genre: angst,romance, mystery
Starring:
- Kim Nam Gil as Shim Gun Wook
- Lee Yo Won as herself
- Seo Young Hee as Sohwa (Yo Won’s Nanny)
- Lee Moon Shik As Uncle Min (Driver Jo Min Shik)
- Ahn Seong Gi as Lee Seong Gi
- Chung Jung Myung as Hong Gi Hoon
- Jung So Min as Hong Mo Ne
- Kim Hye Ok as Madam Hong
- Choi Il Hwa as Hong Myung Hwan
- Ham Eunjung (T-ara) as Shin Yuri
- Kim Soo Hyun as Choi Soo Hyun
- Jo Hyun Jae as dr. Ahn Jong Geun
I didn't own the characters. It's just a fanfiction :)
**********************************************************************************
-06:22 PM Seongwon Apartement, Yongsan-gu, Seoul-
“Yuri..tunggu..” panggil Soo Hyun.
Yuri berjalan menuju dapur dan mengaduk kuah kari yang sedang dimasaknya tadi di atas panci.
“Yuri jangan kau pikirkan kata-kata ibuku tadi..aku meminta maaf mewakili ibuku” ujar Soo Hyun yang berdiri di samping Yuri.
“aku baik-baik saja..” jawab Yuri sambil mengaduk kuah karinya dan tidak menggubris.
“huft..” Soo Hyun menghela napas panjang lalu mematikan kompor yang sedang digunakan Yuri kemudian menarik lengan Yuri.
“Yuri aku tahu kau tidak baik-baik saja…” ujar Soo Hyun.
“aku baik-baik saja..Soo Hyun..” jawab Yuri sambil mengalihkan wajahnya dari tatapan Soo Hyun.
Soo Hyun pun mengadahkan kepala Yuri sehingga ia bisa melihat ada bekas lelehan air mata di wajah kekasihnya itu.
“sebenarnya salah aku apa Hyun sehingga ibumu begitu membenciku seperti itu?apakah selamanya akan seperti ini?kau harus berbohong terus pada ibumu setiap kali kita bersama?” tanya Yuri.
Soo Hyun pun segera memeluk erat kekasihnya itu “ini bukan salahmu Yuri…bukan salahmu..”
“kau tidak bisa selamanya berbohong pada ibumu terus Hyun dan aku pun juga tidak ingin selamanya menjadi duri dalam daging diantara kalian…jika jalan yang terbaik memang harus mengakhiri ini semua..” jawab Yuri.
Soo Hyun pun melepaskan pelukannya kemudian menghadapkan wajahnya ke depan wajah Yuri sehingga kedua mata mereka saling bertatapan “aku memang akan mengakhiri ini semua…”
Yuri hanya diam tercekat.
“aku akan mengakhiri ini semua dengan menikah denganmu baik dengan restu dari ibuku ataupun tidak…suka tidak suka ibu harus menerima kenyataan bahwa aku sudah memilihmu untuk menjadi pendamping hidupku…”
“Hyun…” gumam Yuri.
-06:35 PM, Le Meurice Restaurant Seoul-
Seorang pelayan bertuksedo hitam membukakan pintu penumpang mobil Equuz hitam yang berhenti di lobby restaurant Perancis berbintang lima dimana ia bekerja, Le Meurice.
Yo Won pun keluar dari mobil diikuti Tuan Lee. Yo Won merangkul lengan ayahnya dan berjalan berdampingan menuju pintu masuk restaurant.
“Selamat malam Tuan, apakah Tuan sudah memesan tempat?” tanya seorang pelayan yang bertugas melayani reservasi di dekat pintu masuk.
“aku ada janji di meja dr. Ahn Jae Hwan..” jawab Tuan Lee.
“ia adalah tamuku..” ujar dr. Ahn Jae Hwan yang berjalan menghampiri meja layanan reservasi.
-06:40 PM, Le Meurice Restaurant Seoul-
“sraak..sraak..” Gun Wook mempelajari dengan serius lembar-lembar yang sedang dipegangnya. Lembaran yang menunjukkan sederetan angka dan simbol mata uang.
