genre: angst,romance, mystery
Starring:
- Kim Nam Gil as Shim Gun Wook
- Lee Yo Won as herself
- Seo Young Hee as Sohwa (Yo Won’s Nanny)
- Lee Moon Shik As Uncle Min (Driver Jo Min Shik)
- Ahn Seong Gi as Lee Seong Gi
- Chung Jung Myung as Hong Gi Hoon
- Jung So Min as Hong Mo Ne
- Kim Hye Ok as Madam Hong
- Choi Il Hwa as Hong Myung Hwan
- Ham Eunjung (T-ara) as Shin Yuri
- Kim Soo Hyun as Choi Soo Hyun
- Jo Hyun Jae as dr. Ahn Jong Geun
- Choi Si Won as Choi Si Won
- Destira Andari Fikri as Park Daejia (choi si won's wife)
I didn't own the characters. It's just a fanfiction :)
**********************************************************************************
- May 8th 2009, 07:30 AM, Gangnam Severance Hospital, Gangnam-gu, Seoul-
“uhm..” perlahan Yo Won membuka kedua matanya. Langit-langit putih kamar VVIP tempatnya dirawat adalah yang pertama kali dilihatnya. “dimana aku?” gumamnya.
Tiba-tiba ada sebuah tangan hangat yang mengusap keningnya “Yo Won,putriku kamu sudah sadar?”
“ayah?” panggil Yo Won. “ini dimana?”
“kau sedang berada di Rumah Sakit di Gangnam-gu, sayang…” jawab Tuan Lee.
Yo Won memejamkan matanya mencoba mengingat-ingat. Kejadian yang dialaminya di atas kapal sampai terakhir ia dijemput oleh pasukan Angkatan Laut Republik Korea. Kemudian yang paling akhir terlintas dalam benaknya adalah tatapan Gun Wook padanya di dalam helikopter yang membawa mereka dan kemudian semuanya menjadi gelap.
“ayah maafkan aku…” gumam Yo Won seraya menggenggam erat tangan ayahnya.
Tuan Lee hanya tersenyum menatap putrinya dan mengusap keningnya “minta maaf untuk apa?”
“karena aku telah berbohong pada ayah…aku pasti sudah membuat ayah susah…maafkan aku…” jawab Yo Won dengan kepala tertunduk tidak berani menatap ayahnya.
Tuan Lee menggenggam erat tangan putrinya itu, “ayah tahu kamu berniat baik dan kamu melakukannya semua untuk ayah..tapi kamu harus tahu bahwa jika harus memilih, ayah lebih baik kehilangan seluruh harta dan perusahaan ayah, dibandingkan jika ayah harus kehilangan putri ayah…”
Setetes air mata jatuh membasahi pipi Yo Won. “terima kasih ayah…” gumamnya.
“tok..tok…” terdengar suara ketukan pintu dari luar.
“masuklah..” kata Tuan Lee.
Pintu kamar pun terbuka. Sambil membawa sekeranjang buah, Yuri berjalan masuk ke dalam kamar tempat Yo Won dirawat. Ia memberi hormat kepada Tuan Lee dan putrinya.
“nona Yuri…” sapa Yo Won sambil tersenyum.
Yuri pun ikut tersenyum “syukurlah Wakil Direktur baik-baik saja…”
“nona Yuri yang memberitahu ayah mengenai dirimu..sekali lagi aku mengucapkan terima kasih Nona Yuri..” ujar Tuan Lee.
Yuri pun membungkukkan badannya sebagai tanda ia menerima ucapan terima kasih Tuan Lee. “terima kasih kembali, Direktur Lee..” jawabnya.
“lalu mengenai Kim Chul Gyu?kurasa aku harus segera melaporkan semua bukti yang kudapat kepada polisi..” ujar Yo Won.
“ah..mengenai itu kurasa Wakil Direktur tidak perlu khawatir..” jawab Yuri.
Salah satu alis Yo Won pun terangkat.
Yuri mengerti maksud bossnya itu lalu segera mengambil remote TV yang ada di atas meja dan menyalakan TV.
“Angkatan Laut Republik Korea Berhasil Mengagalkan Transaksi Pasar Gelap” muncul sebagai headline berita yang sedang ditayangkan di TV. Di situ ditayangkan para pasukan Angkatan Laut Republik Korea menggiring sebarisan laki-laki yang mengangkat kedua tangannya masuk ke dalam bis.
