Pages


Senin, 07 Maret 2011

Our Future Still Continue Chapter 82: Because I Want To Have Her




Benteng Hwangsanbeol, Baekje.
“itu dia penyusupnya..bunuh dia!!” seru prajurit-prajurit yang berjaga depan pintu. Bi Dam sudah bersiap dengan pedang di tangan kanannya “majulah kalian semua..”  “bunuh dia!!” segerombolan prajurit berlari dengan senjata mereka masing-masing. Dari pedang, tombak, golok panjang, hingga kapak. “hup..” Bi Dam menjejakkan kakinya di dinding. Menebas lima orang sekaligus. “heaa!!” dua prajurit berbadan besar menyerangnya dengan golok panjang. Bi Dam melompat ke belakang menghindar, lalu berlari dengan cepat menjejakan kakinya pada gagang golok panjang itu dan menebas kedua prajurit itu. Masih tersisa sepuluh orang lagi sebelum ia bisa mencapi pintu. “majulah kalian semua!!” seru Bi Dam.

Luar Benteng Hwangsanbeol, Baekje.
“UOONG!!” suara terompet dari tanduk kerbau bergaung dimana. Bersamaan dengan itu,  puluhan ribu pasukan Baekje membentuk formasi baru. Membentuk mata panah raksasa. “HANCURKAN PASUKAN SHILLA!!DEMI KEJAYAAN BAEKJE!!” seru Gyebaek.

Pasukan Shilla pun sempat terdiam sesaat melihat formasi pasukan Baekje.Formasi tersebut membuat jumlah pasukan Baekje tampak lebih banyak berkali-kali lipat dibandingkan saat tadi. “apakah jumlah pasukan mereka bertambah?” tanya beberapa prajurit yang tercengang. Yushin bisa melihat bahwa mental pasukannya mulai jatuh. “Jenderal Baek Ui, pindahkan pasukan pelontar ke baris tengah..kita akan memecah formasi mereka!!”  Kemudian Yushin memacu kudanya melintasi barisan depan Shilla sambil berseru “SHILLA TAK AKAN MENYERAH!! KITA AKAN MEMECAH FORMASI MEREKA!!DEMI KEBESARAN SHILLA!!KITA SERANG MEREKA!!”   Ia mengacungkan pedangnya ke depan.  “heaa!!!” Prajurit  garis depan Shilla mengangkat tombak dan perisai mereka dan berlari memulai penyerangan. Perang yang sebenarnya baru saja dimulai.

“TRAANG!!TRAANG!!” pasukan garis depan kedua pasukan saling adu kekuatan. “heaa!!” Jenderal Yul bersama pasukan garis depan yang dipimpinnya berusaha sebisa mungkin  mendesak pasukan garis depan Baekje mundur . Secara bergantian dengan pasukan bertombak bekerja sama dengan pasukan crossbow. Kesabaran dan kerjasama yang solid ditunjukkan oleh pasukan yang dipimpin Jenderal Shin dan Yul Jumlah pasukan yang tidak sebanding, membuat Yushin harus mencari cara lain selain mengepung Baekje dengan formasi lingkaran. Berusaha sebisa mungkin menghancurkan “mata panah” raksasa itu. “PASUKAN PELONTAR ARAHKAN KE BARISAN TENGAH BAEKJE!!TEMBAK!!” seru Yushin. “Jenderal Baek Ui!Jenderal Yesung!” panggil Yushin. “ya Panglima!” jawab mereka berdua. “kalian bantu garis depan!bawa pasukan dan serang garis depan mereka dari samping!kita akan menumpulkan mata panah mereka!” “siap Panglima!” jawab Yesung dan Baek Ui serempak. Mereka berdua bersama pasukan masing-masing berpencar ke sisi barat dan timur untuk melaksanakan strategi Yushin. Yushin kemudian menoleh kepada barisan pasukan pelontar. “kalian serang garis tengah pasukan Baekje terus menerus dan jangan berhenti sampai sampai ada komando dariku!!”  seru Yushin.  “siap Panglima!!” jawab mereka serempak. Kemudian Yushin memacu kudanya secepat mungkin menuju garis tengah. “aku harus memancing pemimpin perangnya turun ke depan..” pikir Yushin.