“it seems like that your parents have prepared this for their children…besides money and gold, there are some properties that have been handled by us and it has been contracted for 15 years…I have to ask you if you want trust them in our bank again..” ujar seorang pria asing berambut coklat berjas kelabu yang duduk di hadapan Gun Wook.
Gun Wook pun menutup map yang dipegangnya dan mencondongkan badannya ke depan “I want to invest this money in another kind of investment…”
-06:40 PM, Le Meurice Restaurant Seoul-
“perkenalkan ini istriku…” ujar dr. Ahn seraya memperkenalkan seorang wanita yang menghampirinya. Berbadan tinggi dan nampak ideal dalam balutan gaun berwarna hitam kemerahan meskipun sudah berusia 56 tahun.
Yo Won pun menundukkan kepalanya “Selamat malam Nyonya…saya Lee Yo Won..”
“ah ya..aku melihat konferensi persmu di tv..sungguh luar biasa..Tuan Lee putrimu sangat cerdas..” puji Nyonya Ahn.
Tuan Lee tersenyum lebar, bangga mendengar putrinya dipuji. Yo Won pun tersenyum dan menundukkan kepala “terima kasih Nyonya..”
“mari silahkan duduk..” ujar dr. Ahn senior mempersilahkan kedua tamu yang diundangnya duduk
“ah dimana putramu dr. Ahn Jeong Gun?aku tidak melihatnya” tanya Tuan Lee.
“ah maafkan dia..dia akan datang terlambat karena harus melakukan operasi di rumah sakit..” jawab dr. Ahn.
Tuan Lee mengangguk mengerti “aku harap semoga operasinya lancar…”
“ya..aku juga berharap demikian…supaya ia tidak menyesal karena ternyata Nona Lee Yo Won yang dulu selalu mengikutiku di rumahnya ternyata sudah tumbuh menjadi wanita yang cantik seperti ini…”dr. Ahn mengakhiri kalimatnya dengan tawa.
Yo Won hanya tersenyum mendengarnya.
-06:45 PM, Kediaman Keluarga Hong, Gangnam-gu, Seoul-
Hong Myung Hwan duduk di ruang kerjanya, membaca beberapa lembar file yang tersimpan dalam amplop coklat besar.
“drrt..drrt..” ponsel di atas mejanya bergetar.
Ia pun segera menjawab ponselnya. “ini aku..”
“Direktur, Tuan muda Hong Gi Hoon berhasil memenangkan tender di Uzbekistan…5 perusahaan besar dan penerbangan nasional mempercayakan supply bahan bakarnya kepada San Hao Group..tak hanya itu Pemerintah Uzbekistan juga mempercayakan salah satu pembangkit listriknya pada San Hao Group juga…dan sepertinya perwakilan pemerintah Tajikistan yang hadir juga tertarik pada presentasi Tuan muda Gi Hoon…” terdengar suara pria dari lawan bicara Tuan Hong.
“kau awasi dia terus perintahkan anak buahmu untuk terus memantaunya...aku tak ingin ada masalah yang ditimbulkan olehnya…hanya itu saja berita yang ingin kau sampaikan Sekretaris So?” tanya Tuan Hong melalui teleponnya.
“Direktur sebenarnya masih ada satu hal yang harus yang saya sampaikan…hal yang kurang menggembirakan…mengenail percobaan di laboratorium di China…” jawab Sekretaris So.
“apakah percobaannya sudah selesai?” tanya Tuan Hong.
“mengenai itu.. sudah selesai..” terdengar keraguan dalam suara sekretaris So. “hanya saja…tidak berhasil…formulanya tidak stabil sehingga ketika itu menyentuh minyak menyah terjadi ledakan….dua dari ilmuwan lab tewas dan beberapa lainnya terluka…pihak Pemerintah China sempat melakukan kunjungan…dan”
“segera bereskan dan lakukan penelitian ulang…” sela Tuan Hong tanpa basa-basi.
“ba..baik Tuan…” jawab Sekretaris So.