Kemudian Yuri mengeluarkan sebuah amplop coklat dari tas tangannya. “mengenai identitas dan keberadaan Kapal Tae Wang tidak akan dipublish kepada masyaratkat begitu juga identitas Kim Chul Gyu sebagai pihak yang terlibat…akan tetapi proses hukum atas Kim Chul Gyu dan Manager Ju Bae Ho tetap akan dilangsungkan..ini surat panggilan untuk Wakil Direktur bersaksi…” kata Yuri seraya menyerahkan amplop itu kepada Yo Won.
“tunggu Manager Ju juga ikut ditangkap?” tanya Yo Won. Tuan Lee pun ikut terkejut mendengarnya “Manager Ju dari Divisi Produksi?”
Yuri mengangguk “ya…pada pukul 06:00 pagi tadi, Manager Ju ditangkap oleh pihak kepolisian untuk diinterogasi lebih lanjut..”
“tak kusangka..Ju Bae Ho, yang sudah bekerja padaku selama 25 tahun padaku berani berbuat ini di belakangku…” gumam Tuan Lee dengan wajah penuh kekeceawaan.
“terima kasih Nona Yuri telah membantuku memproses semuanya…” ujar Yo Won dengan kepala tertunduk.
Yuri pun melambaikan kedua tangannya“ah..Wakil Direktur..kau mengucapkan terima kasih kepada orang yang salah…”
“eh..maksudmu?” tanya Yo Won.
“yang memproses ini semua bukan aku…tetapi Shim Gun Wook-ssi…ia yang melaporkannya dan memproses semuanya..”
“Shim Gun Wook-ssi?” gumam Yo Won. “tunggu lengan kanannya tertembak kemarin…bagaimana keadaannya sekarang?
apa ia juga dirawat di sini?”
Yuri menggelengkan kepalanya “ia tidak dirawat di sini…sesampainya ia di sini, ia hanya minta diberi obat pereda rasa sakit dan langsung pergi setelahnya…”
“Shim Gun Wook-ssi?siapa dia?” tanya Tuan Lee yang dari tadi memperhatikan perbincangan putrinya dengan asistennya.
“Shim Gun Wook-ssi adalah salah satu staff baru di kantor ayah, orang yang menolong aku di kapal kemarin..aku juga tidak tahu kenapa ia bisa ada di sana…tapi selama aku berada di sana, ia terus membantuku sampai akhirnya aku bisa di sini dan membuat Kim Chul Gyu dan Manager Ju masuk penjara…”
“dia yang melindungiku di sana…” jawab Yo Won.
-10:00 AM, Geumcheon-gu, Seoul –
“klik..klik…” Gun Wook sibuk berinteraksi dengan layar komputer di hadapannya. Dibalik kemeja putihnya nampak bercak merah membayang di perban yang membebat lengan kirinya
“drrt..drrt..” ponsel miliknya di atas meja bergetar. Gun Wook segera mengambil dan mengangkat ponselnya.
“aku sudah mengirim apa yang kau minta..hanya itu bukti yang bisa kutemukan sekarang…rekening tujuan Manager Ju mengirim uangnya adalah rekening yang menggunakan nama orang yang sudah meninggal namun tak dikenal, dan setelah diselidiki tempat pengambilan uangnya berpindah-pindah tidak pernah berada ada di suatu wilayah…” ujar suara berat laki-laki yang berasal dari ponsel Gun Wook.
Gun Wook mendengarkannya sambil menatap serius layar komputer di hadapannya “aku ingin kau menyelidiki adanya kemungkinan keterlibatan orang-orang dalam Tae Wang ataupun kalangan chaebol lainnya dalam bank yang memegang rekening tersebut…”
“baik..” jawab lawan bicara Gun Wook.
“dan satu lagi..” Gun Wook menggeser kursor mousenya dan muncul foto Yo Won bersama beberapa laki-laki dan perempuan yang berambut pirang dengan latar belakang gedung Tae Wang yang ada di London, Inggris. Yo Won berdiri di barisan depan, tersenyum lebar di foto itu bersama dengan yang lain.
“apa kau masih butuh sesuatu?” tanya lawan bicaranya.