“awaas!!” Pasukan garis tengah Baekje berlarian menghindari bola-bola api yang berjatuhan dari langit. Gyebaek dan dua jenderalnya juga harus ikut menghindar. “rupanya Yushin berusaha mengacaukan formasi ini..kau akan menyesal Yushin melakukan itu secepat ini..” pikir Gyebaek. “Jenderal apakah sebaiknya kita tidak menyerang pasukan pelontar mereka langsung..” tanya Jenderal Tae Hyun. Gyebaek mengangkat telapak tangannya “justru itulah yang mereka mau…kita terpecah…kita bisa bernasib sama seperti Jenderal Seong Bin…” “Jenderal Hodong, siapkan anak panah terbaikmu!” seru Gyebaek. “siap Jenderal!” jawab Jenderal Hodong.  “PASUKAN PEMANAH!!”  seru Jenderal Hodong. Ribuan pasukan pemanah dari baris belakang bergerak maju ke depan. “SIAPKAN POSISI!!SASARANNYA ADALAH PELONTAR-PELONTAR ITU!” seru Jenderal Hodong. Ribuan prajurit itu duduk di tanah berpasangan kemudian menahan gagang panah dengan telapak kaki mereka dan menarik 3 panah api  sekaligus yang disediakan rekan mereka masing-masing  dengan kedua tangan mereka.  Jenderal Tae Hyun nampak ragu dengan strategi Gyebaek “tapi Jenderal apakah anak panah ini mampu mencapai dan merusak..” “lihatlah sendiri..” sela Gyebaek.  Jenderal Hodong pun tersenyum sinis mendengar keraguan Tae Hyun “TEMBAK!!” Ribuan anak panah api melewati  garis depan pasukan Shilla dan menghancurkan hampir semua  pelontar milik Pasukan Shilla dan membunuh para pasukannya. Gyebaek nampak puas melihat hasilnya dari teropongnya lalu menyerahkan teropong itu pada Tae Hyun untuk melihatnya sendiri. Jenderal Tae Hyun segera melihatnya dan nampak tercengang. “bagaimana bisa?anak panah biasa tak akan mampu mencapai jarak sedemikian rupa…”  gumam Tae Hyun. “perak..anak panah yang pasukanku gunakan terbuat dari perak..”sahut Jenderal Hodong sambil menyerahkan sebuah anak panah pada Jenderal Tae Hyun.  Sebuah anak panah pipih berwarna keperakan “ini dari perak?” tanya Jenderal Tae Hyun. “lebih ringan dibandingkan dengan anak panah yang dibuat dari baja..lebih mudah dibentuk sehingga tingkat akurasinya lebih tinggi dan bisa melawan arus angin dibandingkan baja atau besi….serta lebih tajam…namun pembuatannya lebih memakan biaya dibandingkan anak panah baja…sampai akhirnya Panglima Daemusin meminta beberapa bangsawan pendukungnya merelakan tambang perak milik mereka untuk membuat anak panah ini dibandingkan untuk perhiasan..” jawab Jenderal Hodong. “luar biasa…bagaimana kau bisa..” gumam Jenderal Tae Hyun. “wajahku memang rusak Tae Hyun..tapi tidak dengan otakku..” sahut  Jenderal Hodong. Gyebaek tahu bahwa sejak wajahnya menjadi rusak akibat perang melawan Shilla waktu itu, Hodong menjadi sangat sensitive dan emosional  terhadap apapun dan semakin terobsesi akan kata kemenangan. Dan anak panah ini adalah salah satu hasil obsesinya. Oleh karena itu ia harus mencegah agar emosi Hodong tidak meluap. “Jenderal Hodong perintahkan komandan pasukanmu untuk membantu garis depa merusak garis depan pasukan Shilla…begitu juga denganmu Jenderal Tae Hyun…” perintah Gyebaek. “baik!!” jawab mereka serempak.

“Panglima, semua pelontar yang kita miliki sudah hancur tak bersisa..” salah satu prajurit melapor pada Yushin yang baru saja selesai membunuh 5 orang prajurit yang menyerangnya serempak. Yushin berusaha menutupi keterkejutannya “ baiklah kembali ke barisanmu!dan katakan pada” ujarnya. Prajurit itu mengangguk dan segera berlari menuju barisannnya di belakang. “di saat seperti ini mengandalkan pasukan pemanah akan sulit….” “haiik!!” Yushin menebas prajurit Baekje di  depannya. “apapun yang terjadi, kami harus bertahan!!tidak ada yang mustahil!Heaa!!”  seru Yushin sambil menyerang pasukan Baekje di hadapannya.

  “braak..”  “aarrgh…” Bi Dam melompat keluar bersamaan dengan 3 orang prajurit yang dibuatnya terpental keluar dari pintu.   Bi Dam menjejakkan kakinya ke bawah dengan posisi berlutut. Ia menoleh ke samping, 3 baris pasukan bertombak dan berpedang sudah menantinya, dan diujung jauh di belakang pasukan dilihatnya seseorang laki-laki berpakaian baju zirah emas.  “itukah Daemusin?” geramnya.