Tuan Hong mengakhiri pembicaraannya dan meletakkan ponselnya di atas meja. Ia pun menyandarkan dirinya pada kursinya yang empuk. Kedua alisnya mengernyit seakan-akan sedang berpikir keras.
“tok..tok..” terdengar suara pintu diketuk.
“masuk..” jawab Tuan Hong.
Nyonya Hong membuka pintu dan berjalan masuk ke dalam ruangan, menghampiri suaminya. “yeobo, makan malamnya sudah siap..”
“nanti aku akan turun ke bawah..” jawab Tuan Hong yang masih saja memasang wajah muram.
“Yeobo..apakah ada masalah?” tanya Nyonya Hong yang sekarang duduk di hadapan suaminya.
“sudah ratusan ribu kali percobaan dilakukan namun semuanya tidak membuahkan hasil…” jawab Tuan Hong tanpa menatap wajah istrinya.
Nyonya Hong menggenggam erat tangan suaminya yang ada di atas meja “yeobo…”
Tuan Hong pun bangun dari duduknya “aku tak peduli harus berapa ratusan ribu lagi percobaan itu dilakukan, berapa hektar lahan yang rusak karenanya…aku harus menemukannya…meskipun ada nyawa yang harus kukorbankan…aku tak akan membiarkan kerja kerasku selama 15 tahun berlalu sia-sia…”
Nyonya Hong yang sekarang juga berdiri berjalan mendekati suaminya.
“aku ingin Gi Hoon dan Mo Ne sekarang lebih siap dalam menjalankan bisnis ini…setelah makan malam, aku ingin bicara pada putriku..” ujar Tuan Hong.
Nyonya Hong pun mengangguk. “ya...aku akan memanggilnya..”
-07:05 PM, Le Meurice Restaurant Seoul-
“tap..tap..” dr. Ahn Jeong Gun berjalan dengan terburu-buru melintas di antara meja, kursi serta pelayan yang berjalan hilir mudik. Sampai akhirnya, ia menemukan meja dimana ayah dan ibunya duduk. Ia pun segera menghampiri meja itu.
“selamat malam semuanya…maaf saya terlambat..” ujar Ahn Jeong Gun seraya menundukkan kepala.
“ah akhirnya kau datang juga…berikan salammu untuk Tuan Lee dan putrinya..”
Tuan Lee yang duduk memunggungi Ahn Jeong Gun pun membalikkan badannya dan tersenyum.
“selamat malam Tuan Lee..” Ahn Jeong Gun menunduk memberi hormat. Yo Won pun ikut membalikkan badannya sehingga ia bisa melihat putra sahabat baik ayahnya itu.
“k..kau..” Ahn Jeong Gun terkejut begitu melihat wajah putri sahabat baik ayahnya itu.
“dokter…” gumam Yo Won yang juga terkejut begitu melihat wajah dr. Ahn.
-07:07 PM, Le Meurice Restaurant Seoul-
“please fill these documents…I need to match it with the real documents which I have..to prevent imposture of course..” ujar Mr. James seraya memberikan sebuah map dan pena kepada Gun Wook.
Gun Wook menatap tajam Mr. James sesaat sebelum ia mulai mengambil pena dan mengisi dokumen yang diminta.
“ah..if you are pleased, may I know how did you know that your parents have account in Bank of Switzerland?” tanya Mr. James.
Gun Wook berhenti menulis sesaat sebelum akhirnya ia menulis lagi “once..when I was a kid, I used to live in Zurich and at that time, my father had brought me to this bank for several times…so I thought my father still have an account in there…”
“ooh I see I see..15 years ago, we heard that your parents were killed because of robbery…and their children statuses were unknown until you contacted us…from this document, it said that your parents have 2 sons..if you are the oldest one so where is the younger?”
Gun Wook memegang erat penanya sehingga tulisannya pun menebal.
“where is your brother?” tanya Mr. James.
“he died…at the same day just like my parents…and tomorrow is their day..” jawab Gun Wook.
-07:10 PM, Le Meurice Restaurant Seoul-
“hahaha…jadi kalian pernah bertemu sebelumnya…” Ahn Jae Hwan dan Tuan Lee tertawa bersama.