Gun Wook terdiam sesaat sebelum akhirnya menjawab “tidak..aku rasa cukup…”
“baiklah kalau begitu…oh ya aku ucapkan selamat atas keberhasilanmu..aku yakin kau pasti akan naik jabatan nanti…ingat aku ikut berkontribusi dalam keberhasilanmu..”
“kita lihat saja nanti…” jawab Gun Wook. Ia segera mengakhiri pembicaraan dan meletakkan ponselnya di atas mejanya.
Gun Wook bersandar pada kursinya, menatap layar komputer di hadapannya.
“ja..jangan men..mendekat..” Terngiang dalam benaknya kejadian di kapal dimana Yo Won duduk gemetar sambil memeluk kapak di tangannya. “jangan mendekat…aku baik-baik saja…”
Senyum tipis terbentuk di wajah Gun Wook. “ini akan semakin menarik…akan kubuat kau jatuh ke dalam genggamanku..”
- 06:35 PM Heritage Club, Seoul-
“PLAAK” sebuah koran terlempar ke atas meja.
Tuan Oh hanya bisa duduk dengan kepala tertunduk menatap headline koran itu. “Angkatan Laut Republik Korea Berhasil Menghentikan Transaksi Pasar Gelap..”
“kau bilang semuanya beres..” geram Gi Hoon yang berdiri memunggunginya.
“ma..maafkan saya…” gumam Tuan Oh gemetar.
Gi Hoon segera membalikkan badannya lalu menarik kerah kemeja Tuan Oh sehingga Tuan Oh pun terangkat dari kursinya. “KAU TAHU BERAPA BANYAK UANG YANG KUINVESTASIKAN UNTUK ITU?” bentak Gi Hoon.
“ma..maafkan sa..saya…” jawab Tuan Oh gemetar tanpa berani menatap wajah Gi Hoon.
Gi Hoon mendengus lalu mendorongnya hingga jatuh ke kursi di belakangnya.
“kau sudah temukan siapa biang dari semua ini?” ujar Gi Hoon.
“su…sudah Wakil Direktur..” jawab Tuan Oh.
“siapa..SIAPA DIA?” Bentak Gi Hoon.
“Lee Yo Won…Wakil Direktur Lee Yo Won…” jawab Tuan Oh.
Gi Hoon pun langsung menoleh “apa katamu?”
- May 9th 2009, 08:15 AM, Tae Wang Emporium Tower, Seoul-
“tok..tok..” terdengar suara pintu Ruang Direktur diketuk.
“masuk..” jawab Yo Won yang sedang memeriksa berkas yang dipegangnya.
Pintu Ruang Direktur pun terbuka, Shin Yuri melangkah masuk sambil tersenyum “selamat pagi Wakil Direktur..” sapanya sambil membungkukkan badan.
“ah selamat pagi juga Nona Yuri..” jawab Yo Won sambil tersenyum.
Yuri menyerahkan sebuah map berwarna merah kepada Yo Won. “ini hasil dari interogasi Manager Ju yang Wakil Direktur minta…dan surat pemberhentian kerja yang harus ditandatangani…”
“oh ya..terima kasih..” jawab Yo Won. Ia segera mengambil pena dan menandatangani surat itu.
“ehm…Wakil Direktur, nanti pukul 09:00 para anggota Dewan Direksi ingin bertemu dengan Wakil Direktur terkait dengan masalah penyelundupan dan pemecatan Manager Ju… apa Wakil Direktur ingin bertemu atau tidak?aku bisa memberitahukan kepada para Dewan Direksi kalau Wakil Direktur sedang membuat pernyataan untuk bersaksi nanti.. ”
“aku akan menemui mereka..” jawab Yo Won.
“eh?” Yuri agak kaget mendengarnya.
“ya..aku akan menemui mereka..aku ingin segera mengurai benang kusut ini…” jawab Yo Won.
“oh ya Nona Yuri…tolong nanti atur pertemuanku dengan Manager Divisi Personalia dan General Manager setelahnya…
aku ingin membicarakan masalah posisi manager yang kosong..”
“apa Wakil Direktur sudah mempunyai calon yang direkomendasikan?” tanya Yuri.
“sudah…” jawab Yo Won sambil menyerahkan surat itu kepada Yuri.