Benteng Hwangsanbeol, Baekje.
“hmmph!!hmmpph!!” mata Deok Man menatap tajam pada Daemusin yang berdiri di hadapannya. Mulutnya disumpal kain sehingga ia tak bisa berkata apa-apa, sedangkan keringat dingin dan air mata mengalir membasahi wajahnya. Panik karena melihat pakaiannya yang dikenakannya sudah terkoyak-koyak. Deok Man berusaha meronta namun apa daya, dirinya tergantung dengan kedua tangan diikat dengan tambang ke atas begitu juga dengan kedua kakinya. Berdua saja dengan Daemusin dalam ruangan yang pengap dan sedikit cahaya itu. Ia  tak bisa berbuat apa-apa selain menatap tajam Daemusin dan berharap dalam hatinya bahwa hal buruk yang terlintas dalam pikirannya tidak terjadi padanya. “ia boleh menyiksaku habis-habisan tapi jangan sampai itu yang terjadi…” pikirnya  Namun Daemusin hanya tersenyum licik penuh kepuasan. Membuat hati Deok Man mencelos. 

“DAEMUSIN KELUAR KAU!!AKU TAHU KAU MENYEKAP DEOKMAN  DI  SINI!!” terdengar seruan Bi Dam dari luar. Deok Man terdiam sebentar. “itu suara Bi Dam..” pikirnya. Sementara itu senyum Daemusin semakin melebar begitu mendengar teriakan yang terdengar dari luar itu. “hmmph!!hmmph!!” Deok Man semakin berusaha meronta. “sepertinya Bi Dam akan menjadi orang pertama yang kuberitahu bahwa kau dan 3 han ini sudah menjadi milikku..” gumam Daemusin sambil membalikkan padanya dan berjalan meninggalkan Deok Man. “hmmph!!” jerit Deok Man.  Seorang prajurit memukulnya dari belakang hingga Deok Man tak sadarkan diri.

Luar Benteng Hwangsanbeol
“haiik!!” Yushin menebaskan pedangnya. 3 orang prajurit bertombak di hadapannya ditebasnya tepat pada perut mereka. Rupanya beberapa  pasukan Baekje berhasil memasukki barisan tengah pasukan Shilla. “RAPATKAN PERTAHANAN GARIS DEPAN!!” seru Yushin meneriakkan komando.  Akan tetapi tak ada teriakan komando dari Jenderal  Yul, pemimpin barisan depan. “RAPATKAN PERTAHANAN GARIS DEPAN!!” seru Yushin lagi. Namun lagi-lagi tidak ada balasan. Tak lama kemudian muncul seorang prajurit yang berlari tergopoh-gopoh melewati teman-temannya yang sedang bertempur dan membei hormat pada Yushin. “kenapa Jenderal Yul tidak melaksanakan komandoku?” tanya Yushin. “Jenderal Yul tewas terbunuh Panglima…” jawab prajurit itu.

“heaa!!BALAS DENDAM BAEKJE SUDAH DILAKSANAKAN” Jenderal Tae Hyun berseru dari atas kudanya sambil mengacungkan kepala Jenderal Yul yang dipenggalnya dengan golok panjangnya. “PASUKAN BAEKJE HANCURKAN SHILLA!!” serunya pada pasukannya.  Ribuan pasukan Baekje berbondong-bondong mengacungkan tombak dan pedangnya menyerang barisan depan Pasukan Shilla yang baru saja kehilangan pemimpin barisan mereka.
“Jenderal, barisan depan Pasukan Shilla berhasil ditembus..Jenderal Tae Hyun berhasil membunuh salah satu jenderal Shilla..” salah seorang prajurit melapor pada Gyebaek. Gyebaek tersenyum puas mendengarnya “keluarkan senjata rahasia kita..aku ingin pasukan Shilla terpecah belah..” jawabnya.  Prajurit yang berdiri di samping berbeda segera menabuh gendering mereka mengibaskan bendera berwarna merah dan hitam. “bum..” pintu gerbang Benteng Hwangsanbeol terbuka.

Benteng Hwangsanbeol, Baekje
“itukah Daemusin?” pikir Bi Dam. “heaa..” 5 orang pasukan bertombak mengepung dan menyerang dirinya bersamaan. Bi Dam melompat lalu menginjak mata tombak itu.  Lalu dengan satu gerakan berputar, ia menebas semuanya. Tinggal  1 barisan pasukan yang tersisa di hadapannya.
“akan kuuji apakah rumor itu benar atau tidak..bahwa kau membunuh puluhan prajurit demi Ratu…apakah kau benar-benar lawan yang standing denganku..” pikir Daemusin sambil menatap barisan pasukannya yang sedang diporak-porandakkan Bi Dam. “aku ingin melihat seberapa cepat kau menghindari ini..” Daemusin tersenyum kecil. “siapkan!!pasukan crossbow!!” perintahnya. “siap Panglima!” jawab prajurit yang berdiri di sampingnya.