Yo Won yang duduk di sebelah ayahnya hanya bisa tersenyum tipis dan Ah Jeong Gun tertawa kikuk melihat tawa ayah mereka.
“bukankah aku pernah menunjukkan fotonya padamu?seharusnya kau mengenalinya bukan?”tanya Tuan Lee
Ahn Jeong Gun mengangguk “sebenarnya saat itu..aku sudah tahu kalau nona adalah Nona Lee Yo Won karena Tuan Lee pernah menunjukkan fotonya padaku…tapi aku belum mengenalkan diri padanya”
Ia menatap Yo Won yang duduk di sampingnya dan segera mengalihkan pandangannya begitu Yo Won menoleh.
“kalau begitu sekarang kalian bisa saling mengenal diri…di saat kami yang tua-tua ini membicarakan masa kejayaan kami…” canda dr. Ahn senior. “Jeong Gun…manfaatkan waktu ini sebaik-baiknya..” candanya yang kemudian diikuti gelak tawa dirinya dan Tuan Lee.
“ayah..” protes Jeong Gun.
Yo Won tersenyum menanggapi candaan itu.
“oh ya ayah hasil tes kesehatan Tuan Lee sudah keluar…” ujar dr. Ahn mencoba mengalihkan arah pembicaraan ayahnya.
Tuan Lee pun menoleh, begitu juga dengan Yo Won
“benarkah?lalu?” tanya dr. Ahn senior
Jeong Gun tersenyum “semuanya menunjukkan hasil normal…oleh karena itu, Tuan Lee sudah bisa kembali beraktivitas di kantor dengan catatan tidak boleh terlalu lelah dan stress…”
Tuan Lee pun menghela napas lega.
“syukurlah ayah..” kata Yo Won seraya menggenggam erat tangan ayahnya.
“kalau begitu hari ini kita akan merayakan kesehatan Lee Seong Gi juga..” ujar Ah Jae Hwan seraya mengangkat gelas champagnenya. Lee Seong Gi tersenyum lebar dan ikut mengangkat gelasnya, begitu juga Yo Won, Jeong Gun, dan Nyonya Ahn. Kemudian mereka menegak minuman mereka bersama-sama yang diakhiri oleh tawa Tuan Lee dan dr. Ahn senior.
Ahn Jeong Gun pun memberanikkan dirinya untuk mengajak bicara Yo Won, sementara kedua orangtua mereka sedang bicara. “lalu kondisi kesehatan Nona Lee sendiri apakah sudah membaik?ataukah masih kambuh?” tanyanya.
Yo Won menggelengkan kepalanya dan menatap lawan bicaranya itu “tidak…aku tidak pernah kambuh lagi setelah meminum obat dari dokter waktu itu..terima kasih atas perhatiannya..”
Jeong Gun pun menghela napas lega “syukurlah kalau begitu…ternyata itu hanya anemia ringan…jika Nona Lee sedang menghadapi banyak pekerjaan, aku menyarankan agar Nona mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat besi atau obat penambah zat besi supaya anemianya tidak kembali…”
Yo Won tersenyum mengangguk “akan kuingat sarannya..”
-07:12 PM, Le Meurice Restaurant Seoul-
Mr. James membuka tas kopernya kemudian mengeluarkan secarik kertas dan memberikannya pada Gun Wook “I have verified your identity…please give your sign and name…birth name of course in this column…”
Gun Wook meletakkan gelas champagnennya dan mengambil pena dan mengisi kertas itu sesuai dengan yang diminta kemudian memberikannya kepada Mr. Jamaes. “this..”
Mr. James membaca dengan seksama kertas yang diterimanya “so…should I call you..”
“Shim Gun Wook…that’s my name…” sela Gun Wook.
“okay..Mr. Shim, I’ll start to process your inheritance and account tomorrow morning…thank you for your trust to us..”Mr. James bangun dari duduknya
Gun Wook ikut bangun dari duduknya dan mengangguk “contact me as soon as you finish it..”
