Pages


Jumat, 26 Agustus 2011

The Hidden Wounds Chapter 17: The Lies and Impudence


genre: angst,romance, mystery 

Starring:
-  Kim Nam Gil as Shim Gun Wook
- Lee Yo Won as herself
- Seo Young Hee as Sohwa (Yo Won’s Nanny)
- Lee Moon Shik As Uncle Min (Driver Jo Min Shik)
- Ahn Seong Gi as Lee Seong Gi 
- Chung Jung Myung as Hong Gi Hoon
- Jung So Min as Hong Mo Ne
- Kim Hye Ok as Madam Hong 
- Choi Il Hwa as Hong Myung Hwan
- Ham Eunjung (T-ara) as Shin Yuri
- Kim Soo Hyun as Choi Soo Hyun
- Jo Hyun Jae as dr. Ahn Jong Geun


I didn't own the characters and the pictures. It's just a fanfiction :)
**********************************************************************************

- May, 15th 2009, 06:20 AM, Seongwon Apartement, Yongsan-gu, Seoul- 
“Jigum e dero jun hago shipuh..jamgyuh itdun maum ehyul sweh ga” Yuri asyik  mendendangkan lagu Key of Heart yang sedang diputar di ponselnya sambil menggoreng telur di dapur.

“When I see your smile…” Yuri pun segera menoleh begitu mendengar lagu yang diputarnya berubah dan ponselnya bergetar. “Hyun menelpon?” pikir Yuri. Ia pun segera mematikan kompor dan mengambil ponselnya dari meja dapur.

“halo..”   Yuri segera mengambil ponsel dan mengangkatnya. “Hyun?”

“Yuri bisakah kau menjemputku di terminal? Sebentar lagi aku sampai dan rasanya lelah sekali…” terdengar suara berat Soo Hyun.

“mwo?kau sudah pulang?bukankah hari ini kau cuti dan menginap di Suwon?” tanya Yuri.

“ada pekerjaan mendadak..” jawab Soo Hyun.

“baiklah 10 menit lagi aku akan sampai di sana..tunggu aku..” jawab Yuri.

“ya aku tunggu…” jawab Soo Hyun.Begitu pembicaraan ponsel selesai, Yuri pun segera melepaskan celemek biru yang dikenakannya dan berlari menuju kamarnya.

-  06:21 AM, Geumcheon-gu, Seoul -
“srrr…”  Gun Wook menuangkan kopi dari teko yang baru saja dipanaskannya ke dalam gelas. Ia membiarkan kopi yang masih panas itu di atas meja dan berjalan menuju meja bar. Tempat dimana ponselnya yang mati karena baterainya belum ia pasang. Ia memasangnya kemudian menghidupkan ponselnya. “drrt..drrt..drrt..drrt” ponselnya tak berhenti bergetar tak lama setelah dihidupkan karena adanya sms yang masuk. 9 dari sms yang masuk adalah dari Mo Ne. Dan Gun Wook langsung menghapusnya tanpa membacanya, dan menyisakan satu sms.

“bukankah ini nomor…” Gun Wook pun langsung membuka sms itu. Senyum tipis terukir di wajahnya.

- 06:25 AM Kediaman Keluarga Lee, Seocho-gu, Seoul-
 “selamat pagi Nona…” sapa So Hwa begitu Yo Won turun dari anak tangga terakhir.

Yo Won tersenyum membalasnya “selamat pagi bi..” Ia berjalan menuju meja makan untuk mengambil segelas susu yang sudah disediakan untuknya. “apakah ayah sudah bangun?”

“belum Nona..Tuan belum keluar dari kamarnya..” jawab So Hwa yang berdiri di samping nonanya sambil memeluk nampan. “apakah Nona ingin pergi berolahraga?” So Hwa menatap penampilan Yo Won yang mengenakan training shirt lengan panjang berwarna kelabu dan celana training ¾ berwarna hitam.

