Pages


Rabu, 17 Agustus 2011

The Hidden Wounds Chapter 16: Another Surprise


genre: angst,romance, mystery 

Starring:
-  Kim Nam Gil as Shim Gun Wook
- Lee Yo Won as herself
- Seo Young Hee as Sohwa (Yo Won’s Nanny)
- Lee Moon Shik As Uncle Min (Driver Jo Min Shik)
- Ahn Seong Gi as Lee Seong Gi 
- Chung Jung Myung as Hong Gi Hoon
- Jung So Min as Hong Mo Ne
- Kim Hye Ok as Madam Hong 
- Choi Il Hwa as Hong Myung Hwan
- Ham Eunjung (T-ara) as Shin Yuri
- Kim Soo Hyun as Choi Soo Hyun
- Jo Hyun Jae as dr. Ahn Jong Geun

Special Appearance:
Choi Siwon as Choi Siwon
Destira Andari Fikri as Park Daejia
Yuli Kusumaning Diah as Choi Yoo Hee

I didn't own the characters. It's just a fanfiction :)
**********************************************************************************

-12:35 PM, Seoul-
“kau terlihat menawan dan elegan dalam gaun coklat  Lee Yo Won-ssi…” senyuman dan tatapan Gun Wook terngiang dalam benak Yo Won.

“Yo Won, sampai kapan kau akan mengaduk spaghettimu?” tanya ayahnya yang daritadi memeperhatikannya.

Yo Won pun tersadar dari lamunannya dan berhenti mengaduk spaghettinya “ah..maaf..”

Tuan Lee meletakkan sendok makannya dan fokus kepada putrinya itu “apa ada masalah yang kau pikirkan?sejak di mobil ayah perhatikan kau terus melamun…”

“ah bukan apa-apa ayah..aku hanya masih memikirkan taman di atas laboratorium tadi…aku jadi berpikiri bagaiman kalau gedung kantor juga dibuat seperti itu…tapi tidak perlu dirombak semua cukup ditambah penghijauannya saja…dan mungkin kita juga bisa menambah fasilitas pembangkit listrik tenaga matahari..” jawab Yo Won. Ia menatap wajah ayahnya berharap ayahnya percaya padanya.

Tuan Lee pun tersenyum dan kembali mengambil sendoknya. “kau ini seharusnya kau bilang pada ayah kalau kau menginginkannya, ayah bisa meminta aristek gedung kita untuk memenuhi keinginanmu…”  

“ini baru rencana saja ayah..lagipula Tae Wang sekarang sedang mempersiapkan banyak event dan program kerja…jadi aku tak ingin mengganggu rencana kerja yang sudah ditetapkan direksi…” jawab Yo Won.
Mendengar pemikiran putrinya, Tuan Lee hanya bisa menghela napas  tersenyum “nanti kita pikirkan bersama…”

-12:36 PM, Siheun-
“slurp..” Gun Wook melahap ramennya dengan lahap. Selain semangkuk ramen, tersaji di hadapannya tempura dan sekaleng minuman soda.

“hei hyung..bagaimana dengan penawaran harga atas asset dan saham yang kutawarkan?apa kau tidak tertarik?” terdengar suara pria dari balik sekat tempat dimana Gun Wook duduk. Restoran Jepang tempatnya makan siang sekarang terdiri dari bilik-bilik yang dipisahkan oleh sekat-sekat dimana para pengunjungnya duduk di atas tatami untuk menikmati hidangan.

“kau gila??harga yang kau tawarkan itu terlalu murah, seharusnya harganya jauh lebih tinggi…” terdengar suara pria yang lain dengan nada kesal.

“braak..” terdengar suara gelas diletakkan dengan kasar dan suara orang bangun dari tempat duduknya. “aku sudah selesai…kau yang bayar bonnya…” kata pria itu sambil mendengus.

Gun Wook mengambil mapnya dan minuman kalengnya kemudian segera bangun dari duduknya dan berjalan ke luar biliknya.

