Pages


Kamis, 26 Mei 2011

The Hidden Wounds Chapter 07: Hide and Seek

genre: angst,romance, mystery 

Starring:
-  Kim Nam Gil as Shim Gun Wook
- Lee Yo Won as herself
- Seo Young Hee as Sohwa (Yo Won’s Nanny)
- Lee Moon Shik As Uncle Min (Driver Jo Min Shik)
- Ahn Seong Gi as Lee Seong Gi 
- Chung Jung Myung as Hong Gi Hoon
- Jung So Min as Hong Mo Ne
- Kim Hye Ok as Madam Hong 
- Choi Il Hwa as Hong Myung Hwan
- Ham Eunjung (T-ara) as Shin Yuri
- Kim Soo Hyun as Choi Soo Hyun
- Jo Hyun Jae as dr. Ahn Jong Geun

I didn't own the characters. It's just a fanfiction :)
**********************************************************************************

-May 7th 2010, 13:00 PM, Geumcheon-gu, Seoul -
“bruuk” Gun Wook meletakkan sebuah koper besi di atas meja dalam ruang rahasia miliknya. “trak..trak..” ia membuka kunci pada koper itu dan membukanya. Sebuah pistol jenis Colt seri M1991AI berwarna silver lengkap dengan peredamnya yang masih terpisah dan dua cartridge pelurunya menantinya di dasar koper. Gun Wook mengambil pistol itu dan melihatnya dengan seksama sebelum akhirnya ia memasang peredam pada pistol itu lalu disimpan di balik pinggang dan kedua cartridge ke dalam celana jeans hitamnya. Kemudian ia mengenakan jaketnya yang berwarna coklat memnyembunyikan v-neck yang berwarna hitam polos. Ia pun menatap dirinya yang ada di dalam cermin. “I’m ready…” gumamnya.

-13:05 PM Kediaman Keluarga Lee, Seocho-gu, Seoul -
Sambil membawa tas olahraganya, Yo Won berjalan keluar dari pintu masuk rumahnya ditemani  So Hwa.  Ia menghentikkan langkahnya tepat di samping sedan Audi A4 silver yang sudah menantinya.

“apa Nona yakin tidak ingin supir yang mengantar Nona?” tanya So Hwa.
Yo Won pun tersenyum menggeleng “aku sudah hafal jalan bi..lagipula tempat fitnessnya dan pusat perbelanjaannya searah dengan kantor…”

So Hwa hanya bisa tersenyum dan menghela napas panjang. Senyum Yo Won pun semakin melebar karena artinya bibinya tidak bisa protes lagi. Ia pun segera membuka pintu pengemudi dan memasukkan tasnya ke belakang.

“oh iya Bi, nanti setelah ayah pulang tolong ingatkan ayah untuk meminum obatnya lagi…obatnya yang siang ini lupa dibawa tadi…”

“baik nona..” angguk So Hwa.

“aku pergi…” Yo Won pun masuk ke dalam mobilnya dan mulai menyalakan mesinnya.

“hati-hati di jalan Nona…” ujar So Hwa.
Yo Won menoleh dan  tersenyum dari balik kaca lalu mulai memacu mobilnya perlahan.

-03:30 PM Gyeonggi Harbor Complex, Gyeonggido-
“brrmm…” sebuah mobil Audi silver berhenti di area parkiran umum pertokoan yang berada tepat di seberang pelabuhan barang Gyeonggi. Hari itu hari Sabtu jadi banyak pekerja pelabuhan serta masyarakat sekitar menghabiskan waktunya di kawasan pertokoan itu sehingga kawasan itu ramai sekali.

Yo Won pun keluar dan mengucni mobilnya lalu sambil membawa tas olahraganya, ia ikut masuk di tengah keramaian orang.  Ia berjalan menuju toilet umum yang ada di samping sebuah minimarket dan masuk ke dalamnya.  Sepuluh menit kemudian, keluarlah seseorang berjaket coklat,  berambut pendek dengan topi hitam keluar dari toilet itu.
Sambil diam-diam memperhatikan sekelilingnya, orang itu berjalan lurus memasukki gerbang pelabuhan, menembus kerumunan orang-orang yang berjalan berlawanan arah dengannya.
Orang itu berjalan terus sampai akhirnya ia tiba di tempat yang sepi dan bersembunyi di balik peti kemas.