“ah iya…aku ingin berolahraga sekaligus jalan-jalan ke taman kota…” jawab Yo Won yang baru saja selesai meminum susunya.

“kalau begitu, saya akan meminta supir untuk menyiapkan mobil..” So Hwa membungkukkan badannya memberi hormat.

“oh ya bi, mengenai itu…apakah sepedaku masih disimpan di garasi?” tanya Yo Won.

“eh..”

- 06:37 AM Terminal Bus Banpo-dong , Seoul-
“tap..tap..” Soo Hyun berjalan menuruni tangga bus sambil menggendong ranselnya di punggung. Ia berjalan menuju pintu keluar terminal, dimana Yuri sudah berdiri menunggunya di luar.

“hyun..” Yuri berseru sambil melambaikan tangan.

Senyum tipis terukir di wajah Soo Hyun. Ia berjalan menghampiri Yuri dan tanpa berkata apa-apa ia langsung memeluknya.

Yuri pun terkejut “Hyun?” 

- 06:45 AM  Yangjae Citizen’s Forest,  Seocho-gu, Seoul-
“rupanya sudah banyak yang berubah…” gumam Yo Won begitu melihat pemandangan di sisi kana dan kirinya. Langkahnya terhenti di sebuah papan berwarna hijau yang diberi hiasan pita berwarna-warni. “Selamat datang di festival dan bazaar SMA Yangjae” kata-kata yang tertulis di papan itu.

“oh pantas saja hari ini ramai sekali…sepertinya menarik…” Yo Won pun kembali berjalan.

“selamat datang, silahkan mampir ke stand kami…” anak-anak remaja berseragam sekolah berseru dari stand mereka masing-masing yang ada sisi kanan dan kiri jalan.
Yo Won yang berada di tengah-tengah keramaian pun tertarik untuk melihat-lihat.

“bruuk..” seorang anak kecil kira-kira berumur 5 tahun menabrak Yo Won yang sedang berjalan di tengah keramaian.

“ibu…ibu dimana?” anak itu menangis terisak-isak di tengah keramaian. Yo Won pun segera menggendong anak itu, membawanya keluar dari keramaian, dan mendudukannya di bangku taman tidak jauh dari situ.

“ibu..ibu dimana?” tangisan anak itu tidak berhenti. Yo Won mengeluarkan sapu tangannya dan menghapus air mata anak itu.
Yo Won mengusap kepala anak itu agar tangisannya mereda “adik..kakak akan membantu mencari ibumu…apa kau ingat ibumu memakai pakaian apa?”   

“i..ibu memakai baju garis-garis pink…” kata anak itu sesunggukan.

“garis-garis pink..” Yo Won pun menoleh ke arah keramaian, mencari sesosok wanita memakai baju bergaris-garis pink. Namun hasilnya nihil.

“kalau begitu kakak akan menggendongmu..kita akan mencarinya bersama-sama..” Yo Won menoleh kembali ke arah bangku taman. Namun anak itu kali ini tidak sendiri, ada seorang pria yang jongkok di hadapannya dan memberinya minum.

“anak pintar…” Gun Wook mengusap kepala anak itu dengan lembut.

“Shim Gun Wook-ssi?” gumam Yo Wonyang terkejut begitu melihat pria itu


- 07:12 AM Kediaman Keluarga Hong, Gangnam-gu, Seoul-
“sraak..sraak..” Gi Hoon berjalan sambil membaca berkas-berkas yang ada di tangannya.

“kau sudah menemukan dimana pria itu tinggal?” terdengar suara Tuan Hong dari ruang kerjanya yang tidak tertutup. Gi Hoon menghentikan langkahnya dan berdiri di dekat pintu.

“pria itu?siapa yang ayah sedang selidiki?” pikir Gi Hoon.

“ya Direktur..orang yang saya suruh berhasil menemukan alamatnya setelah membuntutinya sepulang dari bar kemarin…” terdengar suara sekretaris So dari telepon.