- May 9th 2009, 08:55 AM, Tae Wang Emporium Tower, Seoul-
“tap..tap..” Gun Wook berjalan keluar dari lift yang membawanya sampai ke lantai 58. Langkahnya terhenti begitu melihat para Dewan Direksi satu persatu masuk ke dalam ruang rapat.
“orang yang ada di belakang semua ini pasti salah satu diantara mereka..” pikir Gun Wook sebelum ia kembali berjalan.
- May 9th 2009, 09:20 AM, Tae Wang Emporium Tower, Seoul-
Pertemuan antara Yo Won dengan Dewan Direksi pun dimulai. Para anggota Dewan langsung menanyakan perihal penangkapan Manager Ju dan tentang penyelundupan yang terjadi. Dengan tenang Yo Won menjelaskan barang bukti yang ada dan sama sekali tidak membahas keterlibatannya di sana. Tuan Oh yang hadir di situ pun semakin kesal karena selain bukti-buktinya kuat, Yo Won berhasil membuat masalah ini tidak tercium media massa sehingga harga saham Tae Wang tetap stabil. Namun itu tidak membuatnya kehabisan akal.
“berarti bisa dibilang Direktur Lee telah lalai melaksanakan tugasnya sebagai Direktur…” komentar Tuan Oh.
Semua mata pun tertuju pada Tuan Oh.
“lho?benarkan?kejadian seperti ini tentu terjadi karena Direktur Lee tidak mengawasi jalannya perusahaan ini dengan baik…bisa jadi Direktur Lee tidak memeriksa laporan setiap bulannya…”
Mendengar hal itu, emosi Yo Won sedikit terusik. Tentu tidak ada anak yang tidak akan marah jika orangtuanya dihina seperti itu.
“tok..tok..” terdengar suara ketukan pintu dari luar.
“Nona Yuri tolong buka pintunya..” gumam Yo Won.
Yuri pun segera bangun dari kursinya dan membukakan pintu. “Shim Gun Wook-ssi?”
Gun Wook membungkukkan badannya. “apakah Wakil Direktur ada?polisi ingin bertemu dengannya sekarang…Manager Ju mendapatkan serangan jantung..ia ingin berbicara dengan Wakil Direktur..”
“baik akan segera kusampaikan..” jawab Yuri. Ia pun segera masuk ke dalam ruangan.
“siapa?” tanya Yo Won.
Yuri membungkukkan badannya di dekat bossnya. “Wakil Direktur, polisi ingin bertemu denganmu sekarang..Manager Ju mendapatkan serangan jantung dan ingin bertemu dengan Wakil Direktur..”
Yo Won pun terkejut mendengarnya “benarkah?”
Yuri mengangguk “mereka menunggu di bawah…”
Yo Won pun segera bangun dari duduknya. “maaf pertemuan kali ini terpaksa harus saya tunda…terima kasih atas kehadiran dan partisipasinya..selamat pagi…” ia segera mengambil tasnya dan berjalan keluar.
“hei..hei tunggu.. ada apa ini?” tanya Tuan Oh dan diikuti pertanyaan yang sama dari para anggota Dewan Direksi lainnya.
Yuri membungkukkan badannya kepada para anggota Dewan Direksi “mohon maaf Wakil Direktur harus pergi ke kantor polisi sekarang karena adanya hal yang penting…saya mewakili Wakil Direktur mengharapkan pengertian para anggota Dewan sekalian…”
Yo Won segera berjalan menuju lift dengan terburu-buru. “Manager Ju terkena serangan jantung dan ia ingin bicara dengan Wakil Direktur..”
“apa ia ingin memberitahukanku sesuatu ya?” pikir Yo Won yang sedang berada dalam lift.
“PING” Pintu lift terbuka.
Yo Won segera berjalan keluar dengan tergesa menuju lobby, tempat dimana mobil polisi sudah menantinya.
-09:40 AM, University of Seoul Hospital, Seoul-
Yo Won berjalan dengan tergesa-gesa mengikuti polisi yang berjalan di depannya. Mereka berjalan sampai akhirnya tiba di depan pintu ruangan ICU. Yo Won pun diminta mengenakan baju hijau dan masker sebelum masuk ke dalam. Setelah itu, Yo Won dipersilahkan masuk ke dalam oleh polisi.