“hah..silahkan kau cari investor yang mau memberikan harga seperti yang kau mau..harga yang kuberikan itu sudah yang tertinggi…” sahut lawan bicara pria itu yang ikut kesal.

“pokoknya aku tak akan menjual sampai kau memberikan harga yang bagus…” ujar pria yang tadi duduk di bilik sebelah Gun Wook sambil berjalan menoleh ke belakang.

“bruuk…klaang” pria itu menabrak Gun Wook begitu menghadapkan badannya. Map di tangan Gun Wook pun terlepas dan beberapa berkasnya jatuh berserakan di lantai. Baik jas maupun berkas-berkas itu basah karena tumpahan soda.

“m..maafkan aku…” ujar pria itu begitu melihat Gun Wook yang sedang memeriksa jasnya yang basah. Ia pun segera
berlutut ikut membantu Gun Wook memungut berkas-berkasnya yang jatuh. Sambil mengumpulkan berkas, pria itu tak sengaja membaca beberapa berkas yang dipegangnya. Deretan angka dan simbol mata uang tertulis di kertas-kertas serta secarik formulir untuk investasi dana di sebuah bank.

“maafkan aku…” ujar pria itu seraya membungkukkan badan dan menyerahkan berkas-berkas itu kepada Gun Wook.

“tidak masalah…” jawab Gun Wook seraya mengibaskan jasnya yang basah.

“astaga jas tuan basah…” pria itu menarik jas Gun Wook dari tangan pemiliknya dan memeriksanya. “saya akan membawanya ke binatu…”

“ta..tapi saya masih punya jas cadangan…” Gun Wook berusaha mengambil kembali jasnya.

“begini saja…saya akan membawa jas ini ke binatu dan mengantarkannya ke kantor Tuan…ini kartu nama saya….” pria  itu dengan tergesa-gesa membuka dompetnya dan mengeluarkan selembar kartu nama.

“perkenalkan saya Kim San Joong…” pria itu memperkenalkan dirinya sambil menyerahkan kartu namanya kepada Gun Wook.

“Direktur Suwei Investment company…apakah anda pemiliknya” Gun Wook membaca kartu nama itu dengan seksama.

“iya..tepat sekali Tuan…maaf bolehkah saya meminta kartu nama Tuan?” tanya Kim San Joong.

“tentu…” jawab Gun Wook. Ia mengambil dompet dari saku belakang celananya dan mengeluarkan selembar kartu nama dari dompetnya itu lalu memberikannya kepada pria yang baru dikenalnya itu.

Kim San Joong segera membaca kartu nama itu dengan seksama dan kedua matanya nampak berbinar begitu melihat jabatan yang tertera di bawah nama Gun Wook “ah rupanya anda seroang pengusaha di Amerika…senang bertemu dengan Anda, Tuan Shim Gun Wook…maaf atas kejadian yang tidak menyenangkan ini…”

Senyum tipis terbentuk di wajah Gun Wook “tidak apa-apa…”

-01:15 PM Tae Wang Emporium Tower, Seoul- 
“silahkan duduk Tuan…sebentar lagi manager akan datang menemui Tuan di sini…” salah seorang karyawan wanita mempersilahkan Choi Siwon masuk ke dalam ruangan.

“terima kasih..” jawa Siwon sambil memandang ke sekeliling ruangan. Selain benda pajangan dan lukisan, hanya ada dirinya dan sebuah meja berbentuk oval yang besar beserta kursi-kursinya “ini kah perusahan tempat kekasih Soo Hyun bekerja?” pikirnya begitu duduk.

“braak…” pintu ruangan dibuka. Beberapa pria berjas hitam dan abu-abu berjalan masuk. Siwon pun segera bangun dari duduknya dan memberi salam.

“selamat datang di Taewang Petroleum Corp. Choi Siwon-ssi…” ujar pria berjas abu-abu yang berdiri berhadapan dengan Siwon. “saya Park Cheol Yeong marketing manager di sini..”