“fiiuuh…” sambil memegang dadanya yang berdebar-debar, Yo Won menghela napasnya panjang-panjang.  



-03:40 PM, Seoul.
“ting tong!”

Yuri dan  Soo Hyun berdiri di depan pintu apartemen.
“tuut..tuut..tut…tut..” Yuri pun segera menekan tombol bergambar telepon yang berwarna merah pada ponselnya.
“tidak diangkat juga?” tanya Soo Hyun.
Yuri mengangguk “aneh apa Wakil Direktur lupa ya?padahal Wakil Direktur minta diingatkan”

“mungkin Nona Lee masih mencari cara yang lebih efisien dan akan menghubungimu nanti..” sahut Soo Hyun.
“mungkin…” gumam Yuri.

“braak…”pintu di depan mereka terbuka. Seorang pria berkaos putih dengan badan yang cukup kekar dan berkulit putih menyambut mereka.  “selamat datang…” sapa pria itu.
“hyung! maaf aku tak bisa menjemputmu di bandara semalam…” Soo Hyun memeluk kakaknya.

“no problemo…aku tahu kau harus memantau berita soal pemilihan umum semalaman…” sahut pria itu.
Pria itu pun juga tersenyum menatap Yuri “rupanya kalian langgeng yah…aku senang melihatnya…kuharap kalian segera menyusulku menikah…” ujar kakaknya  Soo Hyun.

Wajah Yuri pun memerah dan Soo Hyun pun juga salah tingkah.
“Yobo, siapa yang datang?” terdengar suara wanita dari dalam apartemen.
“adikku dan calon istrinya!” sahut pria itu.  “ayo kalian berdua silahkan masuk..maaf agak sedikit berantakan…”

“terima kasih kak Si Won…” jawab Yuri.

-04:00 PM, Gyeonggi Harbor Complex, Gyeonggido-
“hei..hei…pindahkan itu semua cepat!!” terdengar seruan Kim Chul Gyu dari atas geladak kapal sambil menunjuk-nunjuk ke arah anak buahnya yang sedang bekerja.

Dari kejauhan Yo Won mengamati aktifitas di kapal itu dan sekitarnya. “bagaimana aku bisa menyelinap ke sana untuk memeriksanya?” pikirnya sambil mengamati satusatunya tangga yang terhubung dengan kapal. Dan tangga itu hanya 20 m dari tempat Chul Gyu berdiri. Yo Won melirik jam tangannya dengan gelisah.  ““waktuku tinggal 1 jam.. aku harus memastikannya sebelum kapal itu pergi..”

“drrt…drrt..” ponsel di saku Chul Gyu bergetar. “hallo!” seru Chul Gyu yang mengangkat teleponnya. Ia berjalan hilir mudik ke depan belakang kanan dan kiri  sampai akhirnya berjalan menjauh dari tangga masuk ke kapal. Dan kesempatan ini tidak disia-siakan Yo Won, ia pun segera berlari menuju tangga itu dan masuk ke dalam kapal.
Yo Won pun segera masuk ke dalam kabin kapal. “dari sini seharusnya aku berjalan lurus sampai menemukan tangga…” pikirnya sambil melihat sebuah kertas kecil yang ada di telapak tangannya. Sebuah denah kapal yang digambarnya dengan tergesa-gesa.  Ia menoleh ke kanan dan ke kiri ”dimana tangganya?” pikirnya.  “tap..tap..tap..”  terdengar suara langkah kaki beberapa orang di belakang Yo Won.

“ada orang!” Yo Won pun panik.  Sekarang ia sedang berada di lorong yang buntu dan pasti akan segera ketahuan jika orang-orang tersebut melintas di samping lorong ini. Yo Won menoleh ke sekelilingnya  berharap  ada celah untuk dirinya sembunyi. Dan ia pun menemukan sesuatu. Sebuah lubang berbentuk persegi empat. Di atas lubang itu tertulis “put the trash bag here” Tanpa berpikir lebih lama Yo Won segera memasukan kakinya satu persatu ke dalam lubang itu. Setelah seluruh badannya masuk, ia pun melepaskan pegangannya dan meluncur ke bawah. “gusraak…bruug” terndengar suara bergema dari lubang itu.