Luar Benteng Hwangsanbeol
Pintu gerbang benteng terbuka. Ratusan kereta perang berkuda keluar dari dalam benteng. Dengan kedua rodanya yang dilengkapi dengan sebuah duri besi panjang di masing-masing tengah rodanya, kereta ini melaju dengan dua prajurit di atasnya. Kereta-kereta tersebut berbaris di depan Gyebaek.  “HANCURKAN BARISAN TENGAH PASUKAN SHILLA!!PORAK PORANDAKKAN MEREKA!!” seru Gyebaek.
Melihat pergerakan musuh, Baek Ui segera memacu kudanya cepat-cepat. Ia menghentikan kudanya tepat di hadapan Yushin dan memberi hormat padanya. “Panglima kita harus menarik mundur pasukan!!Baekje menggunakan kereta kuda Wa!”  Yushin terdiam sesaat sebelum akhirnya membuat komando “TARIK MUNDUR PASUKAN SAMPAI KE BELAKANG HUTAN!!”

Ratusan kereta kuda melaju cepat mengejar para pasukan Shilla yang berlari mundur menuju hutan. Kecepatan lari manusia belum sanggup mengalahkan laju kuda. Barisan depan pasukan Shilla satu persatu prajuritnya dilibas oleh kereta kuda tersebut.  Barisan yang berhasil masuk ke dalam hutan, berhasil selamat dari kejaran kereta kuda itu. “berapa pasukan kita yang tersisa sekarang?” tanya Yushin pada ketiga Jenderalnya yang tersisa. “mungkin tinggal separuhnya Panglima..” jawab Jenderal  Shin sambil menghapus darah yang mengalir dari pelipisnya. “kita tak bisa mundur lebih jauh lagi Panglima…bisa-bisa Baekje merebut Benteng kita dan kota terdekat..” ujar Jenderal Yesung yang wajahnya sekarang penuh dengan debu dan peluh serta sedikit cipratan darah. Yushin mengangguk mendengarkan pendapat jenderalnya. “Jenderal Shin!siapkan pasukan bertombak dan pemanah di garis depan!!”  perintah Yushin. “siap Panglima!” jawab Jenderal Shin sambil memberi hormat. Yushin menoleh pada Jenderal Yesun g “Jenderal  Yesung segera bawa prajurit yang terluka untuk diobati dan usahakan yang terluka ringan sebisa mungkin ikut berperang!”  “siap Panglima!”jawab Jenderal Yesung “Jenderal Baek Ui perkuat barisan tengah!” “siap Panglima!” jawab Jenderal Yesung.”aku akan mencari cara agar Benteng kita tidak direbut!DEMI KEJAYAAN SHILLA!!” seru Yushin sambil mengangkat pedangnya ke atas.”DEMI KEJAYAAN SHILLA!” ketiga Jenderalnya juga ikut mengangkat pedangnya.

Benteng Hwangsanbeol, Baekje
“tap..tap..” 2 baris pasukan crossbow berbaris sejajar . Mereka berlutut dan mengisi crossbow mereka dengan anak panah  lalu membidik Bi Dam yang sedang berhadapan dengan pasukan bertombak Baekje. “heaa..” Bi Dam menghindari mata tombak yang menuju ke arahnya kemudian menarik gagangnya dan menusuk pemegang tombak itu. Melihat barisan pasukan crosswbow yang membidiknya, Bi Dam segera menarik prajurit yang baru saja ditusuknya untuk dijadikan pelindungnya. “tembak!!” seru Daemusin. Panah-panah crossbow melesat lurus menuju Bi Dam. “shuut!shuut!jleb!jleb!” lima panah bersarang pada tubuh prajurit yang dijadikan pelindung oleh Bi Dam. “ugh..” erang Bi Dam, rupanya satu panah berhasil melukai lengan kiri Bi Dam yang tidak terlindungi. Daemusin nampak tersenyum puas melihatnya “rupanya itu hanya rumor belaka saja..” Bi Dam mencabut panah yang bersarang di lengan kirinya kemudian ia segera berlari cepat menuju barisan pasukan crosswbow yang sibuk mengisi panah senjata mereka. Bi Dam merampas pedang dari salah satu prajurit dan dengan kedua pedang di tangannya, dalam sekejap ia memporak-porandakan barisan pasukan tersebut . “plok..plok..” Daemusin memberikan tepuk tangan. Bi Dam membuang pedang di tangan kirinya lalu mengambil kuda-kuda khas dirinya. “dimana Deok Man?!” geramnya.

Daemusin hanya diam di tempat dan tersenyum kecil “kudengar kau sempat tertipu dengan mayat istrimu di dekat Taejon?”  ujarnya sambil tersenyum mengejek.  “aku tak peduli dengan apa alasanmu dan apapun perkataanmu!! dimana Deok Man?!!” geram Bi Dam. “hmm..bagaimana kalau kujawab istrimu sudah menjadi mayat, apa yang akan kau lakukan?” tanya Daemusin. “KAU!!”  seru Bi Dam. Emosi dan amarah sudah mencapai puncak.  “clang!!” terdengar suara pintu besi di belakang dibuka.  Shin Ae berjalan keluar diikuti dua orang prajurit yang memapah seorang wanita yang kepalanya ditutupi kain hitam serta diikat kedua tangan dan kakinya. Kedua prajurit itu menaruh wanita itu di atas kursi kemudian mengikatnya pada kursi itu. “DEOK MAN!!DEOK MAN!!” seru Bi Dam.