“braak..” pintu pun terbuka lagi. Semua pria berjas itu memberi hormat kepada orang yang baru saja masuk itu. “Wakil Direktur Lee…”

Yo Won tersenyum “maaf atas keterlambatanku…” Ia pun menatap  Siwon yang berdiri di dekat Manager Park. Si Won pun membungkukkan badannya memperkenalkan diri “perkenalkan nama saya Choi Siwon…”

Yo Won pun ikut membungkukkan badannya “suatu kehormatan tersendiri bagi saya bisa bertemu dengan pembalap nasional yang sudah membawa nama Repubik Korea ke kancah internasional…”

Kemudian mereka pun duduk di kursi mereka masing. Manager Park menyerahkan sebuah map hitam kepada Siwon. “Tae Wang Petroleum Corp. ingin mengontrak anda untuk menjadi brand ambassador kami dan sekaligus menjadi sponsor anda pada kompetisi F1 tahun ini…”

Siwon yang mendengar hal itu pun tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Ia sudah menduga mungkin dirinya akan diminta untuk menjadi brand ambassador, tapi jika Tae Wang menawarkan sponsorship untuk dirinya, itu benar-benar kejutan.

Yo Won ikut angkat bicara. “setelah sekian lama Tae Wang Petroleum Corp. menarik dari dari kegiatan sponsorship seperti ini karena fokus kami pada dunia pendidikan dan pengembagan ilmu pengetahuan dan kesehatan, akhirnya kami kembali pada kegiatan sponsorship…dan kami yakin bahwa keputusan mendukung karir seorang pembalap nasional seperti anda adalah keputusan yang tepat…”

“wow..bagi saya sendiri ini suatu kehormatan mendapatkan kesempatan seperti ini,mendapatkan sponsor sebesar ini..” Siwon mengekpresikan keterkejutannya.  “tapi mungkin saya tidak bisa menandatanganinya sekarang…karena tentu saja kontrak ini harus saya pelajari terlebih dahulu..”

“tentu saja Choi Siwon-ssi..kami akan menunggu keputusan anda, namun saya harap anda tidak membutuhkan waktu lama untuk itu…” ujar Manager Park.

Siwon pun mengangguk “3 hari lagi saya akan menghubungi Anda…bagaimana?”

Yo Won mengangguk setuju “baiklah kami akan menunggu..”

Siwon dan Yo Won pun bangun dari duduknya dan saling berjabat tangan “terima kasih atas kesempatan yang diberikan Wakil Direktur Lee..tentu saya akan mempertimbangkannya..”

“terima kasih Cho Siwon-ssi...saya akan menungguk keputusan terbaik dari Anda..” ujar Yo Won.

Kemudian Siwon di antar oleh asisten Manager Park menuju lift terdekat dari ruangan. Meninggalkan Yo Won dan Manager Park berdua di ruangan.

“Wakil Direktur, sepertinya pihak San Hao Group juga tertarik pada Choi Siwon-ssi…apakah saya harus menghubungi pembalap lainnya?kita bisa menghubungi pembalap top lain ah atau  Park Seunghyun…seharusnya ia yang menjadi juara GP2 tahun lalu jika saja mesin mobilnya tidak mengalami kerusakan…” usul Manager Park.

Yo Won pun menggelengkan kepalanya “kurasa lebih baik kita lebih fokus untuk membantu atlet berprestasi dari cabang lain atau pembangunan fasilitas olahraga lainnya…”

Wajah Manager Park nampak agak kecewa begitu mendengar jawaban Yo Won “saya mengerti Wakil Direktur, hanya saja saya mengkhawatirkan pamor San Hao Group yang semakin hari semakin menanjak...saya tahu ini tugas saya sebagai marketing manager untuk menjaga pamor perusahaan, oleh karena itu saya dan tim ingin memanfaatkan momentum terpilihnya Republik Korea menjadi tuan rumah F1 dan masuknya pembalap nasional dalam ajang F1 ini untuk pertama kalinya…akan tetapi sepertinya Direktur dan Wakil Direktur kurang berkenan dengan usul ini…”

“bukannya kurang berkenan..hanya saja kita harus memilih dengan tepat siapa yang akan menjadi brand ambassador Tae Wang…tentu akan terdengar aneh jika memilih pembalap asing sebagai brand ambassador dan mengenai  Park Seunghyun, aku sudah membaca profil dan berita mengenai dirinya…aku tidak yakin ia bisa membawa image perusahaan ini dengan profil dan berita seperti itu… ” jawab Yo Won.