“tap..tap…”  dua orang kru kapal berjalan sambil membawa polybag hitam besar di kedua tangannya. Mereka berdua berjalan menuju lubang persegi, tempat pembuangan sampah.  Satu persatu, mereka memasukkan kantong-kantong besar itu  ke dalam lubang.  Setelah selesai, mereka berdua  kembali berjalan ke arah sebaliknya.
“bruug…bruug…” keempat kantung hitam itu meluncur melewati saluran pipa besi dan mendarat dengan tepat di atas bak besi kuning besar tumpukan polybag yang berisi sampah lainnya. Sementara itu Lee Yo Won, tergeletak  tengkurap di lantai tak sadarkan diri.

-04:45 PM, Gyeonggi Harbor Complex, Gyeonggido-
Gun Wook berjalan dengan  melewati rombongan para pekerja yang baru saja selesai bekerja dengan santainya. Dibalut dengan jaket yang berwarna coklat dengan lengan tergulung, membaur di tengah-tengah  mereka ditambah dengan topi berwarna hitam, membuat wajahnya tidak begitu terlihat. Ia berjalan menuju sebuah kapal tanker besar  dengan cat merah dan hitam di sepanjang perut kapal. yang sedang menepi. “uwooong…” terdengar suara sirine dari kapal, para pekerja. Para pekerja mulai berlarian menuju kapal, begitu juga Gun Wook yang ikut masuk ke kapal membaur bersama para pekerja lainnya.

“angkat jangkarnya…” seru  Kim Chul Gyu yang sedang berada di atas dengan walkie talkie miliknya. “baik kapten!!” terdengar jawaban dari walkie talkienya. “saaassh….buuummm…kraaak…” terdengar suara semburan air dan suara rantai jangkar ditarik ke atas.

Para kru kapal sibuk berlarian ke sana kemari untuk memastikan segala sesuatunya beroperasi dengan benar. Gun Wook ikut membantu kru-kru yang sedang menarik sebuah rantai yang berukuran cukup besar dan panjang. Ia memandangi satu persatu kru-kru yang bekerja di situ. Semuanya bertubuh kekar dan bertampang layaknya para anggota gangster  atau pekerja kasar dengan tato di lengan mereka dan tindik di telinga mereka, karena pekerjaannya tinggal sedikit, perlahan ia pun mulai meninggalkan tempatnya dan berjalan menuju tempat dimana Kim Chul Gyu berada.
Gun Wook berdiri tepat di balik tembok, tak jauh .

“tenang saja begitu dari sini..semua barang bukti yang ada akan kubuang…akan kuubah kapal ini seperti semula..jadi jika ada pemeriksaan menyeluruh…aku berani menjamin tidak akan ada yang mengetahuinya…aku sudah meminta orang-orangku untuk mengembalikannya seperti sedia kala…” seru Kim Chul Gyu yang sedang menelepon dengan ponselnya. “dan akan kujual semuanya ke pasar gelap sehingga tak akan ada yang bisa melacaknya…teknologi manipulasi seperti ini pasti sangat menjual…” lanjutnya.

“teknologi manipulasi?apa maksudnya?” pikir Gun Wook. Ia pun berniat untuk mendengarkan pembicaraan Chul Gyu lebih lanjut namun ada sebuah tangan yang besar menepuk bahunya.

-05:10 PM, Kediaman Keluarga Lee, Seocho-gu, Seoul -
Mobil Mercedes E-class hitam berhenti tepat di tangga depan kediaman Keluarga Lee. dr. Ahn Jeong Gun  keluar dari tempat pengemudi dan membukakan pintu di belakangnya.