Namun wanita itu hanya diam terkulai lemas duduk di kursinya. Bi Dam menatap Daemusin dengan tatapan penuh kebencian dan amarah. “APA YANG TELAH KALIAN LAKUKAN PADANYA?!!!” bentaknya. Daemusin berjalan menuruni tangga “aku tak ingin ia mengganggu jalannya pertarungan ini…” ia menghunuskan pedang di pinggangnya.  Bi Dam menggenggam pedangnya erat-erat di depan dadanya. “aku sudah mengambilnya darimu dengan susah payah jadi begitu juga dengan dirimu..”  Daemusin memegang pedang dengan kedua tangannya di samping  wajahnya dan mengarahkan mata pedangnya ke depan.  “MAJU KAU DAEMUSIN!!” seru Bi Dam sambil berlari menuju Daemusin.

Luar Benteng Hwangsanbeol
Kereta-kereta perang Baekje terhenti di depan hutan. Mereka tak bisa mengejar pasukan Shilla yang sudah masuk ke dalam hutan. “siapkan pasukan pemanah!!bakar hutan ini!! “ seru Jenderal  Tae Hyun.”jangan!!” sahut Gyebaek. “jika kita membakar hutan ini, justru akan memudahkan kesempatan mereka untuk kabur dan akan menyulitkan kita mengejar mereka..”  “Jenderal  Yul Gang!” seru Gyebaek. Jenderal Yul Gang turun dari kudanya dan memberi hormat “siap Jenderal!” “aku berikan kau kesempatan sekali lagi untuk menghancurkan pasukan Shilla yang ada di dalam hutan ini..kalahkan mereka!!”  perintah Gyebaek. “siap Jenderal!!” jawab Jenderal Yul Gang. Ia segera menaiki kudanya dan memacunya menuju barisan depan. “PASUKAN BERTOMBAK DAN BERPEDANG BARIS DEPAN SIAPKAN PERISAI KALIAN!!KITA HANCURKAN HUTAN INI!! BENTUK KELOMPOK FORMASI  4  ARAH!!”

Pasukan berpedang dan bertombak yang dipimpin Jenderal Yul Gang memecah barisan mereka membentuk kelompok-kelompok segiempat kecil  yang terdiri dari 8 orang pasukan pedang yang membentuk segiempat dan 4 orang pasukan tombak yang berada di dalam ruang segiempat itu.  Kemudian kelompok-kelompok pasukan itu masuk ke dalam hutan dipimpin Jenderal Yul Gang.

Benteng Hwangsanbeol, Baekje
“TRANG!!TRANG!!”  Bi Dam dan Daemusin beradu teknik beladiri mereka masing-masing. Tak hanya teknik berpedang namun juga seni beladiri lainnya. Pedang Daemusin yang  memiliki ukuran yang lebih panjang daripada pedang umumnya, membuat Bi Dam harus berhati-hati dalam menjaga jarak  dengannya. “TRAANG!” Bi Dam menghindar ke samping agar pedang Daemusin tidak menyayat pipinya.  Lalu ia mengeluarkan tinju kirinya  namun Daemusin berhasil menghindar dan menarik tangan kiri Bi Dam sehingga posisinya berbalik.  Daemusin membalikkan mata pedangnya tepat menuju leher Bi Dam namun Bi Dam berhasil melepaskan diri dengan menyikut wajah Daemusin.  “sraaat…” Daemusin menahan laju kakinya yang terdorong ke belakang lalu menghapus darah yang mengalir dari pipinya. “heaa!!”  Daemusin maju ke depan dan mengayunkan pedangnya kencang-kencang. Melakukan serangan horizontal dari sisi kanan Bi Dam. “huph!!” Bi Dam melompat ke atas, mengangkat lututnya setinggi mungkin. “haiik!!” Bi Dam mengayunkan pedangnya kencang-kencang mengincar bahu kiri Daemusin.   “TRAANG!!” Daemusin berhasil menahannya. “rupanya kau terus mengamati seranganku ya?” ujar Daemusin. Daemusin mementalkan pedang Bi Dam. “rasakan ini!!” ia  melakukan tendangan samping  untuk menendang punggung pedangnya. Mengarahkan sisi tajam pedangnya pada Bi Dam. Bi Dam berhasil melindungi dada dan perutnya dengan pedangnya. “GABRUK!!” Bi Dam terhempas menabrak tembok di belakangnya. “SAATNYA KITA SERIUS BIDAM!!” seru Daemusin sambil menyeringai puas.