“maafkan saya Wakil Direktur, saya seharusnya  mempelajari profil  Park Seunghyun terlebih dahulu…” Manager Park membungkukkan badannya.

Yo Won tersenyum mengangguk  “oh ya Manager Park mengenai pelaksanaan eksibisi apakah Manager Park memegang perencanannya?”

“mohon maaf Wakil Direktur, saya tidak memegang perencanaannya..saya hanya menjadi pengawas di sini..tapi saya bisa memanggil Kang Min Ho-ssi untuk membawa perencanaannya kepada Wakil Direktur…” jawab Manager Park

“apakah rencana itu sudah disetujui oleh Direktur?” tanya Yo Won.

Manager Park mengangguk “sudah Wakil Direktur…”

Yo Won pun mengangguk-anggukan kepalanya “baiklah kalau begitu aku akan kembali ke ruanganku…selamat siang Manager Park”

Manager Park  pun membungkukkan badan memberi hormat sampai Yo Won keluar dari ruangan.

-01:16 PM Tae Wang Petroleum Corp. Research & Development  Laboratory, Siheung-
“tok..tok..” terdengar suara pintu ruangan Kepala Divisi Riset dan Penelitian diketuk.

“masuk..” jawab Dr.Uhm yang sedang menatap dengan serius layar komputernya.

“blaam..” sambil membawa map di tangannya, Gun Wook berjalan masuk dan memberi hormat kepada Dr. Uhm.

“saya ingin meminta izin membawa beberapa sample hasil lab ke kantor pusat…” Gun Wook menyerahkan map yang dipegangnya kepada Dr. Uhm.

“kau duduk dulu…aku masih harus menyelesaikan ini sebentar…” jawab Dr. Uhm yang masih fokus pada komputernya.

Gun Wook pun duduk di hadapan Dr. Uhm. Ia menatap meja Dr. Uhm, melihat beberapa pigura foto tertata dengan rapi
di meja. Foto Dr.Uhm dengan anggota timnya baik di depan kantor maupun di sebuah restoran. Semua foto itu nampak baru namun ada satu foto yang menarik perhatian Gun Wook. Sebuah foto yang nampak kusam, namun tersimpan rapi dalam pigura. Sebuah foto lama dua baris orang pria dan wanita bersama tersenyum. Di atas mereka terpasang spanduk

“peletakkan batu pertama Kantor Pusat Tae Wang Petroleum Corp. 11 Januari 1982”

Gun Wook mengamati foto itu dari barisan belakang, tak ada yang dikenalnya. Kedua matanyapun beranjak ke barisan depan, dari ujung kiri ke kanan. Ia mengenali Dr. Uhm dengan rambut hitamnya yang agak tebal, duduk di sebelah pria berkacamata yang tidak ia kenal. Di sebelah pria berkacamata itu, ia melihat Tuan Lee yang masih muda tersenyum duduk dengan tangan kanannya sedang berpegangan pada gagang sekop yang menancap di tanah. Namun begitu Gun Wook melihat siapa yang duduk di sisi kiri dan dirangkul Tuan Lee, jantungnya berdegup keras saking terkejutnya.

“i..ini ayah?” bisik Gun Wook.

“ctaak…” Dr. Uhm menekan tombol enternya dengan penuh semangat kemudian mengalihkan pandangannya pada Gun Wook yang sedang melihat foto-foto miliknya.

“ah jangan bilang kau terkejut melihat rambutku yang tebal di situ…itu asli lho..” ujar Dr. Uhm.

Gun Wook pun segera menyembunyikan raut keterkejutan di wajahnya “Doktor…ini foto Direktur dengan siapa?”