“apa dia menemui seseorang?” tanya Tuan Hong.

“tidak Direktur…sejak semalam hingga sekarang, ia belum keluar dari apartemennya…”

“mengenai latar belakang keluarganya kau harus menyelidikinya lebih detail lagi...” ujar Tuan Hong sambil melihat berkas yang dipegangnya.

“ba..baik Tuan..” jawab Sekretaris So.

“ayah menyelidiki sedemikian rupa?apa ia menginginkan orang itu menjadi orangnya?” pikir Gi Hoon. “siapa sebenarnya yang diinginkan ayah?”

“tap..tap..” Tuan Hong berjalan menuju pintu. Gi Hoon pun segera bersembunyi di balik tembok yang berlawanan arah. Begitu ayahnya sudah tak terlihat di ujung lorong, Gi Hoon pun masuk ke ruang kerja ayahnya. Berjalan menuju meja kerja ayahnyadan membuka map yang tadi dipegang ayahnya saat menelpon.

“siapa yang sebenarnya yang ayah cari?” pikir Gi Hoon. Ia pun membuka berkas itu. Keningnya pun mengernyit begitu melihat foto yang tercantum di dalam map itu. “laki-laki ini?!” gumam Gi Hoon. Terbersit dalam benaknya kejadian yang menimpa yachtnya waktu itu. Sosok pria yang disukai adiknya tapi bagi dirinya pria itu menyebalkan.

“kenapa ayah tiba-tiba tertarik pada pria ini?” pikir Gi Hoon. “tunggu semalam ibu pun juga bilang kalau ayah membiarkan Mo Ne untuk  menghubungi laki-laki ini…”

“Shim Gun Wook…” gumam Gi Hoon memegang berkas di tangannya erat-erat.

 - 07:15 AM  Yangjae Citizen’s Forest,  Seocho-gu, Seoul-
“apa kau melihat ibumu di kanan?” tanya Gun Wook. “tidak paman..” jawab anak kecil yang tadi Yo Won gendong. Sekarang anak itu duduk di bahu Gun Wook sambil berpegangan pada kedua tangan Gun Wook.

“di kiri juga tidak ada…” kata Yo Won yang berjinjit agar bisa melihat di tengah keramaian.

“baiklah..kita cari di tempat lain..” ujar Gun Wook.

“ayo jalan..jalan…” kata anak kecil yang duduk di bahu Gun Wook kegirangan. Setelah mengelilingi beberapa tempat, mereka pun memutuskan beristirahat di bangku taman.

“sini ya..kakak pangku…biar pamannya beristirahat…” Yo Won mengambil anak kecil itu dari bahu Gun Wook dengan perlahan dan memangkunya.

“apakah aku nampak begitu tua sehingga kau pun ikut memanggil paman…” protes Gun Wook.

Yo Won pun tertawa kecil. “bagaimana jika setelah ini kita ke pos polisi..tadi aku lihat di petunjuk jalan di dekat sini ada pos polisi mungkin orangtua anak ini ada di sana…” kata Yo Won.

“hmmm..” Gun Wook menjawabnya dengan anggukan. Ia menyandarkan dirinya pada bangku untuk merenggangkan badannya. Ia menatap Yo Won yang sedang bermain dengan Hyun Woo, anak kecil yang sedang dipangkunya itu. Hyun Woo nampaknya senang sekali berada dalam pelukan Yo Won dan Yo Won pun nampak senang sekali menemani Hyun Woo berceloteh tentang jagoan kesukaannya.

“ah itu ibu..” seru Hyun Woo begitu melihat sesosok wanita memakai polo shirt bergaris-garis pink, melintas di tengah keramaian . “itu ibu..” tunjuk Hyun Woo

“eh…” Yo Won melihat ke arah  yang ditunjuk Hyun Woo. Ia juga melihat hal yang sama. Wanita itu nampak kebingungan seperti sedang mencari sesuatu.