“kau sudah menjadi milikku Tuan Putri..“ Deok Man melihat Daemusin menyeringai kepadanya. “ugh..dimana aku?kenapa semuanya gelap?” pikir Deok Man yang baru saja sadar. Ia bisa merasakan kedua tangan dan kakinya terikat serta mulutnya yang ditutup dengan kain sehinnga ia tak bisa berteriak. Deok Man pun berusaha menggerakkan kepalanya agar kain hitam yang menutupi kepalanya terjatuh. “GABRUK!!” ia mendengar suara benturan keras.  “suara apa itu?” pikirnya. “SAATNYA KITA SERIUS BIDAM!!” terdengar suara seruan Daemusin. “Bi Dam?!!Bi Dam sudah ada di sinikah?!” pikirnya. “hhmph!!hmmph!” Deok Man berusaha meronta-ronta dengan segenap tenaganya. “Bi Dam!!” pikirnya.

Luar Benteng Hwangsanbeol
“sraak..sraak..” kelompok-kelompok pasukan Baekje berjalan dalam hutan. Mereka waspada dan melangkahkan kakinya dengan hati-hati. Takut terkena jebakan seperti kejadian yang sebelumnya. Jenderal Yul Gang melihat ke kanan kirinya. Mewaspadai setiap pergerakan yang ada. “jumlah pasukan mereka sudah sangat berkurang.. mereka pasti akan memanfaatkan itu serangan diam-diam untuk membunuh kami..” pikirnya. 

“Jenderal mereka sudah masuk ke tengah…” salahsatu prajurit melapor pada Jenderal Shin.  “kalian sudah siap?” bisik Jenderal Shin pada pasukan di belakangnya. “siap Jenderal ..” jawab mereka. “kalau begitu pada hitungan ketiga..kalian bergerak..” mereka mengangguk. “satu..dua..tiga..”  “UOONG!!” prajurit di sebelah Yul meniupkan terompet. Muncul titik-titik api menyala serta suara-suara gaduh dari sekeliling hutan yang membuat pasukan Baekje kebingungan dan mengendurkan formasi mereka. “SERANG MEREKA!!” seru Jenderal  Shin. Anak panah melesat dari sekeliling penjuru hutan dan bersamaan dengan itu pasukan berpedang Shilla menyerang pasukan Baekje.

“suara gaduh apa itu?” tanya Jenderal Tae Hyun. “sepertinya mereka melakukan serangan dadakan..” sahut Jenderal Hodong. Wajah Gyebaek sama sekali tidak menunjukkan keterkejutan “sepertinya Jenderal Yul Gang memilih segera masuk ke tengah hutan daripada memeriksa sekelilingnya terlebih dahulu…ketergesaan tak akan membawa kemenangan…serangan dadakan seperti ini adalah serangan khas Shilla saat mereka sudah terjepit dilihat dari situasinya mereka melakukan ini agar mereka bisa mengobati yang luka…sekarang giliran kita menyerang, siapkan seluruh pasukan!!” ujarnya. “siap Jenderal!!”  jawab Jenderal Tae Hyun dan Jenderal Hodong. “Panglima Yushin…kurasa ini akan menjadi akhir dari kejayaanmu..” gumam Gyebaek.
“habisi mereka!!” seru Jenderal  Shin.  Para tentara Baekje kewalahan mengantisipasi serangan dadakan seperti ini.Mereka ingin bergerak namun mereka takut bahwa siapa tahu ada jebakan di sekeliling mereka sama seperti serangan sebelumnya ke hutan ini.  “BERTAHAN DALAM FORMASI!!” seru Jenderal Yul Gang sambil menghindari panah-panah yang mengincar nyawanya.  “HYAAAA!!” terdengar seruan dari depan hutan. Jenderal Yul Gang menoleh ke belakang dan tersenyum “BANTUAN DATANG!!” serunya.

Seorang prajurit  Shilla berlari menerobos keluar hutan kemudian menghadap Yushin yang sedang membebat lengannya yang terluka.“lapor Panglima, Jenderal Shin berhasil menjebak sekelompok pasukan Baekje di tengah hutan…” “kelompok?” tanya Yushin. “ya..Baekje memecah pasukan bertombak dan berpedang mereka menjadi kelompok kecil…” jawab prajurit itu. “siapa yang memimpin pasukannya?” tanya Yushin. “jenderal yang terjebak pada jebakan sungai tadi..ya jenderal yang sama..” jawab prajurit itu. Mendengar itu Yushin segera memberi perintah “minta Jenderal Shin dan pasukannya untuk mundur sekarang!!” ujarnya. “sekarang?tapi..” prajurit itu nampak kebingungan.  “SEKARANG!!” seru Yushin. “ba..baik Panglima..” jawab prajurit itu, ia segera berlari masuk ke dalam hutan.  “ada apa sebenarnya Panglima?” tanya Baek Ui yang nampak bingung dengan reaksi Yushin. “jika benar yang memimpin perang ini adalah Gyebaek, ia  tidak akan melakukan cara yang sama jika memberikan kegagalan…kali ini ia mengirim jenderal yang sama untuk memimpin pasukannya padahal jenderal itu telah gagal sebelumnya…” “berarti  serangan ke hutan tadi..” ujar Jenderal Yesung. “ya itu adalah caranya untuk memancing kita..ia ingin tahu strategi kita di hutan..dan begitu mengetahui bahwa kita tidak di sana, ia akan segera menyerbu hutan dengan segenap pasukannya…kalian bersiaplah..” “baik Panglima!!” jawab Jenderal Yesung dan Baek Ui serempak.

