menteri Bi Dam. Pagi hari.
Deok Man duduk di depan meja rias di kamarnya. Ia sedang menata rambutnya. Lalu Soo Hye masuk ke dalam kamarnya mengantarkan sarapan dan kemudian membantunya.
"apa rencana Tuan Putri hari ini?"tanya Soo Hye sambil menyisir rambut Deok Man yang panjang. "hmm..mungkin aku akan ke tabib..melakukan pemeriksaan rutin bulan ini..tak terasa sudah memasuki bulan yang kedelapan.."katanya sambil mengusap perutnya. "baik Tuan Putri,saya akan menyiapkan tandunya..nah selesai"kata Soo Hye. Deok Man berdiri dan terdiam melihat Soo Hye di sampingnya lalu melihat dirinya sendiri. "a..ada apa Tuan Putri?apa ada yang salah?"tanya Soo Hye takut. "tidak.. hanya saja aku baru sadar..aku belum mengenakan pakaian kabungku.." "Tuan Putri.." "bahkan sampai sekarang aku masih belum bisa percaya Bi Dam telah tiada dan lusa adalah pemakamannya.."kata Deok Man gemetar. Meskipun ia nampak tegar namun matanya kali ini tidak mau bekerja sama . Soo Hye ikut sedih melihatnya. Lalu Deok Man menghapus air matanya dan kembali tegar "siapkan pakaian kabungku Soo Hye..aku akan mengenakannya" katanya. Soo Hye mengangguk lalu mengeluarkan pakaian kabung putih dari lemari pakaian Deok Man. Kemudian dengan hati yang tegar, Deok Man mengenakannya.
Siang hari. Klinik Tabib Hang Hye Jin..
Deok Man sedang berbaring diperiksa oleh tabib kepercayaannya itu. "bagaimana keadaannya?"tanya Deok Man. Han Hye Jin tersenyum "kondisi bayi Tuan Putri sangat sehat..semuanya baik-baik saja" Deok Man tersenyum senang "syukurlah"katanya. "tapi saya dapat melihat kelelahan di wajah Tuan Putri..saya tahu saat ini adalah saat yang berat bagi Tuan Putri, namun Tuan Putri harus tegar melaluinya..demi bayi Tuan Putri dan juga Tuan Putri sendiri..dan saya juga ikut berduka cita atas meninggalnya Tuan Perdana Menteri .." kata Han Hye Jin sambil menundukkan kepala dalam-dalam. "terima kasih Han Hye Jin.. nasihatmu akan kuingat .." jawab Deok Man.
Setelah keluar dari gua, Bi Dam segera menguburkan mayat Yong Li. “semoga kau bias bertemu adikmu di alam sana” gumamnya sebelum pergi. Lalu Bi Dam segera berlari menuju desa terdekat yang ia lihat. Dengan uang yang tersisa dimilikinya ia membeli seekor kuda berwarna hitam. Lalu ia juga membeli pakaian untuk dirinya, tentu saja warna hitam kesukaanya, beberapa botol arak dan obat reumatik. Kemudian ia memacu kudanya ke arah gua Pak Tua. Lalu ia turun dari kudanya, masuk ke dalam gua. Pak Tua sedang tertidur. Dengan diam-diam, Bi Dam menaruh botol arak dan obat reumatik di sampingnya, lalu kembali keluar. Pak Tua melihatnya hanya tersenyum lalu tidur kembali.
Bi Dam memacu kudanya secepat mungkin menuju selatan, ke kota Kowon. Beberapa lama kemudian, ia tiba di sana. "nampaknya tidak ada pasukan Wolya dan Godo di sini." Lalu ia bertanya pada orang-orang di sana "ya..ada laki-laki yang bermata sipit dan berdagu kotak, kira-kira setinggimu ditemani pria besar dengan brewok hitam dan rombongannya..mereka terus bertanya-tanya apakah kami lihat pria terdampar di pantai atau di laut..kurasa setelah beberapa hari mencari, mereka sudah pulang."jawab seorang nelayan yang kebetulan lewat. "berdagu kotak?Yushin maksudnya?dan yang besar dengan brewok itu Godo?"pikirnya. Setelah berterima kasih, Bi Dam melanjutkan kembali perjalanannya tanpa henti ke Wonsan. "aku akan segera pulang, Deok Man"gumamnya.
Keesokan harinya.
Kediaman Perdana Menteri Bi Dam. Pagi hari.
Deok Man duduk di depan meja rias di kamarnya. Ia sedang menata rambutnya. Lalu Soo Hye masuk ke dalam kamarnya mengantarkan sarapan dan kemudian membantunya.
"apa rencana Tuan Putri hari ini?"tanya Soo Hye sambil menyisir rambut Deok Man yang panjang. "hmm..mungkin aku akan ke tabib..melakukan pemeriksaan rutin bulan ini..tak terasa sudah memasuki bulan yang kedelapan.."katanya sambil mengusap perutnya. "baik Tuan Putri,saya akan menyiapkan tandunya..nah selesai"kata Soo Hye. Deok Man berdiri dan terdiam melihat Soo Hye di sampingnya lalu melihat dirinya sendiri. "a..ada apa Tuan Putri?apa ada yang salah?"tanya Soo Hye takut. "tidak.. hanya saja aku baru sadar..aku belum mengenakan pakaian kabungku.." "Tuan Putri.." "bahkan sampai sekarang aku masih belum bisa percaya Bi Dam telah tiada dan lusa adalah pemakamannya.."kata Deok Man gemetar. Meskipun ia nampak tegar namun matanya kali ini tidak mau bekerja sama . Soo Hye ikut sedih melihatnya. Lalu Deok Man menghapus air matanya dan kembali tegar "siapkan pakaian kabungku Soo Hye..aku akan mengenakannya" katanya. Soo Hye mengangguk lalu mengeluarkan pakaian kabung putih dari lemari pakaian Deok Man. Kemudian dengan hati yang tegar, Deok Man mengenakannya.
Siang hari. Klinik Tabib Hang Hye Jin..
Deok Man sedang berbaring diperiksa oleh tabib kepercayaannya itu. "bagaimana keadaannya?"tanya Deok Man. Han Hye Jin tersenyum "kondisi bayi Tuan Putri sangat sehat..semuanya baik-baik saja" Deok Man tersenyum senang "syukurlah"katanya. "tapi saya dapat melihat kelelahan di wajah Tuan Putri..saya tahu saat ini adalah saat yang berat bagi Tuan Putri, namun Tuan Putri harus tegar melaluinya..demi bayi Tuan Putri dan juga Tuan Putri sendiri..dan saya juga ikut berduka cita atas meninggalnya Tuan Perdana Menteri .." kata Han Hye Jin sambil menundukkan kepala dalam-dalam. "terima kasih Han Hye Jin.. nasihatmu akan kuingat .." jawab Deok Man.
Chapter 29 part 2 : Deok Man
Bi Dam membuka matanya, di hadapannya, Deok Man sedang berdiri menggenggam kedua tangannya "berjanjilah padaku untuk pulang dengan selamat..aku dan anak kita menunggumu di sini"katanya. Lalu air mata Deok Man menetes. “Deok Man..” gumam Bi Dam. Tangannya bergerak maju ingin menghapusnya namun tiba-tiba Deok Man menghilang. "Deok Man..Deok Man.." panggil Bi Dam sambil melihat sekeliling.