“of course Mr. Shim…” Mr. James mengulurkan tangan kanannya untuk jabat tangan Gun Wook pun ikut mengulurkan tangannya dan mereka pun berjabat tangan.
“I have to leave now…nice to meet you Mr. Shim..” ujar Mr. James.
“nice to meet you too Mr. James..” sahut Gun Wook.
Setelah jabatan tangan terlepas, Mr. James pun pergi meninggalkan Gun Wook duduk sendiri di mejanya. Ia pun mengalihkan pandangannya ke bawah dimana seorang pianis dan violis baru saja mulai memainkan sebuah lagu klasik untuk menghibur para tamu restaurant baik yang makan di sekeliling panggung maupun yangt duduk di atas. Gun Wook pun menatap sekeliling panggung sampai akhirnya tatapannya terhenti. Terhenti pada sebuah meja dimana 5 orang sedang duduk dan makan bersama.
“Lee Yo Won…” gumamnya.
-07:24 PM, Le Meurice Restaurant Seoul-
“Canon yang indah…” kata dr. Ahn yang sedang mengiris daging steaknya sambil menatap penampilan duet antara pianis dan violis di atas panggung.
“Canon in D major karya Johann Pachebel…lagu klasik yang paling kusukai..” sahut Yo Won yang juga sedang menikmati penampilan duet itu.
“apakah Nona Lee menyukai musik klasik?” tanya Jeong Gun.
Yo Won pun menoleh “ya…sewaktu aku kecil dan tinggal di Inggris, ada seorang pemusik jalanan memainkan sebuah lagu dengan biolanya dan baru kali itu aku mendengar lagu seindah itu…tapi waktu itu aku tidak berani menanyakan padanya itu lagu apa…”
“lalu bagaimana Nona Lee tahu itu lagu Canon?” tanya Jeong Gun.
“ketika Guru biolaku memainkan sebuah lagu yang harus aku pelajari…dari dia aku tahu itu adalah lagu Canon…” jawab Yo Won.
Jeong Gun menatap Yo Won yang sedang menikmati penampilan duet itu. Ia tertegun sesaat sebelum ia harus mengalihkan pandangannya ke depan saat Yo Won tiba-tiba menoleh ke arahnya.
“apakah dr. Ahn juga menyukai musik klasik?” tanya Yo Won.
Jeong Gun mengangguk “ayah suka memasang musik klasik di rumah..dan aku pun diajarinya bermain piano yang menyenangkan jadi aku mulai menyukainya sejak kecil…”
Ahn Jae Hwan mendekatkan dirinya pada sahabatnya yang sedang menikmati daging steaknya “tampaknya mereka sudah mulai akrab…” bisiknya.
Tuan Lee pun menoleh dan tertawa kecil “syukurlah…kalau mereka bisa berteman baik..”
“jika putraku menyukai putrimu…izinkan dia mendekati putrimu ya..” bisik Ahn Jae Hwan.
“benarkah?” Tuan Lee melihat putrinya yang sedang berbicara dengan putra sahabatnya itu. Dari tatapan dr. Ahn Jeong Gun pada putrinya, Tuan Lee sudah mengerti bahwa jelas putra sahabatnya itu tertarik pada putrinya.
Tuan Lee pun menoleh menghadap sahabatnya “tetapi Yo Won….memiliki kekurangan…” kepala Tuan Lee tertunduk ke bawah “kekurangan karena kesalahanku…kau tahu itu…aku tak ingin ada yang tersakiti jika ternyata Jeong Gun memang menyukai putriku..”
Ahn Jae Hwan mengangguk menepuk bahu sahabatnya“aku tahu..setiap manusia pasti memiliki kekurangan, Seong Gi-ssi…tak hanya Yo Won, kau, aku dan putraku pun juga memilikinya…semuanya butuh waktu untuk menghadapinya..begitu juga Yo Won dan Jeong Gun..tak akan ada yang tersakiti jika perasaan mereka tulus”
Tuan Lee mengangguk dan tersenyum “semoga saja demikian…” kemudian menoleh menatap putrinya
“aku harap putriku bisa menemukan pendamping yang baik…yang setia mencintai segala kelebihan dan kekurangannya…itu harapanku sebelum aku mati…” batin Tuan Lee.