Yo Won masuk ke dalam ruang ICU dan berjalan menuju kamar pertama yang ditemuinya sesuai dengan petunjuk dari polisi di depan ruangan. Ia pun membuka pintu dan berjalan masuk.
Ju Bae Ho terbaring lemah di atas tempat tidurnya dengan selang-selang dan kabel yang terhubung pada tubuhnya. Selang oksigen terhubung dengan hidungnya, selang infus terhubung dengan pergelangan tangan kanannya, dan kabel-kabel dengan ragam warna terpasang di dadanya.
“Manager Ju…” gumam Yo Won.
Perlahan mata Ju Bae Ho membuka, ia menatap Yo Won dengan tatapan kuyu. “Wakil Direktur Lee…” panggilnya dengan suara lirih.
Yo Won pun berjalan mendekat dan berdiri di samping tempat tidur Ju Bae Ho.
“te..terima kasih Wakil Direktur mau datang ke sini…” gumam Ju Bae Ho sambil berusaha untuk bangun dan duduk.
“jangan paksakan dirimu Manager Ju…istirahatlah..” ujar Yo Won dengan wajah khawatir.
“waktuku tidak banyak…orang yang mengincarku pasti akan berusaha membunuhku lagi…” gumam Ju Bae Ho.
Yo Won pun terkejut mendengarnya “ada orang yang mengincar?apa Manager Ju sudah melaporkannya pada polisi?”
Manager Ju menggeleng “percuma..oleh karena itu sebelum ajal menjemput, aku ingin meminta maaf kepada Wakil Direktur terutama kepada Direktur Lee karena sudah merusak kepercayaannya padaku…lalu..aargh…” Manager Ju memegang dada sebelah kirinya
“Manager Ju!” seru Yo Won seraya menahan tubuh Manager Ju dengan kedua tangannya.
“a..ada 1 informasi yang tidak kuberitahukan kepada polisi tapi harus kuberitahukan kepada Wakil Direktur sebelum aku mati…tapi sebelumnya Wakil Direktur harus berjanji untuk tidak memberitahukannya pada siapapun karena itu bisa membahayakan keluargaku…” gumam Manager Ju dengan nafas terengah-engah.
Yo Won mengangguk “aku berjanji…”
“se…sebenarnya pernah suatu kali ketika orang yang menyuruhku melakukan kejahatan ini menelpon aku mendengar bunyi yang tidak akan ditemukan di tempat lain…”
“bunyi yang tidak akan ditemukan di tempat lain?” tanya Yo Won.
Manager Ju mengangguk “bunyi jam musikal yang khas…yang pernah kudengar sekali sewaktu aku menunggu di lobby Heritage Club...”
Kedua alis Yo Won pun mengernyit “Heritage Club?”
Dengan nafas yang semakin tersenggal-senggal, Ju Bae Ho melanjutkan perkataannya “orang itu yang mengirimkan alat dan teknologi itu padaku…pastinya ia orang yang sangat kaya,sangat paham tentang perminyakan dan besar kemungkinan ia adalah member heritage… aaargh..”
Kali ini Ju Bae Ho tersungkur di tempat tidurnya sambil menahan dada kirinya.
“piiiiip…piiip…” terdengar bunyi nyaring dari mesin pemantau jantung yang ada di dekat tempat tidur.
“suster!!dokter!!” seru Yo Won panik.
“braak..” pintu pun terbuka. Dokter dan perawat diikuti beberapa polisi dan Gun Wook.
Dokter dan perawat segera memeriksa Ju Bae Ho yang sudah terkulai tidak bergerak. “segera siapkan CPR!!” seru dokter itu.
Perawat segera menarik peralatan CPR dan mengoleskan pada kedua alat CPR itu dan menyerahkannya pada dokter.
“200 joule..” perintah dokter itu, lalu ia menempelkan alat itu ke dada Ju Bae Ho sehingga badan Ju Bae Ho terangkat dari tempat tidurnya dan terjatuh kembali.
“piiiiiiiiiiip…” monitor pemantau jantung masih menunjukkan garis lurus.
Dokter itu pun tidak menyerah, ia mencoba berulang kali sampai akhirnya ia melakukannya tanpa alat dengan kedua tangannya sendiri. Namun monitor masih menunjukkan garis lurus.