Bi Dam terengah-engah membuka matanya sekejap. "ternyata hanya mimpi" gumamnya. Bi Dam melihat langit-langit goa dan mendengar suara deburan ombak "dimana aku sekarang..ugh..?"tanyanya sambil memegangi tulang rusuknya yang sakit. Lalu ia duduk melihat tubuhnya penuh dengan luka-luka yang sudah diobati, kalung soyopdo masih menggantung di dadanya yang diperban. Ia hanya mengenakan celana panjang hitamnya. "kau ada di gua tepi laut tempat tinggalku Bi Dam.. " Bi Dam kaget dan menoleh. Tak jauh darinya duduk seorang laki-laki paruh baya. Laki-laki itu tampak jauh lebih tua daripada Bi Dam, rambut hitamnya yang sedikit sudah bercampur putih, begitu pula janggut dan kumis tipisnya. "si..siapa kau?darimana kau tahu namaku?dan kenapa aku bisa berada di sini?"tanya Bi Dam sambil memandang bingung sekelilingnya. " aku menemukan kau dan temanmu terapung di laut, tapi sayangnya temanmu sudah menjadi mayat ketika aku membawa kalian ke sini.. syukurlah kau bertahan hidup " jawab laki-laki itu sambil membuat api unggun. “Teman?” tanya Bi Dam dalam hati. Lalu ia melihat ke pojok goa, dan ia tahu siapa yang dimaksud temannya itu. "aku hanyalah pengembara biasa..orang-orang biasa memanggilku Pak Tua..dan aku tahu namamu dari sini"jawabnya lagi seraya memberikan saputangan Deok Man kepada Bi Dam. Bi Dam menerimanya dan mengikatnya di lengannya lalu ia menundukan kepalanya "terima kasih sudah menolongku..aku harap aku bisa membalas jasamu..ugh.." erangnya sambil memegang perutnya. Luka-lukanya belum pulih total. Pak Tua itu tersenyum "janganlah memaksakan dirimu luka-lukamu belum pulih semuanya.. sekarang makanlah dulu sebelum kau ingin menolongku.."katanya seraya memberikan beberapa ekor ikan bakar kepada Bi Dam. Bi Dam berterima kasih lalu melahapnya sampai habis. Setelah selesai makan, Bi Dam merenggangkan badannya perlahan dan mengikat rambut panjangnya yang terurai "kau ingin meminta tolong apa Pak Tua?"tanyanya. Pak Tua itu menunjukkan pada Bi Dam sebuah perahu tua "perahuku sudah tua, jadi banyak bagiannya sudah mulai lapuk..tadinya aku ingin membetulkannya sendiri tapi reumatikku kambuh..alat dan bahannya sudah tersedia..jadi kau tinggal mengganti dan menambal bagian yang lapuk.."katanya. "tenang, pasti beres"kata Bi Dam. Lalu Bi Dam mengerjakannya dengan cepat dan cekatan "sudah berapa lama aku pingsan di sini?"tanyanya. "akibat kau terkena demam dan luka-lukamu yang cukup parah, kau tertidur hampir 5 hari lebih.." Bi Dam kaget mendengarnya "5 hari?mereka pasti mencariku.."pikirnya. Pak Tua hanya duduk mengamati Bi Dam "kau berasal darimana Bi Dam?dari logat bicaramu, aku tahu kau bukan dari sini.." "ya..aku berasal dari Shilla"jawab Bi Dam yang sedang menambal dasar perahu. Pak Tua itu menegak araknya "Shilla?aku pernah ke sana..ke Daeya..tapi karena di sana, sedang terjadi pertempuran, aku hanya singgah sebentar..ku dengar sekarang Shilla dipimpin oleh seorang perempuan..apakah benar?ku kira wanita itu tak bisa memimpin.." Bi Dam tersenyum mendengarnya "ya..benar..tapi beliau adalah seorang pemimpin yang hebat..rakyat hidup sejahtera karenanya..lalu setengah tahun yang lalu beliau memutuskan untuk menyerahkan takhtanya kepada keponakan laki-lakinya dan menikah.."jawabnya. "oo..hebat ya, ada wanita seperti itu..mampu memimpin Negara yang didominasi kita..laki-laki.."kata Pak Tua.
Beberapa lama kemudian, pekerjaan Bi Dam selesai. "nah selesai..aku harus segera pulang" kata Bi Dam sambil menyeka keringatnya. Lalu Bi Dam berjalan menghampiri Pak Tua yang sedang tertidur, dan ia jongkok di sampingnya "hei Pak Tua..perahumu sudah jadi nih.." Pak Tua itu pun terbangun dan tercengang melihat perahunya. Perahunya nampak seperti baru. Bi Dam senang melihatnya "nah sekarang tunjukkan padaku cara untuk pergi ke Kowon" Pak Tua itu menoleh "tadinya aku ingin mengantarmu ke sana dengan perahuku tapi reumatikku belum sembuh..jadi untuk ke sana, kau harus keluar dari sini dengan menaiki tangga itu, lalu kau akan melihat desa tak jauh dari sini..pergilah ke sana, jika kau punya cukup uang kau bisa membeli kuda di sana..lalu pergilah ke selatan..ke arah Kowon..jaraknya cukup dekat dari sini.."katanya. Bi Dam merogoh kantong celananya dalam-dalam "hmm..masih ada sekantong emas di sini.."pikirnya. Lalu ia berjalan ke tempat mayat temannya yang dimaksud Pak Tua tergeletak. Ia mengernyitkan hidungnya karena mayatnya sudah mulai membusuk lalu memeriksanya. "apa kau akan mengambil barang temanmu sendiri?"tanya Pak Tua yang masih mengamati perahunya. "dia bukan temanku..ia adalah musuhku yang membuatku jatuh ke laut"jawab Bi Dam. Lalu Bi Dam menemukan sekantong emas dan mengambilnya "anggaplah ini untuk biaya pemakamanmu Yong Li"gumamnya. Kemudian Bi Dam membopong mayat itu "Pak Tua, terima kasih atas segala-galanya, kapan-kapan datanglah ke Shilla, ke kota Soeraboel..cari aku..aku akan menerimamu tinggal di tempatku.."katanya. Pak Tua hanya tersenyum mengangguk melambaikan tangan "hati-hati yaa"serunya. Lalu sambil membopong mayat, Bi Dam menaiki tangga keluar dari goa.
Bi Dam membuka matanya, di hadapannya, Deok Man sedang berdiri menggenggam kedua tangannya "berjanjilah padaku untuk pulang dengan selamat..aku dan anak kita menunggumu di sini"katanya. Lalu air mata Deok Man menetes. “Deok Man..” gumam Bi Dam. Tangannya bergerak maju ingin menghapusnya namun tiba-tiba Deok Man menghilang. "Deok Man..Deok Man.." panggil Bi Dam sambil melihat sekeliling.