“kau tidak perlu repot-repot dr. Ahn…” ujar  Tuan Lee sambil menepuk bahu dr. Ahn.  Tuan Lee menoleh ke sampingnya, ke arah sahabatnya, dr. Ahn senior yang menjadi teman sebangkunya di belakang tadi.

“putramu benar-benar anak yang berbakti..” puji Tuan Lee. dr. Ahn senior hanya tersenyum mendengar putranya dipuji.

“selamat datang Tuan…” So Hwa segera menyambut tuannya dengan hormat.

“ah So Hwa..apakah  putriku sudah pulang?aku ingin mengenalkan dr. Ahn padanya..” ujar Tuan Lee.

“maaf Tuan..nona belum pulang Tuan…” jawab So Hwa.

“ah sayang sekali padahal aku ingin mengenalkannya pada dr. Ahn..bagaimana kalau kalian beristirahat sebentar di dalam?” tanya Tuan Lee.

“ah terima kasih Tuan Lee…akan tetapi sore ini, saya dan ayah ada janji dengan pasien di rumah sakit…” ujar  dr. Ahn sambil membungkukkan badan.

Tuan Lee pun tertawa “dia benar-benar mirip denganmu Jae Hwan saat muda..”

“baiklah kalau begitu...hati-hati di jalan untuk kalian berdua..terima kasih telah menemaniku bermain golf hari ini…” ujar Tuan Lee.

“sudah menjadi hak dan kewajibanku sebagai teman dan dokter untuk menemanimu..” jawab Ahn Jae Hwan. 

Tuan Lee menepuk bahu sahabatnya itu “kalau begitu hati-hatilah kalian di jalan..”

“kalau begitu kami permisi dulu Tuan Lee..” ujar Ahn Jong Geun sambil memberi hormat. Lalu ia dan ayahnya pun  masuk ke dalam mobil.

Sebelum mobil melaju, kaca penumpang belakang terbuka “jangan lupa minum obatmu setelah ini…” ujar Ahn Jae Hwan.

Tuan Lee pun tertawa “iya..iya..begitu masuk akan segera kuminum..” jawabnya.
Kemudian mobil pun melaju menuju pagar yang sudah dibukakan. Tuan Lee ditemani So Hwa berjalan masuk ke dalam rumah.

“apakah Tuan ingin makan sekarang?” tanya So Hwa.

“tidak, aku ingin makan malam bersama putriku…aku akan menunggunya pulang…” jawab Tuan Lee.

-05:15 PM, Tae Wang Petroleum Corp. Tanker Ship-
Sambil membawa kantong hitam besar di kedua tangannya, Gun Wook berjalan menuruni tangga. Ia hampir saja menigira kalau dirinya ketahuan namun ternyata kru kapal yang bertangan besar dan berotot kekar tadi hanya memintanya membuang sampah.  Sambil mengamati satu persatu pintu yang ada, ia pun tiba di pintu yang berwarna hijau dengan tulisan “storage and recycling room”  Ia pun segera mendorong pintu itu dan masuk ke dalamnya.
Hawa pengap dan lembab segera menyambutnya. Hanya ada sedikit cahaya dari lampu dan dari luar yang menyinari ruangan itu. Untungnya tempat sampah yang ia datangi adalah untuk sampah kering untuk didaur ulang bukan untuk sampah basah. Gun Wook berjalan dan menaruh kantong-kantong polybag hitam itu di atas bak terbuka yang sudah terisi penuh dengan kantong-kantong hitam lainnya.

“gusrak..” rupanya ada salah satu kantong polybag yang jatuh karena terdorong oleh kantong yang ditarunhya. Gun Wook pun menghela napas panjang, ia segera berjalan ke samping bak dan memungut kantong itu, tapi kantong itu segera terlepas dari tangannya begitu ia melihat apa yang tergeletak di lantai belakang bak. Lebih tepatnya siapa.
“Lee Yo Won..” gumamnya.

Gun Wook segera berlari dan mengangkat Yo Won dari lantai. “bagaimana ia bisa ada di sini?” pikirnya.

-05:56 PM, Tae Wang Petroleum Corp. Tanker Ship-
“ugh..”  kedua mata Yo Won mulai membuka perlahan. Yang ada di depan matanya hanyalah lampu yang bersinar remang-remang. Ia pun berusaha bangun dan tangan di belakangnya yang membantunya.