“tunggu sini..” Gun Wook segera bangun dari tempat duduknya dan berlari mengejar wanita itu.

“sabar ya Hyun Woo…Paman Gun Wook akan membawa ibumu ke sini” Yo Won menenangkan Hyun Woo yang mulai merengek.

Tak lama kemudian, Gun Wook berjalan keluar dari keramaian ditemani seorang wanita. Wanita itu mengenakan polo shirt bergaris-garis pink. “Hyun Woo…” wanita itu memanggil

“ibuu…” seru Hyun Woo. Ia melompat dari pangkuan Yo Won dan berjalan menuju ibunya.

“kamu kemana nak?” ibu mencari-cari kamu daritadi…” kata wanita itu.

Yo Won bangun dari duduknya dan berdiri di samping Gun Wook.

“terima kasih ya karena telah menemukan anakku…aku tak tahu bagaimana membalas kebaikan kalian…” wanita itu membungkukkan badannya dalam-dalam di hadapan Gun Wook dan Yo Won.

“sama-sama..” jawab Yo Won sambil tersenyum.

Hyun Woo pun datang menghampiri Gun Wook “terima kasih ya paman…”

Gun Wook jongkok dan mengusap kepala anak itu “lain kali kau harus berpegangan terus pada ibumu yah…”

“iya paman…” jawab Hyun Woo sambil tersenyum lebar.

Kemudian Hyun Woo mendatangi Yo Won. “terima kasih ya kak…”

“iya..Hyun Woo jangan nakal yaa..” Yo Won berlutut dan memeluk anak itu sebelum akhirnya Hyun Woo kembali kepada ibunya

“sekali lagi terima kasih…” wanita itu membungkuk sekali lagi. Yo Won dan Gun Wook pun membalas dengan membungkuk.

Yo Won memberikan lambaian tangan pada Hyun Woo yang melambaikan tangannya dari gendongan ibunya.

Yo Won menoleh ke samping. Gun Wook nampak serius sekali menatap Hyun Woo yang sudah dibawa pergi ibunya

“kenapa wajahmu nampak serius seperti itu?”  tanya Yo Won.

“sebenarnya Hyun Woo menghilang karena kelalaian ibunya…” gumam Gun Wook.

“hm?bagaimana kau bisa tahu?” tanya Yo Won.

Gun Wook pun menceritakannya sambil berjalan “tadi sebenarnya wanita itu tidak sendiri mencari Hyun Woo…ia bersama babysitter…sebelum aku menghampiri mereka, wanita itu  memarahi babysitternya karena lalai menjaga Hyun Woo sehingga menganggu acara berkumpul bersama teman-temannya…baby sitter itu pun memberi alasan kalau tadi ia sedang mengurus kakaknya Hyun Woo yang merengek minta makanan..jadi ia pikir Hyun Woo akan diam saja bersama mainannya…wanita itu hampir saja menampar babysitter itu jika saja aku tidak memanggilnya..”

“ya Tuhan…” gumam Yo Won.

“aku tidak begitu suka dengan orangtua yang mempercayakan anaknya sepenuh kepada babysitter seperti itu…ketika anak mereka menghilang mereka memaki-maki babysitternya habis-habisan..”

Mereka kemudian duduk di bangku taman di depan sebuah kolam air mancur.

“begitukah?kalau begitu kau mungkin tidak menyukai orangtuaku..” jawab Yo Won.

“hm?” Gun Wook pun menoleh

“kondisi ibuku memang lemah jadi ibuku memerlukan pengasuh untuk membantunya mengasuhku karena ayahku harus bekerja…3 tahun kemudian ibuku meninggal, otomatis aku pun diasuh oleh pengasuh karena kami tidak punya sanak keluarga lain dan ayahku harus bekerja keras mencari nafkah..akan tetapi setiap siang, ayahku selalu pulang ke rumah untuk menemaniku makan dan bermain sebelum kembali ke kantor lalu saat malam selalu berusaha menemaniku tidur dan membacakan buku cerita..dan kemudian…”

Gun Wook meletakkan tangannya di atas punggung tangan Yo Won. Yo Won pun berhenti bercerita dan menoleh

“itu adalah hal yang berbeda…” kata Gun Wook.