“ayah, aku ingin ke toilet sebentar..” Yo Won memberitahu ayahnya. Tuan Lee pun mengangguk. Yo Won bangun dari duduknya dan berjalan menuju tanda ‘toilet’ berada.
Seorang pelayan menghampirinya ketika ia sudah mendekati pintu toilet wanita. “maaf Nona..toilet wanitanya sedang dalam perbaikan..silahkan Nona menggunakan toilet di lantai atas..”
“oh ya..terima kasih..” jawab Yo Won.
Yo Won berjalan menaiki tangga, menelusuri lorong menuju toilet wanita.
Sementara itu dari kejauhan, Gun Wook duduk di bar sambil mengamati dengan segelas vodka di tangannya. Ia pun meletakkan gelasnya dan memanggil pelayan.
“blaam…” Yo Won berjalan keluar dari toilet. Ia pun berjalan menuju tangga untuk turun ke bawah, namun seorang pelayan wanita datang menghampirinya.
“maaf Nona…” panggil pelayan itu. “ini ada titipan untuk nona…” seraya menyerahkan setangkai mawar merah dengan pita hitam di tangkainya dan secarik kertas yang terlipat dua.
Yo Won menerima bunga itu dan segera membuka kertas itu. “congratulations” gumamnya membaca surat itu.
“siapa yang memberikannya?” tanya Yo Won pada pelayan.
“ah..Tuan yang di sana..” tunjuk pelayan itu ke arah pintu keluar. Yo Won menoleh ke arah yang ditunjuk, namun terlalu banyak pria yang hilir mudik membuat si pelayan pun nampak kebingungan menunjukkan siapa pengirimnya.
“ah itu dia…” tunjuk pelayan itu. Tepat pada sosok seorang pria berjas hitam dengan rambut menyentuh kerah kemeja putihnya.
“Nona Lee..” panggil Jeong Gun yang sudah berada di belakang Yo Won.
Yo Won tak bergeming dan pandangannya tetap tertuju pada arah yang ditunjuk pelayan tadi.
Jeong Gun pun ikut melihat ke arah yang sama “apakah Nona Lee melihat seseorang yang Nona kenal?”
Yo Won pun menoleh dan menggelengkan kepalanya.
Kemudian mereka pun membalikkan badannya dan berjalan bersama menuruni tangga.
“mungkinkah itu…Shim Gun Wook-ssi?” pikir Yo Won sembari berjalan menuruni tangga.
-07:40 PM, Le Meurice Restaurant Seoul-
Gun Wook berjalan menuruni tangga depan restaurant. “drrt…drrt..” ponsel di sakun jasnya bergetar, ia pun segera merogoh saku jasnya, mengambil ponselnya, dan menjawabnya.
“ini aku..” kata Gun Wook.
“aku sudah menemukan yang kau minta…mereka dimakamkan di pemakaman umum di Kota Cheonan…aku sudah mengirimkan detail alamatnya..” Terdengar suara berat pria yang selama ini menjadi lawan bicaranya di telepon mengirimkan informasi.
“aku mengerti…bayarannya akan kukirim nanti malam..” jawab Gun Wook singkat sebelum langsung menutup teleponnya. Ia pun segera masuk ke dalam mobilnya yang sudah menunggu di depan lobby.
-08:40 PM, Le Meurice Restaurant Seoul-
“terima kasih atas jamuannya..” Yo Won menundukkan kepala di hadapan keluarga Ahn.
“jangan terlalu sungkan Yo Won..” ujar Nyonya Park seraya menggenggam kedua tangan Yo Won. Yo Won tersenyum mengangguk, kemudian ia menoleh kepada Jeong Gun yang berdiri di samping ibunya. Ia menundukkan kepalanya sebelum membalikkan badannya dan berjalan menuju pintu mobil.
Tiba-tiba Jeong Gun berjalan menuruni tangga “Nona..ah maksudku..Lee Yo Won-ssi..”