“kau..” gumam Yo Won begitu menoleh melihat siapa yang membantunya.

“ouch..” Yo Won merasakan nyeri di kepalanya. Ada sebuah memar berwarna merah yang terbentuk di pelipis kanannya.

 “Wakil Direktur?apakah Wakil Direktur baik-baik saja?” tanya Gun Wook dengan wajah khawatir.

“aku baik-baik saja…” ujar Yo Won. “kenapa kau bisa berada di sini?” tanyanya.
Gun Wook hanya  diam saja. “apa kau bekerja di sini?atau menyelidiki sesuatu?” tanya Yo Won.

“braak..” terdengar suara pintu dibuka. Gun Wook segera mengambil jaketnya yang tadi dijadikan bantalan kepala untuk Yo Won dan membantu Yo Won untuk segera  berdiri.  Ia memapahnya dan merangkulnya untuk bersembunyi di sebuah celah yang tidak terkena cahaya.
Seorang pria bertubuh kekar masuk ke dalam ruangan itu dan melemparkan dua kantong hitam yang ada di kedua tangannya ke atas bak.

“bruuk..” lagi-lagi ada kantong yang jatuh dari bak karena bak itu sudah terlalu penuh.

“brengsek..” ujar pria itu. Ia berjalan mendekat memutari bak untuk mengambil kantong itu.
Dari celah yang sempit dan gelap yang hanya berjarak beberapa langkah dari situ, Gun Wook dan Yo Won hanya diam memperhatikan pria itu. Berharap pria itu tidak menyadari kehadiran mereka.

“ssh..ssh…” Yo Won bisa merasakan setiap hembusan nafas Gun Wook yang menyapu keningnya.  Setiap hembusan nafasnya seakan-akan berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar keras.  Kepala Yo Won pun bersandar pada dada Gun Wook. Ia bisa mendengar jantung pria itu juga berdebar keras sama sepertinya dari balik v-neck shirt hitamnya.
Gun Wook bisa merasakan kedua tangan Yo Won gemetar. Ia pun meraih tangannya dan mengenggamnya erat. Yo Won agak terkejut karenanya.
Pria bertubuh kekar itu segera mengambil kantong yang jatuh tanpa menggubris hal yang lain dan segera berjalan menuju pintu keluar. “braak..” suara pintu tertutup.
Yo Won pun segera menarik tangannya dari Gun Wook dan berjalan keluar dari tempat persembunyian mereka.

“aku tak tahu kau ada di pihak siapa atau kau mendukung siapa…tapi jika kau ternyata kau bukan di pihakku..aku tak ingin kau mengangguku…” ujar Yo Won sambil memunggungi Gun Wook.

“tap..tap” terdengar suara langkah kaki mendekat. Yo Won pun sudah menyiapkan dirinya entah untuk berlari kabur atau melakukan bela diri jika seandainya Gun Wook ternyata tidak berpihak padanya.

“aku ada pihak Wakil Direktur dan aku akan membawa Wakil Direktur pulang dan diobati…” jawab Gun Wook yang sekarang berdiri di sampingnya
Yo Won pun menoleh dan tersenyum tipis “kalau begitu bantu aku..ada yang ingin aku periksa…” ujarnya.

-07:00 PM, Tae Wang Petroleum Corp. Tanker Ship-
Gun Wook berjalan di belakang Yo Won. Mereka berdua mengendap-endap di kabin kapal.  “sepertinya sekarang sudah jam makan malam sehingga kabin kapal pun sepi..” gumam Gun Wook.

Yo Won pun berhenti berjalan dan melirik jam tangannya. “sekarang jam 7 tepat…pasti Bibi dan ayah akan mencariku..apa yang harus kulakukan…ponselku tertinggal di mobil…” pikirnya sesaat. “tidak..aku harus fokus dulu pada hal ini..aku bisa menjelaskannya pada ayah nanti..” pikirnya. Ia pun kembali berjalan.