Gun Wook pun bangun dari duduk dan berlutut di hadapan Yo Won “sebelumnya aku minta maaf jika ternyata pendapatku sudah menyinggung perasaanmu tapi aku percaya jika Direktur bisa memilih, ia tentu tidak ingin  melakukan hal demikian...aku yakin itu..”

“Shim Gun Wook-ssi..” gumam Yo Won. Gun Wook tersenyum padanya “kita jalan lagi?”

Yo Won pun tersenyum mengangguk. Mereka pun kembali berjalan. Ketika mereka akan memasukki jalan yang ramai, tanpa berkata-kata apa Gun Wook menggenggam tangan Yo Won dan menuntunnya berjalan di tengah keramaian.

“eh..”  Yo Won pun terkejut. Ia memang tidak menggenggam balas tangan Gun Wook  namun ia tidak melepaskan tangannya dari genggaman itu. Ia membiarkan Gun Wook menuntunnya melewati keramaian ini. Membiarkan tangan kanannya berada dalam genggaman Gun Wook sementara tangan kirinya memegang dadanya yang  berdebar-debar dengan keras.

Mereka pun berhasil keluar dari keramaian, namun Gun Wook tidak melepaskan genggaman tangannya. Yo Won diam-diam menatap Gun Wook dari samping.

Terbersit dalam benaknya tatapan Gun Wook padanya saat berada di laboratorium kemarin.

“aku…” suara Gun Wook bergema dalam pikirannya. “menyukaimu..”

“tidak…tidak mungkin..” batin Yo Won.

Tiba-tiba dua orang siswi berseragam SMA berdiri di depan mereka. “selamat datang pasangan yang berbahagia..” Mereka mengepang dua rambut mereka dan menambahkan pita pink di kedua kepangan rambut mereka.
Gun Wook dan Yo Won pun menghentikan langkahnya.

“kami dari klub kesenian SMA Yangjae membuat gelang pasangan dan kami ingin kedua kakak ini menjadi pasangan yang langgeng dan berbahagia dengan mengenakan gelang buatan kami..” ujar siswi yang berdiri di sebelah kanan. Sedangkan temannya yang lain  sudah menyediakan dua gelang anyaman tali berwarna merah dengan bandul kecil berbentuk hati dan hendak memasangkannya ke lengan kanan Yo Won.

Yo Won pun menarik tangannya dari genggaman Gun Wook “ma..maaf tapi kami…”

“tolong kami kak…kami menjual ini untuk kegiatan akhir tahun ajaran klub kami…” siswi yang berdiri di depan Gun Wook memohon sambil mengatupkan kedua tangannya di depan dada.

Gun Wook pun tersenyum ia merogoh dompetnya dari saku celana trainingnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang Won  “baiklah kalau begitu aku beli sepasang..kembaliannya ambilah untuk kalian…semoga kegiatan klub kalian lancar…”

“wah..terima kasih banyak..” kedua mahasiswi itu  pun membungkukkan badannya dalam-dalam.  Tanpa sungkan mereka pun segera memasangkan gelang itu di tangan kanan Gun Wook dan tangan kiri Yo Won.

“kami sudah membawa gelang ini ke kuil untuk didoakan…kata pendetanya, beliau sudah mendoakan agar pasangan yang memakai gelang ini bisa langgeng, murah rezeki, dan dilancarkan dalam menghadapi masalah hidupnya..”

Gun Wook hanya tersenyum lebar mendengarnya “ kalau begitu kami pergi dulu..”

“iya..hati-hati di jalan ya kakak…” ujar kedua siswi itu kompak.

Gun Wook dan Yo Won pun kembali berjalan namun terpisah meskipun berdekatan. Yo Won masih menatap gelang yang dikenakan tangan kirinya.