“dr. Ahn..sudah 15 menit berlalu…” perawat yang berdiri di depannya mengingatkan.
Dokter Ahn Jong Geun itu pun berhenti melakukan CPR dan melirik jam tangannya “pasien Ju Bae Ho..meninggal pukul 10:11 pagi waktu setempat..” lalu perawat itu segera menutup wajah Ju Bae Ho dengan kain selimut.
Yo Won tanpa sadar berjalan mundur dan bersandar pada dinding di belakangnya “ya Tuhan...”
-11:30 AM, University of Seoul Hospital, Seoul-
“huhuhu…suamiku…” terdengar suara isak tangis dari dalam kamar jenazah tempat jenazah Ju Bae Ho berada. Gun Wook berdiri dalam diam bersandar pada dinding “apa yang dikatakan Ju Bae Ho tadi padanya?” pikirnya.
“blaam..” “tap..tap..” terdengar suara langkah kaki. Gun Wook pun menoleh. Lee Yo Won baru saja berjalan keluar ruangan . Dengan wajah nampak shock dan lelah, Yo Won berjalan.
Terngiang dalam benaknya perkataan polisi yang didengarnya tadi saat ia ditanyai mengenai perkataan terakhir Ju Bae Ho sebelum meninggal. “mengenai ancaman pembunuhan..tersangka tidak pernah melaporkan hal tersebut pada kami…ia hanya sempat mengeluh mengenai masalah pencernaan dan kami membawanya ke klinik yang ada di dalam penjara…lalu setelahnya ia tidak mengeluh apa-apalagi setelahnya …sampai akhirnya ia ditemukan tak sadarkan diri setelah sarapan tadi pagi…”
“kalau begitu siapa yang mengancam Manager Ju?” pikir Yo Won sambil terus berjalan tanpa sadar.
“bruuuk…” tanpa sadar ia menabrak seorang dokter yang baru saja berjalan dari koridor di sampingnya. Beberapa berkas yang dibawa dokter itu berjatuhan. Yo Won dan dokter itu segera berjongkok untuk mengambil kertas-kertas yang berserakan di lantai.
“ma..maafkan saya..” ujar Yo Won.
“ah…seharusnya saya yang minta maaf karena jalan tidak lihat-lihat…” jawab dr. Ahn.
Yo Won dan Ahn Jong Geun pun bersama-sama mengumpulkan kertas-kertas tersebut sampai akhirnya terkumpul semua.
“maafkan saya…” Yo Won membungkuk meminta maaf sambil menyerahkan kertas-kertas yang dikumpulkannya.
“terima kasih…” jawab dr. Ahn begitu menerima kertas dari Yo Won. Ia terkejut begitu melihat siapa yang dilihatnya, namun ia menyembunyikan keterkejutannya itu bahkan ia menjadi agak khawatir karena wajah Yo Won agak pucat.
“wajahmu pucat Nona…” ujar dr. Ahn.
“mungkin saya kelelahan…terima kasih sudah memberitahu..saya permisi dulu dokter..” jawab Yo Won. Ia menundukkan kepalanya lalu berjalan kembali. dr. Ahn refleks menarik tangan Yo Won dan memeriksanya.
Yo Won pun terkejut dan menoleh “eh..”
dr. Ahn memeriksa telapak tangan Yo Won “telapak tangan Nona sudah memutih..ini adalah gejala anemia ringan…tidak boleh dibiarkan kalau tidak Nona bisa pingsan..”
“ada apa ini?” tiba-tiba Gun Wook datang menghampiri mereka. Melihat wajah Yo Won yang pucat, Gun Wook pun khawatir “Wakil Direktur baik-baik saja?wajahmu terlihat pucat…”
Yo Won segera menarik tangannya dari genggaman dr. Ahn. “tidak ada apa-apa…dokter ini hanya memeriksaku…”
Gun Wook menatap dr. Ahn dengan tatapan penuh selidik sebelum ia kembali fokus pada Yo Won. dr. Ahn pun juga membalas tatapan Gun Wook.
“supir Wakil Direktur sedang terjebak kemacetan jadi akan terlambat menjemput Wakil Direktur…jadi izinkan saya yang mengantar Wakil Direktur kembali ke kantor..” ujar Gun Wook.