Dr. Uhm mengambil pigura foto itu kemudian menunjukkannya kepada Gun Wook dengan telunjuk kanannya “oh ini foto saat gedung kantor pusat yang baru di Seoul dibangun…mereka semua adalah generasi pertama Tae Wang...yang di baris paling belakang adalah karyawan yang bekerja di lab dan kantor pusat pertama…dan di barisan pertama adalah para manager atau yang saat itu lebih dikenal dengan panggilan kepala bagian…saat itu aku masih asisten Kepala Bagian Riset dan Penelitian…dan yang disebelah kanan Direktur adalah dr. Ahn Jae Hwan, ia adalah teman dekat Direktur di Seoul, ia selalu memantau kesehatan pekerja di sela-sela praktiknya…”

“lalu siapa pria ini?tampaknya ia akrab sekali dengan Direktur…” tanya Gun Wook.

“ia adalah Kepala Bagian Riset dan Penelitian saat itu, Dr. Kim Jeong Hoon sekaligus sahabat Direktur Lee sejak kuliah di Amerika Serikat…bisa dikatakan Tae Wang Petroleum Corp. lahir dari tangan kedua beliau ini…Direktur Lee bekerja di lapangan sekaligus memimpin perusahaan, sementara Dr. Kim Jeong Hoon yang bergerak di belakang layar melakukan riset.. oli dan bahan bakar minyak generasi pertama yang dproduksi Tae Wang adalah salah satu dari hasil penelitiannya…jika tertarik, kau bisa melihat beberapa hasil penelitian dan karya tulisnya di sini..brilian namun rendah hati..” ujar Dr. Uhm sambil menatap foto itu dengan tatapan rindu.

“lalu dimana Dr. Kim sekarang?saya tak pernah melihatnya di sini?apakah ia sudah pensiun?” Gun Wook ingin tahu apa yang didengar Dr. Uhm mengenai kejadian yang menimpa ayahnya

“tidak lama setelah foto ini, Dr.Kim mendapatkan undangan untuk bekerja di IEA..kau tahu kan Badan Energi Dunia…tentu saja itu suatu kehormatan untuk bisa bekerja di sana…Direktur Lee pun mendorong agar Dr. Kim menerima panggilan itu.. Dr. Kim pun akhirnya pergi…Ia ditempatkan di laboratorium IEA Swiss…beberapa tahun sekali ia datang berkunjung ke sini…tahun 1992 beliau memutuskan untuk pindah kembali ke sini, sebuah malapetaka terjadi…di saat bencana Cheonan terjadi, Dr. Kim beserta keluarganya terbunuh dalam peristiwa perampokan…kami semua pun terpukul mendengar berita ini…tanpa Dr. Kim Jeong Hoon tidak mungkin aku bisa duduk di sini sekarang, ia sudah seperti kakak dan mentor bagi karyawan waktu itu di sini..”

Gun Wook hanya terdiam saja mendengar setiap perkataan Dr. Uhm. “tidak mungkin..tidak mungkin…” batinnya.

“baiklah…ini sudah kutandatangan…minta pihak storage yang mengemasnya untukmu…” ujar Dr. Uhm  sambil menyerahkan map yang baru saja ditandatanganinya tadi.

Gun Wook pun tersadar dari lamunannya “ba..baik Doktor..terima kasih..” Ia pun beranjak dari kursi dan memberi hormat
kepada Dr. Uhm sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan ruangan itu.

“tidak..tidak mungkin…” gumam Gun Wook sambil berjalan. Ia berjalan menuju lorong yang sepi dan berhenti untuk menyadarkan dirinya di balik pilar.

“tidak mungkin…ayah adalah pendiri perusahaan ini…”

-02:35 PM Tae Wang Emporium Tower, Seoul-
“PING” Yo Won dan Yuri berjalan berdampingan keluar dari lift. “tolong hubungi GM Jun dan Manager Produksi untuk menghadapku sekarang…aku ingin memastikan tidak ada lagi penyelundupan minyak terjadi..aku akan melakukan pemeriksaan silang dengan laporan yang kuterima dari masing-masing kantor cabang dan pelabuhan…”  ujar Yo Won yang berjalan sambil membaca berkas-berkas yang dipegangnya.