Bi Dam terengah-engah membuka matanya sekejap. "ternyata hanya mimpi" gumamnya. Bi Dam melihat langit-langit goa dan mendengar suara deburan ombak "dimana aku sekarang..ugh..?"tanyanya sambil memegangi tulang rusuknya yang sakit. Lalu ia duduk melihat tubuhnya penuh dengan luka-luka yang sudah diobati, kalung soyopdo masih menggantung di dadanya yang diperban. Ia hanya mengenakan celana panjang hitamnya. "kau ada di gua tepi laut tempat tinggalku Bi Dam.. " Bi Dam kaget dan menoleh. Tak jauh darinya duduk seorang laki-laki paruh baya. Laki-laki itu tampak jauh lebih tua daripada Bi Dam, rambut hitamnya yang sedikit sudah bercampur putih, begitu pula janggut dan kumis tipisnya. "si..siapa kau?darimana kau tahu namaku?dan kenapa aku bisa berada di sini?"tanya Bi Dam sambil memandang bingung sekelilingnya. " aku menemukan kau dan temanmu terapung di laut, tapi sayangnya temanmu sudah menjadi mayat ketika aku membawa kalian ke sini.. syukurlah kau bertahan hidup " jawab laki-laki itu sambil membuat api unggun. “Teman?” tanya Bi Dam dalam hati. Lalu ia melihat ke pojok goa, dan ia tahu siapa yang dimaksud temannya itu. "aku hanyalah pengembara biasa..orang-orang biasa memanggilku Pak Tua..dan aku tahu namamu dari sini"jawabnya lagi seraya memberikan saputangan Deok Man kepada Bi Dam. Bi Dam menerimanya dan mengikatnya di lengannya lalu ia menundukan kepalanya "terima kasih sudah menolongku..aku harap aku bisa membalas jasamu..ugh.." erangnya sambil memegang perutnya. Luka-lukanya belum pulih total. Pak Tua itu tersenyum "janganlah memaksakan dirimu luka-lukamu belum pulih semuanya.. sekarang makanlah dulu sebelum kau ingin menolongku.."katanya seraya memberikan beberapa ekor ikan bakar kepada Bi Dam. Bi Dam berterima kasih lalu melahapnya sampai habis. Setelah selesai makan, Bi Dam merenggangkan badannya perlahan dan mengikat rambut panjangnya yang terurai "kau ingin meminta tolong apa Pak Tua?"tanyanya. Pak Tua itu menunjukkan pada Bi Dam sebuah perahu tua "perahuku sudah tua, jadi banyak bagiannya sudah mulai lapuk..tadinya aku ingin membetulkannya sendiri tapi reumatikku kambuh..alat dan bahannya sudah tersedia..jadi kau tinggal mengganti dan menambal bagian yang lapuk.."katanya. "tenang, pasti beres"kata Bi Dam. Lalu Bi Dam mengerjakannya dengan cepat dan cekatan "sudah berapa lama aku pingsan di sini?"tanyanya. "akibat kau terkena demam dan luka-lukamu yang cukup parah, kau tertidur hampir 5 hari lebih.." Bi Dam kaget mendengarnya "5 hari?mereka pasti mencariku.."pikirnya. Pak Tua hanya duduk mengamati Bi Dam "kau berasal darimana Bi Dam?dari logat bicaramu, aku tahu kau bukan dari sini.." "ya..aku berasal dari Shilla"jawab Bi Dam yang sedang menambal dasar perahu. Pak Tua itu menegak araknya "Shilla?aku pernah ke sana..ke Daeya..tapi karena di sana, sedang terjadi pertempuran, aku hanya singgah sebentar..ku dengar sekarang Shilla dipimpin oleh seorang perempuan..apakah benar?ku kira wanita itu tak bisa memimpin.." Bi Dam tersenyum mendengarnya "ya..benar..tapi beliau adalah seorang pemimpin yang hebat..rakyat hidup sejahtera karenanya..lalu setengah tahun yang lalu beliau memutuskan untuk menyerahkan takhtanya kepada keponakan laki-lakinya dan menikah.."jawabnya. "oo..hebat ya, ada wanita seperti itu..mampu memimpin Negara yang didominasi kita..laki-laki.."kata Pak Tua.
Beberapa lama kemudian, pekerjaan Bi Dam selesai. "nah selesai..aku harus segera pulang" kata Bi Dam sambil menyeka keringatnya. Lalu Bi Dam berjalan menghampiri Pak Tua yang sedang tertidur, dan ia jongkok di sampingnya "hei Pak Tua..perahumu sudah jadi nih.." Pak Tua itu pun terbangun dan tercengang melihat perahunya. Perahunya nampak seperti baru. Bi Dam senang melihatnya "nah sekarang tunjukkan padaku cara untuk pergi ke Kowon" Pak Tua itu menoleh "tadinya aku ingin mengantarmu ke sana dengan perahuku tapi reumatikku belum sembuh..jadi untuk ke sana, kau harus keluar dari sini dengan menaiki tangga itu, lalu kau akan melihat desa tak jauh dari sini..pergilah ke sana, jika kau punya cukup uang kau bisa membeli kuda di sana..lalu pergilah ke selatan..ke arah Kowon..jaraknya cukup dekat dari sini.."katanya. Bi Dam merogoh kantong celananya dalam-dalam "hmm..masih ada sekantong emas di sini.."pikirnya. Lalu ia berjalan ke tempat mayat temannya yang dimaksud Pak Tua tergeletak. Ia mengernyitkan hidungnya karena mayatnya sudah mulai membusuk lalu memeriksanya. "apa kau akan mengambil barang temanmu sendiri?"tanya Pak Tua yang masih mengamati perahunya. "dia bukan temanku..ia adalah musuhku yang membuatku jatuh ke laut"jawab Bi Dam. Lalu Bi Dam menemukan sekantong emas dan mengambilnya "anggaplah ini untuk biaya pemakamanmu Yong Li"gumamnya. Kemudian Bi Dam membopong mayat itu "Pak Tua, terima kasih atas segala-galanya, kapan-kapan datanglah ke Shilla, ke kota Soeraboel..cari aku..aku akan menerimamu tinggal di tempatku.."katanya. Pak Tua hanya tersenyum mengangguk melambaikan tangan "hati-hati yaa"serunya. Lalu sambil membopong mayat, Bi Dam menaiki tangga keluar dari goa.
Sabtu, 12 Juni 2010
Fanfic raining . . . . . . . (SCANE 12 BAG 5)
SCANE 12 BAG 5
LEE YO WON- 05 DES 07- SEOUL
"berhentilah melihat ku seperti itu?, please?" pinta ku kesal, tapi tetap mencoba bersikap sopan. Setidak nya hanya di depan semua orang, dia menyebal kan.