Yo Won mengangguk “terima kasih Gun Wook-ssi…”
Dr. Ahn merogoh saku jas putihnya lalu mengeluarkan sebungkus kecil obat yang terdiri dua kapsul merah kemudian menyisipkan di tangan Yo Won. Yo Won nampak bingung menatap obat itu.
“nona..harus meminum itu segera…” ujar dr. Ahn.
Yo Won pun tersenyum mengangguk “terima kasih dokter…”
“silahkan lewat sini Wakil Direktur..” kata Gun Wook seraya menunjukkan jalan.
Yo Won pun membungkukkan badannya pada dr. Ahn sebagai tanda undur diri dan berjalan mengikuti Gun Wook.
Sementara dr. Ahn menatap Yo Won dari belakang. “Lee Yo Won..” gumamnya.
“brrmm…” mobil SUV Infiniti FX hitam melaju keluar dari lobby Rumah Sakit. Sambil mengemudi, Gun Wook melirik kaca spionnya. Terpantul sosok Yo Won yang sedang menyandarkan kepalanya di jendela seakan-akan sedang memikirkan sesuatu.
“apa yang sedang dipikirkannya?” pikir Gun Wook.
-12:05 PM, Tae Wang Emporium Tower, Seoul-
“PING!” lift lantai 60 terbuka, Yo Won berjalan sendirian keluar dari lift.
“blaam..” Yuri menutup pintu Ruang Direktur dan berjalan. Ia pun segera membungkukkan badannya melihat siapa yang datang “selamat datang kembali Wakil Direktur…”
Yo Won membalasnya dengan senyum “apakah ada masalah dengan para Dewan Direksi tadi?apakah mereka marah padamu?”
Yuri menggelengkan kepala “tidak ada masalah Wakil Direktur..mereka yah cuma terlihat agak kesal dan bingung saat keluar dari ruangan tadi…tapi Wakil Direktur wajahmu terlihat pucat…”
Yo Won mengangguk “ya..aku agak sedikit lelah…aku ingin beristirahat sebentar di dalam ruanganku…”
“ya Wakil Direktur beristirahat saja…saya yang akan antarkan bibimbap kesukaan Wakil Direktur…” ujar Yuri.
“terima kasih Nona Yuri..” Yo Won tersenyum mengangguk lalu berjalan ke dalam ruangannya. Ia duduk bersandar di kursinya.
“nona..harus meminum itu segera..” terngiang dalam benaknya perkataan dokter yang ditemuinya tadi. Ia pun membuka tasnya dan mengeluarkan bungkus obat tadi.
Ia membuka bungkusnya dan mengambil satu pil merah itu, memakannya, lalu meminum segelas air putih yang tersedia di mejanya. Ia pun duduk menyandarkan diri pada kursinya. “apa yang harus kulakukan setelah ini?” gumamnya.
-12:12 PM, Tae Wang Emporium Tower, Seoul-
“pip…pip..” Gun Wook mengunci mobilnya dengan remote di tangannya lalu berjalan di antara mobil-mobil yang terparkir di basement.
“drrt..drrt…”ponsel di saku jas Gun Wook bergetar. Gun Wook berhenti berjalan dan segera mengambilnya, melihat nomor yang terpampang di layar. Ia pun menekan ikon bergambar telepon berwarna hijau dan menerima telepon itu.
“hei..aku sudah meminta temanku memeriksa file kesaksian yang baru..namun isinya sama semua samap seperti keterangan yang Ju Bae Ho berikan hari Minggu kemarin…” kata lawan bicaranya itu.
“apa?kau sudah memintanya memeriksa ulang?” tanya Gun Wook.
“sudah…dan hasilnya sama…” jawab lawan bicaranya.
Gun Wook menghela napas panjang “baiklah kalau begitu…lanjutkan penyelidikan yang kemarin…”
Ia pun mengakhiri pembicaraannya di telepon lalu memasukkan kembali ke dalam saku jasnya dan kembali berjalan
“apakah benar Ju Bae Ho hanya mengulang kesaksiannya di hadapan Yo Won?” pikirnya.
akhir'a ngepost jg.. Ayo posting lg donk,, mumpung hari minggu...
BalasHapus1 chapter aja...
Chapter yang ini kurang menarik,, aku harap chapter 10 nya bakal buat jantung berdebar kyak chapter 8... hehehe
BalasHapus