Benteng Hwangsanbeol, Baekje
“hmmph!!hmmph!!”  Deok Man berusaha meronta-ronta dari kursinya. Shin Ae yang melihatnya hanya mendiamkannya dan kembali memperhatikan jalannya duel Daemusin dengan Bi Dam. “hah..hah..” Bi Dam menghapus darah dari pelipisnya yang terluka, ia memasang kuda-kudanya kembali. “bagunlah!aku tidak mau cepat-cepat memperoleh kemenanganku..” ujar Daemusin. Mata Bi Dam tertuju pada Deok Man yang meronta-ronta dari kursinya. “DEOK MAN!!DEOK MAN!!” seru Bi Dam. Daemusin pun menoleh ke arah mata Bi Dam tertuju lalu kembali menatap Bi Dam “percuma saja kau memanggilnya..aku sudah menutup mulutnya dengan kain..jadi ia tak bisa berteriak atau bergumam sekalipun..” Emosi Bi Dam kembali meninggi  “KEPARAT KAU DAEMUSIN!!” seru Bi Dam sambil berlari menyerang Daemusin. “kau belum tahu apa yang kulakukan padanya sebelum ini…” pikir Daemusin sambil menyeringai. “TRANG!!”  Daemusin menahan serangan Bi Dam. “kau ingin tahu kenapa aku menculik Tuan Putri?ada 3 alasan..” ujar Daemusin. “sraak..” Bi Dam berusaha menjatuhkan Daemusin dengan sepakan kakinya. Baju perang Daemusin dipikirnya pastilah berat dan akan menyulitkan pergerakan Daemusin meskipu n itu melindungi tubuhnya. “kau memaksaku utnuk terus melompat?rupanya kau memanfaatkan kelemahan pakaian besiku..” ujar Daemusin. Namun Bi Dam tak peduli, ia terus melancarkan serangan. “alasan ketiga..karena Tuan Putri adalah Ratu yang berusaha menyatukan 3 Han…” Daemusin menahan  serangan Bi Dam dengan menahan pedangnya dengan kedua tangannya. “TRAANG!  Ia mementahkan pedang Bi Dam dan melakukan serangan bertubi-tubi. “sraat..” Bi Dam melesatkan kakinya dan meliukkan badannya ke belakang, melewati serangan atas Daemusin. “alasan yang kedua..Tuan Putri berniat melakukan diplomasi dengan Tang yang kelak bisa membawa kehancuran Baekje…” “PERSETAN DENGAN ALASANMU ITU!!” seru Bi Dam. Daemusin hanya menyeringai lalu menyerang Bi Dam “kau akan menyesal karena telah mengatakan itu..” “TRANG!TRANG!” Bi Dam hanya mundur ke belakang sambil menangkis setiap serangan Daemusin dan tidak membalasnya. “ayo Bi Dam balas seranganku!” ujar Daemusin. “dengan senang  hati…” sahut Bi Dam. Secara tiba-tiba, Bi Dam membalikkan badannya lalu berlari  menjejakkan kakinya di tembok, melompati Daemusin  dan menyerang punggung Daemusin dengan  pedangnya. “bruuk..”  Daemusin pun tersungkur. “ Tuan!!” seru Shin Ae. Bi Dam tak mempedulikannya, ia segera berlari menuju tempat Deok Man diiikat. Daemusin tertawa kecil melihatnya “dan untuk alasan yang pertama kau harus mengetahuinya sendiri…” gumam Daemusin.

“Tuan!!” Deok Man  mendengar Shin Ae berseru memanggil Daemusin. “apakah Bi Dam berhasil mengalahkan Daemusin?” pikir Deok Man. “tap..tap..” ia bisa mendengar ada suara langkah mendekat. “sraang..argh..” terdengar suara tebasan pedang dan suara erangan kesakitan. “Bi Dam?” pikir Deok Man. “hosh..hosh..” Deok Man bisa merasakan hembusan nafas di depan wajahnya. “Deok Man ini aku..Bi Dam..” Kain penutup kepala Deok Man terangkat ke atas.  Ia bisa melihat wajah suaminya kembali. Wajah yang sangat dirindukannya. Namun sepertinya Bi Dam shock begitu melihatnya.