"anything for you, pasangan takdir ku?" jawab sang wook dengan mulut besarnya, disusul gelak tawa dan siulan anak sekelas sesaat setelah mendengarnya. Pak guru hanya tersenyum menggoda menyaksikan itu, mimpi apa aku semalam?. Sang wook, dia adalah anak baru itu tepat seperti firasat buruk ku sejak awal. Yang lebih menjijikkan adalah, sewaktu ditanya mengapa dia pindah kesini. Ia menjawab 'agar lebih dekat dengan pasangan takdir ku, lee yo won yang manis'. Dia mengatakan itu dengan tampang tanpa bersalah, dan yang lebih parah adalah SEKARANG AKU DUDUK SEBANGKU DENGAN NYA . . . . ,
dosa apa aku di kehidupan sebelum nya?. Oh iya, aku jadi ingat ramalan itu. Ramalan tentang takdir ku yang sampai sekarang masih ku ingat 'kalau kau merasakan kilasan atau mimpi yang aneh, datanglah kemari. Aku akan menjelaskan nya pada mu' . Kupandangi sebuah kartu alamat peramal itu, seoul. Alamt ini dekat dari sekolah, katanya 'kau sudah ditakdirkan bertemu dengan ku'. Percaya tidak percaya, tidak ada salah nya.
"nam gil?, kenapa kau?" sang wook memecah lamunan ku, ketika nam gil datang dengan wajah kusut nya. Ada apa dengan nya?.
Kim nam gil-05 des 07- seoul.
Sial, aku ingin sekali menjenguk kakak. Beberapa waktu yang lalu, keadaan kakak membaik. Dan sekarang, terjadi sesuatu dengan nya. Kakak, apa yang telah terjadi dengan mu.
"nam gil?, kau baik-baik saja?" tanya ye jin dan sang wook khawatir, sang wook? Kenapa dia ada di sini?
"hei?, kenapa kau ada di sini?" tanya ku bingung, sambil menaikkan salah satu alis.
Sang wook tersenyum riang lalu menunjuk-nunjuk yo won yang tampak sangat jengkel dengan nya, "aku pindah kesini, itu pasangan takdir ku. Yang waktu itu kuceritakan pada mu?" jelas nya riang, sambil menyikut tubuh ku sampai-sampai aku hampir terjatuh.
Aku berfikir sejenak, "oh, gadis yang kau ceritakan itu?. Yang pasangan takdir mu, dan ciuman pertama mu?" ingat ku segera dan tanpa sadar mengucapkan nya dengan volume suara cukup besar, untuk didengar teman sekelas. Ye jin mengayun kotak pensil nya, lalu mendaratkan nya ke kepala ku. Sakit sekali, ada kaca, kalkulator, dan benda keras lain nya. Lalu mendekat ke arah yo won yang bersiap-siap melemparkan meja ke arah kami. Disusul sorak teman-teman yang menyaksikan ini, 2 pasang kekasih sedang bertengkar? Sial. Gosip, selalu saja di gosipin.
Lee han- 26 des 07- pusan.
"ya, tanggal 3
bagi rapot. Sama dong, liburan ke mana yo won?" tanya ku.
"gak tau kak, kangen ya sama yo won?, kak sudah dulu ada guru. Nanti kita sambung lagi" goda nya.
"ih, dasar. Ya, semoga nilai nya bagus" harap ku, lalu tersenyum setelah menuTup tlp. Kami jadi semakin dekat, aku pasrah saja di panggil nya kakak. Yo won sangat manis, apa aku menyukainya y?.
"hei!" sapa seseorang, seraya menepuk bahu ku dari belakang.
"im ah?, mau kemana?" tanya ku bingung melihat ia berpenampilan seperti itu, dan membawa sebuah koper yang cukup besar.
"sudah selesai ulangan, mau kemana lagi kalau bukan liburan." jelas nya santai.
"ehm, yang waktu itu. Aku__"
"sudah lupakan saja" sela nya, "aku hanya mau pamit, semangat ya?. Semoga berhasil ikut ujian kelas 12" lanjutnya riang, lalu dengan cepat melangkah pergi setelah melambaikan tangan nya pada ku. Aku tahu, im ah menyukai ku. Tapi, bukankah akan lebih sakit kalau aku berpura-pura menyukai nya?. Bagaimana pun, im ah adalah gadis yang manis dan baik.
"wah, bibik sedang apa?" tanya ku tiba-tiba dan membuat bibik hyeon jeong melompat kaget.
"ah.."desah nya sambil mengelus dada dalam tarikan nafas dalam. "lee han, kau selalu membuat bibik kaget!" lanjutnya, lalu melemparkan sebuah bantal kearah ku.
Aku tertawa puas, menyaksikan apa yang aku lakukan sukses. "ehm, mau kemana bik?" tanya bingung.
"siapa yang mau ke mana?, dasar aneh." jawab bibik sedikit menaikkan salah satu alis dan tersenyum dengan senyuman khas nya. "ini, bibik membantu im ah mengemasi pakaian nya." jelasnya geli, setelah melihat aku memasang tampang melas.
"memangnya dia mau ke mana bik?, liburan kok bawa barang banyak sekali?" tanya ku kembali setelah melihat beberapa koper besar yang tertata rapi.
Sesaat bibik menatap ku aneh, lalu tersenyum. "im ah tidak cerita ya?" bibik balik bertanya, membuatku semakin bingung.
"cerita ap__"
"bik, sudah be, lee han?" sela im ah tanpa sengaja saat memasuki kamar.
"ini, bereskan sendiri. Kan ada lee han, minta tolong saja dengan nya" penyakit usil nya kumat, bibik memang seperti itu. Seolah-olah tahu isi hati seseorang, wanita yang sangat mengerikan jika dilihat dari sisi ini.
"kau mau kemana im ah?" tanya ku tegas, lalu menutup koper nya saat im ah berpura-pura tidak mendengar ku.
BERSAMBUNG
LEE YO WON- 05 DES 07- SEOUL
"berhentilah melihat ku seperti itu?, please?" pinta ku kesal, tapi tetap mencoba bersikap sopan. Setidak nya hanya di depan semua orang, dia menyebal kan.
"anything for you, pasangan takdir ku?" jawab sang wook dengan mulut besarnya, disusul gelak tawa dan siulan anak sekelas sesaat setelah mendengarnya. Pak guru hanya tersenyum menggoda menyaksikan itu, mimpi apa aku semalam?. Sang wook, dia adalah anak baru itu tepat seperti firasat buruk ku sejak awal. Yang lebih menjijikkan adalah, sewaktu ditanya mengapa dia pindah kesini. Ia menjawab 'agar lebih dekat dengan pasangan takdir ku, lee yo won yang manis'. Dia mengatakan itu dengan tampang tanpa bersalah, dan yang lebih parah adalah SEKARANG AKU DUDUK SEBANGKU DENGAN NYA . . . . ,
dosa apa aku di kehidupan sebelum nya?. Oh iya, aku jadi ingat ramalan itu. Ramalan tentang takdir ku yang sampai sekarang masih ku ingat 'kalau kau merasakan kilasan atau mimpi yang aneh, datanglah kemari. Aku akan menjelaskan nya pada mu' . Kupandangi sebuah kartu alamat peramal itu, seoul. Alamt ini dekat dari sekolah, katanya 'kau sudah ditakdirkan bertemu dengan ku'. Percaya tidak percaya, tidak ada salah nya.
"nam gil?, kenapa kau?" sang wook memecah lamunan ku, ketika nam gil datang dengan wajah kusut nya. Ada apa dengan nya?.
Kim nam gil-05 des 07- seoul.