“maafkan aku karena telah membuatmu memakai gelang itu..kau bisa melepasanya padaku jika tidak menyukainya..” kata Gun Wook.

“ah…tidak..bukan begitu..aku pun ikut senang jika mereka bisa terbantu dengan kau membeli gelang ini…kita pun waktu SMA dulu juga pernah mengalaminya bukan?…aku dan teman-teman menjual es limun waktu itu…” jawab Yo Won.
Gun Wook pun tertawa “benarkah?aku tak bisa membayangkan Wakil Direktur berjualan es limun..”

“kalau kau bagaimana?” tanya Yo Won.

“hmm..kalau waktu itu, aku dan teman-teman membuka usaha cuci mobil di tempat bengkel milik ayah temanku..jadi setiap ada pelanggan bengkel datang, aku dan teman-teman segera menawarkan cuci mobil…awalnya karena masih baru, kami meninggalkan sisa busa sabun dibagian bawah mobil..untung saja pemilik mobil itu tidak marah besar pada kami…”

Yo Won pun tertawa mendengarnya. Mereka terus berjalan sampai akhirnya tiba di sebuah jembatan dekat pintu keluar.
Gun Wook mengangkat lengan kanannya, menatap gelang itu dengan seksama. “kuharap apa yang dikatakan kedua anak tadi tentang gelang ini benar mengenai pasangan yang mengenakan gelang ini..”

“eh..” Yo Won yang berjalan di depan pun berhenti dan menoleh ke belakang.

“aku berharap agar perasaanku bisa diterima..” Gun Wook menatap Yo Won yang berdiri di depannya.
Gun Wook berjalan mendekat.

“tatapannya sama seperti kemarin…” batin Yo Won. Ia hanya berdiri tak bergerak sama seperti kemarin. Hanya saja kali ini tidak ada pegangan yang bisa ia cengkram.

 Gun Wook sekarang sudah berdiri di hadapan Yo Won “tidak peduli apakah ini lancang…”  

 “aku tak ingin tanganku kau lepaskan…” Ia menarik kedua tangan Yo Won, menggenggamnya dengan erat dan menatapnya.    “aku mencintaimu Lee Yo Won”


- 08:56 AM, Seongwon Apartement, Yongsan-gu, Seoul-
“sraat…sraat..” Yuri menggeser halaman-halaman resep masakan yang tampil di layar tabbynya.

“hmmm…mungkin Dak Galbi bisa untuk makan malam nanti..” gumam Yuri sambil membaca resep Dak Galbi yang muncul di layar tabbynya.

“piip..piip..” sebuah ponsel berwarna hitam berbunyi di atas meja.  “ada sms untuk Hyun?apakah dari editor?” pikir Yuri. Ia pun mengambil ponsel itu.

“dari kak Siwon?” gumam Yuri begitu melihat siapa pengirim sms itu.

“BLAAM” terdengar suara pintu ditutup. Soo Hyun berjalan keluar kamar dengan wajah seperti orang baru bangun dari tidur panjang. 

“ah Hyun..kak Siwon mengirim sms untukmu?mau aku bacakan?” tanya Yuri.

“biar aku saja yang membacanya..” jawab Soo Hyun sambil mengusap rambutnya yang berantakan. Ia mengambil ponselnya dari tangan Yuri dan alih-alih duduk di sofa bersama Yuri, ia memilih duduk di kursi meja makan. Soo Hyun pun segera membuka sms itu dan membacanya.

“Soo Hyun, apa kau sudah sampai di Seoul?kita harus bicara mengenai masalah kemarin..temui aku saat makan siang nanti..” Alih-alih membalasnya, Soo Hyun segera menghapus sms itu dan meletakkan ponselnya di atas meja.

Yuri berjalan menghampiri meja makan mengambil sebuah cangkir dan dan teko. “kak Siwon sms tentang apa?”  Ia menuangkan teh dari teko itu dan meletakkannya di hadapan Soo Hyun.