Luar Benteng Hwangsanbeol
Jenderal Shin beserta pasukannya berlari secepat mungkin sambil melepaskan beberapa anak panah ke belakang. Ratusan bahkan ribuan pasukan Baekje menyerangnya di belakang. Di luar hutan, Baek Ui beserta pasukannya sudah menanti dengan busur dan panah di tangan. “Jenderal Shin!segera ke belakang barisan!” serunya. Jenderal Shin mengangguk dan segera berlari menuju barisan pasukan Baek Ui. “tembak!!” seru Baek Ui.
“pasukan baris depan!siapkan perisai kalian!!” seru Jenderal Tae Hyun yang sekarang memimpin barisan depan menggantikan Jenderal Yul Gang yang ditarik ke belakang. “KITA HABISI MEREKA!!” seru Jenderal Tae Hyun.

Benteng Hwangsanbeol, Baekje
“hosh..hosh..” Alcheon menghapus peluh yang membanjiri wajahnya. Ia menoleh diam-diam dari balik tembok. “sial..mereka masih di sana..” gumamnya. Ratusan tentara yang memasukki benteng guna mengambil persediaan senjata mebuat dirinya harus pandai-pandai menghindar sekarang. Nyawa dan tenaganya tak akan cukup menghadapi prajurit bersenjata lengkap. “apakah sebaiknya aku menyusul Bi Dam ke bangunan itu?” pikirnya. “tap..tap..” terdengar suara langkah kaki mendekat. Alcheon pun segera menuruni tangga menuju ruang bawah tanah.  Ia mengambil obor di dinding sambil berjalan mengendap-endap “sepertinya ini penjara bawah tanah…” ujarnya.  Ia memeriksa satu per satu sel tahanan dan semuanya kosong. “sraak..sraak..” ia mendengar suara di sel ujung.  Alcheon menoleh ke belakang dan tak ada siapa-siapa.  Ia pun melangkah menuju  sel di ujung. Tempat suara itu berasal. Ia mengacungkan obornya ke dalam sel. “hanya ada jerami..mungkin itu tikus..” tapi tiba-tiba ada 2 tangan yang menarik kedua tangannya dan menarik kerah bajunya.

“Deok.. Man…” Bi Dam nampak shock dengan apa yang dilihatnya. Pakaian Deok Man terkoyak-koyak dan terlebih lagi di sekeliling leher Deok Man nampak bekas ciuman. Air mata Deok Man mengalir melihat wajah shock Bi Dam. Bi Dam segera mencabut pedangnya dan menatap Daemusin yang sekarang sudah melepas jubah besinya. Kedua mata Bi Dam nampak berkaca-kaca. Kali ini emosi dan amarahnya tidak terbendung lagi “BAJINGAN KAU DAEMUSIN!!APA YANG TELAH KAU LAKUKAN PADANYA?!!  serunya sambil  berlari menuju Daemusin.

Daemusin benar-benar tersenyum puas mendengar teriakan Bi Dam. “alasanku yang pertama..karena aku ingin memilikinya..” serunya sambil bersiap melakukan serangan.

8 komentar:

  1. lanjutin terus ya mbak miya....

    BalasHapus
  2. @tiskir: siiip b^^d ini aku juga gy ngumpulin materi/ide buat next chapter ^^ makasih banyak yaa udah ngikutin OFSC ^^

    BalasHapus
  3. halo slam kenal mbk...!
    aku pengikut setia fanfic ini loh...!
    aku trus nunggu klanjutan'a nih...^_^

    BalasHapus
  4. @mar: hai salam kenal juga :)..panggil aja aku miya hhe..siip udah mulai ngetik ini..ditunggu ya ^^

    BalasHapus
  5. oh..ia mo tnya donk miya...?
    klo yg fanfic'a our love story knp g dlanjutin ya...?

    BalasHapus
  6. wah kalo soal itu c..kudu authornya yg jawab sendiri ^^

    BalasHapus
  7. Annyeong Mar,,, salam kenal...

    saia miloke, author Our Love Story...
    makasii banyak udh baca n ngikutin FF disini...*bow*

    mian bgt yaa... OLS belum bisa lanjut, krn saia malah dgn tega menelantarkan OLS krn mbuat FF baru *sama sekali g nyambung ma genre OLS* #plakk digampar bideok...

    blm dpt chemist lg u/lanjutin OLS...tp mungkin nanti stelah otak n mood saia mbaik...pengennya lanjutin OLS
    gomawo...

    BalasHapus
  8. miloke, salam kenal jg....
    mank'a knp g dlnjutin..? pdhl cerita'a bagus...!

    oh..ia mank'a buat FF baru pa sih..? klo tntang bideok mau donk..secara aku kan suka bgt ma bideok klo FF yg lain liat pemain'a dulu...baru baca..

    aku tunggu aja deh klanjutan OLS'a
    semangat............!!!

    BalasHapus