Sial, aku ingin sekali menjenguk kakak. Beberapa waktu yang lalu, keadaan kakak membaik. Dan sekarang, terjadi sesuatu dengan nya. Kakak, apa yang telah terjadi dengan mu.
"nam gil?, kau baik-baik saja?" tanya ye jin dan sang wook khawatir, sang wook? Kenapa dia ada di sini?
"hei?, kenapa kau ada di sini?" tanya ku bingung, sambil menaikkan salah satu alis.
Sang wook tersenyum riang lalu menunjuk-nunjuk yo won yang tampak sangat jengkel dengan nya, "aku pindah kesini, itu pasangan takdir ku. Yang waktu itu kuceritakan pada mu?" jelas nya riang, sambil menyikut tubuh ku sampai-sampai aku hampir terjatuh.
Aku berfikir sejenak, "oh, gadis yang kau ceritakan itu?. Yang pasangan takdir mu, dan ciuman pertama mu?" ingat ku segera dan tanpa sadar mengucapkan nya dengan volume suara cukup besar, untuk didengar teman sekelas. Ye jin mengayun kotak pensil nya, lalu mendaratkan nya ke kepala ku. Sakit sekali, ada kaca, kalkulator, dan benda keras lain nya. Lalu mendekat ke arah yo won yang bersiap-siap melemparkan meja ke arah kami. Disusul sorak teman-teman yang menyaksikan ini, 2 pasang kekasih sedang bertengkar? Sial. Gosip, selalu saja di gosipin.
Lee han- 26 des 07- pusan.
"ya, tanggal 3
bagi rapot. Sama dong, liburan ke mana yo won?" tanya ku.
"gak tau kak, kangen ya sama yo won?, kak sudah dulu ada guru. Nanti kita sambung lagi" goda nya.
"ih, dasar. Ya, semoga nilai nya bagus" harap ku, lalu tersenyum setelah menuTup tlp. Kami jadi semakin dekat, aku pasrah saja di panggil nya kakak. Yo won sangat manis, apa aku menyukainya y?.
"hei!" sapa seseorang, seraya menepuk bahu ku dari belakang.
"im ah?, mau kemana?" tanya ku bingung melihat ia berpenampilan seperti itu, dan membawa sebuah koper yang cukup besar.
"sudah selesai ulangan, mau kemana lagi kalau bukan liburan." jelas nya santai.
"ehm, yang waktu itu. Aku__"
"sudah lupakan saja" sela nya, "aku hanya mau pamit, semangat ya?. Semoga berhasil ikut ujian kelas 12" lanjutnya riang, lalu dengan cepat melangkah pergi setelah melambaikan tangan nya pada ku. Aku tahu, im ah menyukai ku. Tapi, bukankah akan lebih sakit kalau aku berpura-pura menyukai nya?. Bagaimana pun, im ah adalah gadis yang manis dan baik.
"wah, bibik sedang apa?" tanya ku tiba-tiba dan membuat bibik hyeon jeong melompat kaget.
"ah.."desah nya sambil mengelus dada dalam tarikan nafas dalam. "lee han, kau selalu membuat bibik kaget!" lanjutnya, lalu melemparkan sebuah bantal kearah ku.
Aku tertawa puas, menyaksikan apa yang aku lakukan sukses. "ehm, mau kemana bik?" tanya bingung.
"siapa yang mau ke mana?, dasar aneh." jawab bibik sedikit menaikkan salah satu alis dan tersenyum dengan senyuman khas nya. "ini, bibik membantu im ah mengemasi pakaian nya." jelasnya geli, setelah melihat aku memasang tampang melas.
"memangnya dia mau ke mana bik?, liburan kok bawa barang banyak sekali?" tanya ku kembali setelah melihat beberapa koper besar yang tertata rapi.
Sesaat bibik menatap ku aneh, lalu tersenyum. "im ah tidak cerita ya?" bibik balik bertanya, membuatku semakin bingung.
"cerita ap__"
"bik, sudah be, lee han?" sela im ah tanpa sengaja saat memasuki kamar.
"ini, bereskan sendiri. Kan ada lee han, minta tolong saja dengan nya" penyakit usil nya kumat, bibik memang seperti itu. Seolah-olah tahu isi hati seseorang, wanita yang sangat mengerikan jika dilihat dari sisi ini.
"kau mau kemana im ah?" tanya ku tegas, lalu menutup koper nya saat im ah berpura-pura tidak mendengar ku.
BERSAMBUNG
Rabu, 09 Juni 2010
Fanfic bideok raining . . . . . . . . . . (scane 12 BAG 4)
SCANE 12 BAG 4
kim nam gil -04 des 07- pusan
"ah, dia sadar" samar ku dengar suara seseorang yang terlihat sedikit berbayang, lalu perlahan semua kembali seperti semula.
"aduh kepalaku" terasa sakit di kedua sisi kepala ku. Dan saat ku sentuh, cairan merah kental mengalir dari kedua pelipis mata ku.
"darah?, ini..." tanya ku bingung.
"di pukul kedua pria tadi" sela salah seorang gadis seumuran ku yang entah bagaimana bisa berada disini.
"bagaimana tuan muda?, enak?. Ah... Ada apa ini?" tiba-tiba bibik maya datang, lalu berteriak histeris melihat keadaan ku. Kedua gadis itu menjelaskan semua nya, kedua pria itu memukul kepala ku sampai pingsan. Tanpa sengaja mereka berdua memergoki insiden itu, saat tersesat mencari toilet. Meraka mau di bunuh, tapi, untung saja aku segera sadar dan menghajar kedua pria itu. Lebih kurang seperti itu. Di luar ramai sekali, aku berdiri dan melihat ke luar jendela dengan hati-hati karena banyak pecahan kaca. Oh tidak, paparazi. Sebuah helikopter menyinari ku dengan lampu sorot nya yang menyilaukan, polisi berdatangan. Sial, kenapa ini harus menimpa ku?.
kim hyun ri- 03 des 07-seoul.
"sudahlah, aku sangat kenyang mendengar nya!" tawa ku renyah, ketika hyo ra berulang kali entah seberapa seringnya mengucapkan trimakasih dan maaf telah merepotkan mu.
"aku berhutang budi pada mu, ini no tlp ku. Aku harap, suatu saat bisa membalas kebaikan mu." hyo ra membungkuk seraya tersenyum manis setelah memberikan no tlp nya pada ku. Dan tak lama kemudian keluarganya datang, hehehe. Tentu nya dengan berbagai ekspresi aneh, bagaimana tidak? Putri mereka berada dikantor polisi dan mengalami kejadian yang tergolong aneh.
Kim hyun ri, itu nama ku. Nama salah seorang putri pengusaha yang sukses, dan gagal di kehidupan rumah tangga nya. Mama dan papa memang tidak bercerai, tapi aku bukan lah seorang anak kecil yang bisa dibohongi terus menerus. Kedua orang tua ku tidak saling mencintai lagi, mereka mempertahankan pernikahan ini karena aku. Tapi itu kata mereka, nyatanya itu semua demi nama baik keluarga. Aku tahu mereka berdua sama-sama selingkuh, sering ku ikuti papa atau mama masuk hotel dengan orang yang jauh lebih muda kira-kira seperti ku. Menjijikkan, kehidupan ku dikekang dan aku tidak punya teman. Punya sieh, tapi hanya sekumpulan anak-anak sombong yang tidak kusukai. Hyo ra, aku senang sekali berteman dengan nya. Ku harap kami bisa menjadi teman akrab, aku dan dia bertemu pada suatu keadaan yang menggelikan. Memukul kepala orang dengan sapu dan vas bunga, lumayan menyenangkan. Apalagi bertemu kim nam gil, dan menjadi sorotan publik. Aku tahu, papa dan mama pasti serasa kebakaran jenggot kalau tahu apa yang telah aku lakukan.