“bukan apa-apa…hanya menanyakan apakah sudah sampai apa belum..” jawab Soo Hyun.

Yuri berdiri di belakang Soo Hyun dan menyandarkan kepala Soo Hyun ke perutnya, memberinya pijatan ringan pada kedua bahunya “kau sudah merasa baikan?”

Soo Hyun tersenyum memegang erat tangan Yuri yang merangkul dadanya “sangat lebih baik..hanya saja aku masih mengantuk..”

Yuri pun tersenyum lebar “mandilah..aku akan menyiapkan kopi dan sarapan untukmu..”

“ya…” jawab Soo Hyun.

 - 09:35 AM Kediaman Keluarga Lee, Seocho-gu, Seoul-
Gun Wook sekarang sudah berdiri di hadapan Yo Won “tidak peduli apakah ini lancang…”  

 “aku tak ingin tanganku kau lepaskan…” Ia menarik kedua tangan Yo Won, menggenggamnya dengan erat dan menatapnya.    “aku mencintaimu Lee Yo Won”

 “nonaa..” terdengar suara dari belakang Yo Won. Yo Won pun segera menarik tangannya dari Gun Wook dan menoleh. “bibi?”

So Hwa pun berlari menghampiri nonanya itu . Memberi hormat kepadanya dan juga kepada Gun Wook.

“saya dan supir Jo sudah mencari nona kemana-mana untung saja nona ada di sini..nona harus segera pulang…”

“maafkan aku bi, ponselku tertinggal di kamar, apakah terjadi sesuatu di rumah?” tanya Yo Won. Kepanikan dan khawatir mulai menyelimuti wajahnya,

“Tuan ingin mengajak nona untuk berlibur di villa bersama Tuan Ahn dan keluarganya…dan Tuan ingin berangkat sekarang..” jawab So Hwa.

“baiklah kalau begitu aku pulang sekarang..aku akan mengambil sepedaku dulu..” kata Yo Won.

“sepeda nona sudah dibawa, jadi nona bisa pulang naik mobil..” ujar Soo Hwa.

“begitukah?baiklah..” jawab Yo Won. Ia pun menoleh ke belakang dimana Gun Wook masih berdiri di sana menatapnya. Tatapannya nampak teduh namun menghanyutkan Yo Won yang menatapnya. Kedua matanya seakan-akan tidak menginginkan dia pergi. Tak ingin melepaskannya.

“maaf aku harus kembali sekarang Shim Gun Wook-ssi..” entah mengapa Yo Won merasa berat untuk mengatakan ini, meskipun di sisi lain ia merasa lega karena debaran jantungnya kembali normal begitu So Hwa mendatanginya. Gun Wook hanya menjawabnya dengan senyum kemudian membungkukkan badan sebagai tanda hormat.

Yo Won duduk termenung di depan meja riasnya “tidak peduli apakah ini lancang..aku tak ingin tanganku kau lepaskan…aku mencintaimu Lee Yo Won..” Entah mengapa begitu mengingat hal itu hatinya merasa sangat hangat, namun di sisi lain hatinya juga berkata bahwa Gun Wook belum mengetahui segala sesuatu tentang dirinya dan begitu juga Yo Won yang belum mengenal Gun Wook lebih jauh. Dan lebih dari itu semua, ia juga tidak yakin dengan perasaannya sendiri. Ia memang merasa nyaman bersamanya namun ia juga belum siap untuk membuka perasaannya lagi.  Ia pernah membuka hatinya sekali untuk seseorang, namun itu semua berakhir dengan buruk, oleh karena itu ia merasa ia belum siap untuk membukanya sekali lagi.

 “tok..tok..” suara ketukan pintu membangunkan Yo Won dari pergulatan hatinya. “nona, apakah nona sudah siap?”

“ah iya..sudah..” jawab Yo Won.