Gun Wook pun hanya mengikutinya sambil mengamati keadaan sekeliling mereka. Ia mengikuti  Yo Won yang berjalan menaiki tangga dengan perlahan.  Mereka tiba di sebuah ruangan yang cukup luas dengan jendela-jendela lebar  di sekitar mereka dan beberapa rak buku dengan sebuah meja besar di tengah ruangan yang penuh dengan kertas.

“sepertinya ini ruang navigasi…” gumam Yo Won sambil menatap kertas-kertas yang ada di atas meja.

“Wakil Direktur coba lihat ini…” panggil Gun Wook.

Yo Won pun segera menghampiri Gun Wook yang berdiri tak jauh darinya. Sebuah layar berwarna menampilkan peta  wilayah Asia, dan dua titik di atasnya. Titik yang berwarna hijau dan berwarna merah. Di atas kedua titik itu terdapat kotak kecil yang menampilkan angka-angka titik koordinasi tempat

“ini adalah posisi dimana kita berada…” ujar Gun Wook sambil menunjuk ke arah titik yang hijau. “lihat subordinatnya terus berubah..”
Yo Won pun mengangguk.

“dan ini adalah tujuan kapal berikutnya…sepertinya kapal ini dijalankan dengan kemudi otomatis…dan tujuan berikutnya akan dicapai dalam waktu  1 jam 5 menit dari sekarang…”

“tunggu sebentar ini masih di tengah laut kan? kenapa mereka harus berhenti di sana?” Yo Won menunjuk pada titik merah di atas layar itu.  

“mengenai hal itu…aku punya dugaan..”jawab Gun Wook.

“dugaan?” tanya Yo Won.

“ada kemungkinan bahwa kapal ini akan singgah ke pasar gelap…” jawab Gun Wook.

“pasar gelap?” kedua alis Yo Won terangkat.

“ya…beberapa hari yang lalu aku sempat membaca blog dari seorang jurnalis bahwa ada kecurigaan bahwa ada pasar gelap di perairan internasional tak jauh dari Wilayah Laut RRC…bisa jadi ini adalah tempatnya..namun itu baru sebatas dugaan..”  jawab Gun Wook.

“berarti ada kemungkinan selama ini minyak yang hilang ini diselundupkan ke pasar gelap…apakah ini ada kaitannya dengan latar belakang Kim Chul Gyu yang sempat terlibat organisasi mafia?” ujar Yo Won.

“cerdas…” pikir Gun Wook.

“braak..” terdengar suara pintu dibuka dan langkah kaki  dari bawah. Gun Wook dan Yo Won pun menoleh. Gun Wook segera menarik tangan Yo Won, ia membuka pintu samping yang menghubungkannya dengan pelataran luar. Mereka berdua bersandar di balik tembok.

“tap..tap..” terdengar suara kaki menaiki tangga. Seorang pria berkaos putih masuk ke dalam ruangan itu. Ia memeriksa layar monitor yang tadi dilihat Gun Wook dan Yo Won.  “tuh kan sudah kubilang langit malam ini pasti cerah dan tidak berubah…” gerutu pria itu.  Pria itu pun berjalan kembali menuju tangga dan turun meninggalkan ruangan.
Gun Wook diam-diam mengintip dari jendela untuk memastikan semuanya aman.

“apakah ada tempat yang ingin Wakil Direktur ingin periksa?” tanya Gun Wook.

“sebenarnya aku ingin memeriksa ruang kapten untuk mencari data tapi aku teringat sesuatu..”

“apa itu?” tanya Gun Wook.

“bahwa kapal ini memiliki sistem yang hampir sama dengan Kilang Minyak Daesan dalam hal penyimpanan..jadi semua data serba terkomputerisasi…oleh karena itu aku ingin memeriksa ruang monitoring tanker kapal ini…” ujar Yo Won.

“bingo…” pikir Gun Wook. “itu yang aku inginkan dari tadi…”

“baik Wakil Direktur..” jawab Gun Wook.

2 komentar:

  1. waaahhhh keren banget!!! lanjut terus ya mbak...

    BalasHapus
  2. d tgu kelanjutan'a nih...B-)

    BalasHapus