"hyun ri?" terdengar dengan jelas aroma kemarahan papa yang datang dengan tampang menyeramkan, seperti ingin membunuh ku.
"pa__" ingin ku sambut kedatangan papa dengan hangat, dan yang ku peroleh adalah kehangatan tangan papa saat menamparku dengan sepenuh hati.
"berani sekali kau menampar anak ku?" teriak mama seraya melindungiku dari pukulan papa, sakit sekali. Bukan tubuh ku, tapi hati ku.
"iya, kau benar. Dia anak mu. Anak haram mu dengan selingkuhan mu itu!"teriak papa menggema di setiap sudut ruangan, melukai hati ku.
"yoemjong?, tarik kata-kata mu tadi. Kau jangan membuat aku habis kesabaran, sudah cukup!" balas mama, tidak bisa mengendalikan amarahnya. Terlihat beberapa polisi mengintip di jendela, menontoni pertikaian sebuah keluarga.
LEE YO WON - 05 DES 07- SEOUL.
"kim nam gil, aktor, penyanyi, dan seorang remaja yang multi talenta dengan sejuta karisma. Siapa sangka kalau kim nam gil memiliki keahlian bela diri yang mengejutkan?, dan jiwa seorang pahlawan?. Berikut liputannya" pembawa acara itu tampak kagum saat membawakan sebuah acara gosip.
"ayo kak sudah sampai" ajak ku.
"sebentar ah, kakak mau lihat berita dulu." tolak kak ye jin, tanpa berpaling dari tv.
"eh, ada apa itu ramai sekali?" sela moon shik membuat perhatian kami teralih.
"nama nya juga di tv, pasti ramai." celetuk ku ketus.
"kim nam gil bertengkar dengan seorang guru" jelas go do dengan nafas tersengal-sengal.
"apa?" kami semua terkejut, anak itu selalu membuat masalah. Tapi tak apa lah, setidak nya kak ye jin mau keluar dari mobil dan berhenti menonton acara gosip itu.
"masuk!!, semua masuk!!" teriak kepala sekolah sambil mengayun-ayun kan mistar kayu panjang andalan nya dalam menakuti para siswa.
"baru saja datang sudah di usir?" keluh kak ye jin kecewa, lalu bersama siswa yang lain menuju kelas masing-masing.
"pagi. anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru." umum pak guru sesaat setelah masuk kelas, kami yang awalnya gaduh membicarakan perkelahian nam gil dengan seorang guru akhirnya memperhatikan pak guru.
"masuk nak" semua melihat ke arah pintu, menunggu anak baru itu. Kecuali aku, aku tidak tertarik sama sekali.
"yo won, itu teman sebangku mu. Coba lihat!" panggil kak ye jin sedikit berbisik dan menahan tawa.
TBC
kim nam gil -04 des 07- pusan
"ah, dia sadar" samar ku dengar suara seseorang yang terlihat sedikit berbayang, lalu perlahan semua kembali seperti semula.
"aduh kepalaku" terasa sakit di kedua sisi kepala ku. Dan saat ku sentuh, cairan merah kental mengalir dari kedua pelipis mata ku.
"darah?, ini..." tanya ku bingung.
"di pukul kedua pria tadi" sela salah seorang gadis seumuran ku yang entah bagaimana bisa berada disini.
"bagaimana tuan muda?, enak?. Ah... Ada apa ini?" tiba-tiba bibik maya datang, lalu berteriak histeris melihat keadaan ku. Kedua gadis itu menjelaskan semua nya, kedua pria itu memukul kepala ku sampai pingsan. Tanpa sengaja mereka berdua memergoki insiden itu, saat tersesat mencari toilet. Meraka mau di bunuh, tapi, untung saja aku segera sadar dan menghajar kedua pria itu. Lebih kurang seperti itu. Di luar ramai sekali, aku berdiri dan melihat ke luar jendela dengan hati-hati karena banyak pecahan kaca. Oh tidak, paparazi. Sebuah helikopter menyinari ku dengan lampu sorot nya yang menyilaukan, polisi berdatangan. Sial, kenapa ini harus menimpa ku?.
kim hyun ri- 03 des 07-seoul.
"sudahlah, aku sangat kenyang mendengar nya!" tawa ku renyah, ketika hyo ra berulang kali entah seberapa seringnya mengucapkan trimakasih dan maaf telah merepotkan mu.
"aku berhutang budi pada mu, ini no tlp ku. Aku harap, suatu saat bisa membalas kebaikan mu." hyo ra membungkuk seraya tersenyum manis setelah memberikan no tlp nya pada ku. Dan tak lama kemudian keluarganya datang, hehehe. Tentu nya dengan berbagai ekspresi aneh, bagaimana tidak? Putri mereka berada dikantor polisi dan mengalami kejadian yang tergolong aneh.
Kim hyun ri, itu nama ku. Nama salah seorang putri pengusaha yang sukses, dan gagal di kehidupan rumah tangga nya. Mama dan papa memang tidak bercerai, tapi aku bukan lah seorang anak kecil yang bisa dibohongi terus menerus. Kedua orang tua ku tidak saling mencintai lagi, mereka mempertahankan pernikahan ini karena aku. Tapi itu kata mereka, nyatanya itu semua demi nama baik keluarga. Aku tahu mereka berdua sama-sama selingkuh, sering ku ikuti papa atau mama masuk hotel dengan orang yang jauh lebih muda kira-kira seperti ku. Menjijikkan, kehidupan ku dikekang dan aku tidak punya teman. Punya sieh, tapi hanya sekumpulan anak-anak sombong yang tidak kusukai. Hyo ra, aku senang sekali berteman dengan nya. Ku harap kami bisa menjadi teman akrab, aku dan dia bertemu pada suatu keadaan yang menggelikan. Memukul kepala orang dengan sapu dan vas bunga, lumayan menyenangkan. Apalagi bertemu kim nam gil, dan menjadi sorotan publik. Aku tahu, papa dan mama pasti serasa kebakaran jenggot kalau tahu apa yang telah aku lakukan.
"hyun ri?" terdengar dengan jelas aroma kemarahan papa yang datang dengan tampang menyeramkan, seperti ingin membunuh ku.
"pa__" ingin ku sambut kedatangan papa dengan hangat, dan yang ku peroleh adalah kehangatan tangan papa saat menamparku dengan sepenuh hati.
"berani sekali kau menampar anak ku?" teriak mama seraya melindungiku dari pukulan papa, sakit sekali. Bukan tubuh ku, tapi hati ku.
"iya, kau benar. Dia anak mu. Anak haram mu dengan selingkuhan mu itu!"teriak papa menggema di setiap sudut ruangan, melukai hati ku.