Yo Won pun tidak jadi masuk ke dalam mobil dan menoleh “ya?”
“jaga kesehatanmu selalu..” ujar Ahn Jeong Gun.
Yo Won tersenyum dan mengangguk “dokter juga..”
“hmm..kalau begitu, kami pulang…” ujar Tuan Lee yang sudah berdiri depan pintu mobilnya.
“ya..hati-hati..” ujar dr. Ahn senior
Yo Won pun masuk ke dalam mobil diikuti oleh ayahnya. Tuan Lee membuka jendela mobilnya dan melambai ke arah sahabatnya itu sampai akhirnya mobil melaju meninggalkan lobby restaurant.
“makan malam yang menyenangkan…” ujar Tuan Lee.
“ya ayah..” jawab Yo Won. Ia menatap bunga mawar yang dipegangnya. “benarkah itu dia?” pikirnya.
“bunga mawar yang cantik…selain memberikanmu obat, dr. Ahn Jeong Gun pun juga memberikanmu bunga…” kata Tuan Lee.
Yo Won pun menoleh “tapi ayah ini…”
“sama seperti ayahnya yang baik hati menolongku saat ayah kesulitan semasa kuliah dulu…rupanya kebaikan hatinya menurun pada putranya..” gumam Tuan Lee sambil menatap keluar jendela.
“i..iya..” Yo Won pun mengurungkan niatnya untuk melanjutkan kata-katanya dan kembali menatap bunga mawar merah yang ada di tangannya.
- May 13th 2009, 07:18 AM Kediaman Keluarga Lee, Seocho-gu, Seoul-
Tuan Lee terdiam menatap kalendar meja yang berdiri di meja yang ada di samping tempat tidurnya. Kemudian ia berjalan menuju rak buku yang tidak jauh dari situ. Ia mengamati rak bukunya sejenak lalu mengambil 3 buku merah tebal yang ada di sisi kirinya. Dibalik 3 buku merah itu berada,tersimpan sebuah buku yang bersampul kulit berwarna coklat tua. Tuan Lee mengambil buku itu dan membawanya duduk di atas tempat tidurnya. Perlahan ia membuka pengait sampul buku itu dan mulai membuka halaman buku itu sampai akhirnya ia menmukan sebuah foto. Foto berwarna hitam putih sepasang pengantin dan seorang pria yang berdiri di samping mempelai pria tersenyum lebar.
“sudah 17 tahun berlalu…sejak aku membunuh kalian berdua…” gumam Tuan Lee seraya menatap foto itu.
-07:25 AM, Cheonan-
Mobil SUV hitam yang dikemudikan Gun Wook melaju cepat mengitari jalanan yang menanjak dan berliku. Kondisi jalan yang besar dan lengang mendorong Gun Wook untuk menambah kecepatan mobilnya sampai akhirnya ia menurunkan kecepatan mobilnya ketika harus berbelok ke jalan yang lebih kecil dan mematikan mesin mobilnya begitu ia tiba di depan sebuah bangunan di tengah hutan. Sebuah bangunan rumah kayu bergaya Eropa yang cukup besar dan masih berdiri kokoh meskipun cat dindingnya sudah terkelupas, kaca jendelannya banyak pecah, dan atapnya yang berlubang.
“blaam..” Gun Wook turun dari mobilnya, menjejakkan kakinya di atas jalan yang dipenuhi oleh dedaunan kering. “aku pulang..” gumamnya.
Mw donk diksh Mawar sama Gun Wook ;D
BalasHapusMakin Seru aja ni. . .
Q tunggu kelanjutan'a Miya :D
-fal kng-
jadi bener yg ngebunuh ortunya gun wook itu tuan lee???
BalasHapusaku pikir itu cma salah paham...
makin seru aja nih!
posting lagi donk....???
BalasHapusDah penasaran bgt nih,,
Aduuuuhhhh udah ga sabar mw baca chap 14...
BalasHapuscerita makin seru n menarik ajaa...
posting doooonkkkkk....
please!!!!
hhe maap ya udah menunggu lama...baru aja chapter 14 dipost selamat membaca :)
BalasHapus