-  09:40 AM, Geumcheon-gu, Seoul -
“ckiit..sraak…” Gun Wook menarik kedua tuas rem sepedanya sehingga sepedanya berhenti melaju tepat didekat seberang halaman parkir sebuah gedung apartemen dimana mobilnya terparkir. Ia membuka kacamata hitamnya dan menatap lurus mobil sedan hitam yang berhenti di dekat parkiran sebuah apartemen, di dalam mobil itu nampak seorang pria sedang diam mengamati pintu masuk apartemen. Suara tawa tertahan pun terdengar dari balik masker hitam yang dikenakannya.

“dasar bodoh..” 

- 11:38 AM Villa Keluarga Lee, Chuncheon-
Yo Won berdiri di beranda lantai kedua villa milik ayahnya yang besar dan luas. Pemandangan barisan pepohonan dan halaman rumput yang hijau  nan asri tidak mampu membuat pandangan kedua matanya teralih pada gelang merah yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

“rasanya sudah lama sekali kita tidak berkunjung ke sini..” ujar Tuan Lee yang berjalan mendekati putrinya sambil meregangkan badannya.

Yo Won yang berdiri di beranda pun tersenyum “ya ayah..”

Tuan Lee berdiri di samping putrinya, menatap halaman rumput hijau yang luas dengan pohon-pohon pinus dan cemara besar yang menjadi pagarnya. “ayah membangun tempat ini dengan tujuan agar ayah bisa menghabiskan hari libur ayah denganmu di sini..tapi sejak tempat ini selesai dibangun sampai sekarang, ayah baru bisa mengajakmu lima kali ke sini…”
Yo Won pun menoleh menatap ayahnya yang berdiri di sisinya “ayah… “

“ayah ingin sekali bisa menghabiskan hari tua ayah di sini…” ujar Tuan Lee.

“tap..tap” So Hwa berjalan menghampiri mereka berdua dan memberi hormat. “Tuan..Tuan Ahn dan keluarganya sudah datang…”

“antarkan mereka ke sini..kami akan makan siang bersama di sini…” jawab Tuan Lee.




5 komentar:

  1. yahh.. Si sohwa ganggu deh, lg detik2 yg pting mlah dteng..
    Merusak suasana romantis LYW n SGW dh..
    Tp critanya te2p bgus,
    lanjutkan ya.:)

    BalasHapus
  2. Aaaaaaaaaa Gun Wook *teriak histeris*

    ini yg q tunggu... GW-YW so sweet.... Kalau q diposisi YW mungkin q Langsung bilang 'Q jg mencintaimu' trus pingsan... XD apa malah udh pingsan duluan.... Wkwkwkwk
    kata pengantar GW wkt menytakn cinta tu daleeeem bgt...

    Tp Q msh Ragu, GW bnr2 cinta ke YW pa cuma rekayasa,... ??
    Selalu Q tunggu chptr slanjtnya miya ;D
    Hwaiting....

    BalasHapus
  3. waaaah udh rame aja nih hhw..oh ya sebelomnya mohon maaf lahir batin dulu nih..Selamat Idul Fitri yaa bagi teman" yang merayakan...maafin admin beserta author lain kalo ada salah kata n perbuatan hhe...

    @anonim: iya nih...hhw...entah kenapa pas gy nulis scene itu nongol mukanya sohwa dalem pikiran hhw...makasih yaa :D

    @fal kng: wkwkwkwkwk...kocak bayanginnya kalo gitu...dalem satu tarikan napas bilang aku mencintaimu trus gabruk hhw...siip sedang dalem proses pengerjaan mudah"an rabu depan udh bisa publish hhe ^^

    BalasHapus
  4. teman" pembaca sekalian aku sebelumnya mau minta maaf kalau ternyata posting THW chapter 18 tertunda..mungkin hari kamis atau jumat baru bisa diposting..maaf ya *bow deeply

    BalasHapus
  5. mana lanjutanya????????

    BalasHapus