"yoemjong?, tarik kata-kata mu tadi. Kau jangan membuat aku habis kesabaran, sudah cukup!" balas mama, tidak bisa mengendalikan amarahnya. Terlihat beberapa polisi mengintip di jendela, menontoni pertikaian sebuah keluarga.
LEE YO WON - 05 DES 07- SEOUL.
"kim nam gil, aktor, penyanyi, dan seorang remaja yang multi talenta dengan sejuta karisma. Siapa sangka kalau kim nam gil memiliki keahlian bela diri yang mengejutkan?, dan jiwa seorang pahlawan?. Berikut liputannya" pembawa acara itu tampak kagum saat membawakan sebuah acara gosip.
"ayo kak sudah sampai" ajak ku.
"sebentar ah, kakak mau lihat berita dulu." tolak kak ye jin, tanpa berpaling dari tv.
"eh, ada apa itu ramai sekali?" sela moon shik membuat perhatian kami teralih.
"nama nya juga di tv, pasti ramai." celetuk ku ketus.
"kim nam gil bertengkar dengan seorang guru" jelas go do dengan nafas tersengal-sengal.
"apa?" kami semua terkejut, anak itu selalu membuat masalah. Tapi tak apa lah, setidak nya kak ye jin mau keluar dari mobil dan berhenti menonton acara gosip itu.
"masuk!!, semua masuk!!" teriak kepala sekolah sambil mengayun-ayun kan mistar kayu panjang andalan nya dalam menakuti para siswa.
"baru saja datang sudah di usir?" keluh kak ye jin kecewa, lalu bersama siswa yang lain menuju kelas masing-masing.
"pagi. anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru." umum pak guru sesaat setelah masuk kelas, kami yang awalnya gaduh membicarakan perkelahian nam gil dengan seorang guru akhirnya memperhatikan pak guru.
"masuk nak" semua melihat ke arah pintu, menunggu anak baru itu. Kecuali aku, aku tidak tertarik sama sekali.
"yo won, itu teman sebangku mu. Coba lihat!" panggil kak ye jin sedikit berbisik dan menahan tawa.
TBC
Jumat, 04 Juni 2010
fabfic bideok raining.............. ( scane 12 bag 3)
lee hyo ra -03 des 07 - seoul.
"lepaskan!!!, aku akan mengadukan mu kepada polisi..." teriak ku, sambil menggigit tangan nya.
"argh..., kalau bukan karena kau adalah adik yo sin. Aku pasti sudah lama membunuh mu!" pria menjijikkan itu berguman kesal setelah berhasil mengikat ku didalam gudang.
"em..,em...," semua caci maki ku malah berubah menjadi suara-suara aneh, saat sebuah kain pel menyumpal mulut ku.
"nah, duduk manis disini ya?. Hyo ra sayang, kakak mau pergi dulu." ejek nya, lalu mencubit kecil kedua pipi ku.
"hiat....." seseorang memukul kepala lelaki menjijikkan itu dengan bengis nya memakai sapu sampai pingsan.
"kau tidak apa-apa?" tanya gadis seumuran ku itu setelah melepaskan ikatan+ sumpalan mulut ku.
"aku, tidak apa-apa. Trimakasih," ucapku penuh kekaguman.
"ayo cepat pergi, sebelum dia bangun" ajaknya, lalu menarik ku lari. Kami lari cukup jauh, rumah ini sangat luas. Rumah seorang pengusaha, yang sedang mengadakan pesta. Pesta kaum elit seperti biasa nya, tapi entah mengapa pria menjijikkan itu ada disini.
13 thn yang lalu, ketika kakak ku lee yo sin meninggal secara tragis. Sejak itu, aku membencinya. Teman kakakku, pria menjijikkan. Bahkan tanpa malu, ia mengaku kakak ku dan dia saling mencintai. Nyatanya kakak ku hanya menganggap nya kakak, dan prihatin akan jalan kehidupan nya. Kak yo sin bertekat mengubah jalan hidupnya, dan berusaha dengan keras. Tapi sekarang?, kasihan kak jung chul. Ia adalah pacar kakak ku, belum sieh tapi mereka saling menyukai. Terlihat dengan jelas disetiap pertemuaan mereka dulu, cinta yang gugur sebelum berkembang. Bukankah hal biasa, perjodohan antar keluarga elit?. Kak jung chul dijodohkan dengan kak yo sin, dan sekarang perjodohan itu terlimpah kepada ku. Sial, ini semua karena pria menjijikkan itu.
"hei kalian!!" teriak seseorang dari belakang, kami menoleh dan langsung lari dengan cepat. Saat menyadari Mereka salah satu dari pria menjijikkan itu. karena alunan musik mengalun sangat kencang, teriakan kami bagaikan bunyi dedaunan yang saling beradu. Musik Seolah-olah mengiringi langkah kami, menerobos ruang demi ruang, naik turun tangga. Lalu akhirnya terhenti disebuah ruangan,
"jalan buntu, mati lah kita."ujar gadis itu panik.
"nama ku lee hyo ra, maaf membuat mu terlibat." ucap ku dengan nafas tersengal-sengal.
"nama ku" kalimat nya terpotong oleh tarikan nafas yang panjang, "nama ku kim hyun ri, maaf?. Aku malah bertrimakasih pada mu, ini seru sekali." jawab nya memasang tampang jail, lalu kembali panik mendengar langkah kaki mendekat.
"ayo sembunyi dibalik pintu, ini untuk mu!" ajak ku pada hyun ri, lalu mengambil sebuah vas bunga untuk hyun ri dan sebuah asbak besar untuk ku.
Langkah kaki itu semakin mendekat, terdengar ia membuka beberapa ruangan sebelum nya. Dan sekarang ia semakin mendekat, kami mengambil posisi masing-masing. Jantung ku berdetak sangat kencang, keringat mengalir setetes demi setetes membuat ku semakin gugup. Tangan ku gemetar dan lemas, ku pasang kuda-kuda terbaik yang ku punya. Ia sangat dekat, sesaat ia terhenti di depan pintu beberapa detik kemudian ia membuka pintu.
"argh..." pukulan kami tepat sasaran, vas bunga dipukul ke kepala bagian kanan dan asbak di bagian kiri. Kami menyeringai puas atas kesuksesan ini, sampai akhirnya kami sadar kalau ia bukan lah salah satu pria yang mengejar kami.
"aduh, siapa dia?" ungkap ku bingung, lalu membalik tubuh nya dengan kaki.
"astaga, dia kim nam gil." jelas hyun ri dengan panik.
"argh..." teriak kami berdua hampir bersamaan, saat tiba-tiba pria yang mengejar kami datang.
"mau lari kemana kalian?" olok mereka berdua dengan tampang yang menjijikkan.
Kami terjebak, kali ini kaki ku benar-benar gemetar. Berdiri pun rasanya tidak kuat, apalagi mau lari? Lagi pula mau kemana?. Mereka semakim mendekat, dan langkah kami sudah terpojok di dinding.
"siapa yang memukul kepala ku?" tiba-tiba kim nam gil sadar, ia mengejutkan kami semua.
"mereka!!" tunjuk hyun ri kepada kedua pria menjijikkan itu dengan cepat,
"oh?, jadi kalian?" nam gil mendekati kedua pria itu dengan tampang serius, lalu tiba-tiba menendang selangkangan kedua nya dengan cepat. Ia mengadu kepala kedua nya dengan gesit saat mereka sedikit menunduk, dan mendorong kedua nya keluar jendela tanpa memperdulikan keberadaan kami berdua. Untung saja, kami berhasil menghindar. Terlihat dengan jelas kekaguman kami akan kehebatan kim nam gil barusan, seorang seleb yang multi talenta.
Ia mendekat kearah ku, jantung ku berdetak tak beraturan. Apalagi tatapan mata nya, ia mengulurkan tangan nya pada ku. Saat ini, nafas , jantung, semua tidak beraturan dan membuat ku mematung dihadapannya.
"ayam ku, ternyata selamat." ujar nya penuh kegembiraan saat meraih sekantong ayam lalu terpeleset air di lantai, kemudian pingsan. dasar menyebalkan, Ayam? jadi demi ayam?, apa hanya itu?.
-BERSAMBUNG-
"lepaskan!!!, aku akan mengadukan mu kepada polisi..." teriak ku, sambil menggigit tangan nya.
"argh..., kalau bukan karena kau adalah adik yo sin. Aku pasti sudah lama membunuh mu!" pria menjijikkan itu berguman kesal setelah berhasil mengikat ku didalam gudang.
"em..,em...," semua caci maki ku malah berubah menjadi suara-suara aneh, saat sebuah kain pel menyumpal mulut ku.
"nah, duduk manis disini ya?. Hyo ra sayang, kakak mau pergi dulu." ejek nya, lalu mencubit kecil kedua pipi ku.
"hiat....." seseorang memukul kepala lelaki menjijikkan itu dengan bengis nya memakai sapu sampai pingsan.
"kau tidak apa-apa?" tanya gadis seumuran ku itu setelah melepaskan ikatan+ sumpalan mulut ku.
"aku, tidak apa-apa. Trimakasih," ucapku penuh kekaguman.
"ayo cepat pergi, sebelum dia bangun" ajaknya, lalu menarik ku lari. Kami lari cukup jauh, rumah ini sangat luas. Rumah seorang pengusaha, yang sedang mengadakan pesta. Pesta kaum elit seperti biasa nya, tapi entah mengapa pria menjijikkan itu ada disini.
13 thn yang lalu, ketika kakak ku lee yo sin meninggal secara tragis. Sejak itu, aku membencinya. Teman kakakku, pria menjijikkan. Bahkan tanpa malu, ia mengaku kakak ku dan dia saling mencintai. Nyatanya kakak ku hanya menganggap nya kakak, dan prihatin akan jalan kehidupan nya. Kak yo sin bertekat mengubah jalan hidupnya, dan berusaha dengan keras. Tapi sekarang?, kasihan kak jung chul. Ia adalah pacar kakak ku, belum sieh tapi mereka saling menyukai. Terlihat dengan jelas disetiap pertemuaan mereka dulu, cinta yang gugur sebelum berkembang. Bukankah hal biasa, perjodohan antar keluarga elit?. Kak jung chul dijodohkan dengan kak yo sin, dan sekarang perjodohan itu terlimpah kepada ku. Sial, ini semua karena pria menjijikkan itu.
"hei kalian!!" teriak seseorang dari belakang, kami menoleh dan langsung lari dengan cepat. Saat menyadari Mereka salah satu dari pria menjijikkan itu. karena alunan musik mengalun sangat kencang, teriakan kami bagaikan bunyi dedaunan yang saling beradu. Musik Seolah-olah mengiringi langkah kami, menerobos ruang demi ruang, naik turun tangga. Lalu akhirnya terhenti disebuah ruangan,
"jalan buntu, mati lah kita."ujar gadis itu panik.
"nama ku lee hyo ra, maaf membuat mu terlibat." ucap ku dengan nafas tersengal-sengal.
"nama ku" kalimat nya terpotong oleh tarikan nafas yang panjang, "nama ku kim hyun ri, maaf?. Aku malah bertrimakasih pada mu, ini seru sekali." jawab nya memasang tampang jail, lalu kembali panik mendengar langkah kaki mendekat.
"ayo sembunyi dibalik pintu, ini untuk mu!" ajak ku pada hyun ri, lalu mengambil sebuah vas bunga untuk hyun ri dan sebuah asbak besar untuk ku.
Langkah kaki itu semakin mendekat, terdengar ia membuka beberapa ruangan sebelum nya. Dan sekarang ia semakin mendekat, kami mengambil posisi masing-masing. Jantung ku berdetak sangat kencang, keringat mengalir setetes demi setetes membuat ku semakin gugup. Tangan ku gemetar dan lemas, ku pasang kuda-kuda terbaik yang ku punya. Ia sangat dekat, sesaat ia terhenti di depan pintu beberapa detik kemudian ia membuka pintu.
"argh..." pukulan kami tepat sasaran, vas bunga dipukul ke kepala bagian kanan dan asbak di bagian kiri. Kami menyeringai puas atas kesuksesan ini, sampai akhirnya kami sadar kalau ia bukan lah salah satu pria yang mengejar kami.
"aduh, siapa dia?" ungkap ku bingung, lalu membalik tubuh nya dengan kaki.
"astaga, dia kim nam gil." jelas hyun ri dengan panik.
"argh..." teriak kami berdua hampir bersamaan, saat tiba-tiba pria yang mengejar kami datang.
"mau lari kemana kalian?" olok mereka berdua dengan tampang yang menjijikkan.
Kami terjebak, kali ini kaki ku benar-benar gemetar. Berdiri pun rasanya tidak kuat, apalagi mau lari? Lagi pula mau kemana?. Mereka semakim mendekat, dan langkah kami sudah terpojok di dinding.
"siapa yang memukul kepala ku?" tiba-tiba kim nam gil sadar, ia mengejutkan kami semua.
"mereka!!" tunjuk hyun ri kepada kedua pria menjijikkan itu dengan cepat,
"oh?, jadi kalian?" nam gil mendekati kedua pria itu dengan tampang serius, lalu tiba-tiba menendang selangkangan kedua nya dengan cepat. Ia mengadu kepala kedua nya dengan gesit saat mereka sedikit menunduk, dan mendorong kedua nya keluar jendela tanpa memperdulikan keberadaan kami berdua. Untung saja, kami berhasil menghindar. Terlihat dengan jelas kekaguman kami akan kehebatan kim nam gil barusan, seorang seleb yang multi talenta.
Ia mendekat kearah ku, jantung ku berdetak tak beraturan. Apalagi tatapan mata nya, ia mengulurkan tangan nya pada ku. Saat ini, nafas , jantung, semua tidak beraturan dan membuat ku mematung dihadapannya.
"ayam ku, ternyata selamat." ujar nya penuh kegembiraan saat meraih sekantong ayam lalu terpeleset air di lantai, kemudian pingsan. dasar menyebalkan, Ayam? jadi demi ayam?, apa hanya itu?.
-BERSAMBUNG-
Langganan:
Postingan (Atom)