“baik Wakil Direktur…” Yuri segera memasukkan apa yang disampaikan Yo Won ke dalam tabbynya.

“selamat siang Wakil Direktur Lee…” terdengar suara seorang pria menyapanya.

Yo Won pun menoleh, menatap ke depan dimana Hong Gi Hoon sudah berdiri di depan pintu ruangan Direktur. Mereka berdua berjalan mndekat untuk bertemu.

“lama tidak berjumpa denganmu Wakil Direktur Lee…” ujar Gi Hoon.

“ya…” jawab Yo Won dengan penuh percaya diri. “apa yang sedang Wakil Direktur Hong lakukan di sini?”

“ah..aku hanya berkunjung…menemui beberapa anggota Direksi untuk mengetahui perkembangan perusahaan..” Gi Hoon pun berjalan maju dan mendekatkan wajahnya  ke telinga Yo Won “hampir separuh perusahaan ini adalah milikku...”

Yo Won hanya terdiam mendengarnya dengan tatapan lurus ke depan dan kedua tangan terkepal  gemetar.

Gi Hoon pun menarik wajahnya dan menatap Yo Won “kurasa tidak masalah bukan, aku berada di sini?”

“ya…” jawab Yo Won sambil menatap Gi Hoon dengan tatapan tegas.

Gi Hoon pun memamerkan senyumnya “tadinya aku ingin bertemu Direktur tapi sayangnya Direktur sedang keluar…tapi

ya sudahlah…” Ia melirik jam rolexnya “ah sayangnya aku tak bisa berlama-lama di sini…kalau begitu sampai bertemu kembali  Wakil Direktu Lee…sampaikan salamku untuk ayahmu…” Gi Hoon mengakhiri kalimatnya dengan sebuah senyum agak merendahkan. Ia pun berjalan meninggalkan Yo Won dan Yuri menuju lift.

“mengesalkan sekali orang itu..” komentar Yuri begitu selesai memberi hormat.

Yo Won berusaha tidak menggubris pernyataan Gi Hoon tadi dan berjalan menuju ruangannya lalu duduk di kursinya.

“apa Direktur Lee bilang beliau pergi kemana?”  tanya Yo Won.

“Direktur Lee hanya bilang beliau ingin menemui temannya..hanya itu..” jawab Yuri.

“oh mungkin dengan dr. Ahn..” pikir Yo Won. “kalau begitu sekarang panggilkan Manager Produksi dan GM Jun untuk ke sini…”

“baik..Wakil Direktur…” jawab Yuri.

-06:55 PM,Suwon-
“apa kau sudah di rumah?” Soo Hyun berdiri di beranda kamarnya sambil menelpon dengan ponselnya.

“ya baru saja selesai mandi…apa kau sudah sampai di sana?” tanya Yuri.

“ya..aku juga baru saja sampai…” jawab Soo Hyun. “kau sudah makan?”

“belum…hari ini aku berniat memasak nasi tumis sayur daging…nasinya sudah jadi tapi sayurnya belum..” terdengar suara tawa kecil Yuri..kau sendiri?”

“kakak sedang menyiapkan makan malam bersama ibu…mungkin sebentar lagi siap..”

“kalau begitu selamat makan ya…aku titip salam untuk kak Yoo Hee, kak Siwon, kak Daejia, Paman dan juga Bibi..”
Soo Hyun tertawa kecil mendengarnya. “akan kusampaikan…”

“tin..tin..” terdengar suara klakson mobil di depan pagar rumah Soo Hyun.

“suara mobil siapa?” tanya Yuri.

Soo Hyun  berjalan menuju ujung beranda untuk melihatnya  “sepertinya kak Siwon..”

“Soo Hyun…tolong kau bantu kakakmu membuka pintu…” terdengar suara teriakan dari bawah.

“baik ayah…” jawab Soo Hyun sambil menjauhkan ponselnya dari telinganya.

“sepertinya kau dipanggil ya? nanti saja kita lanjutkan lagi…” kata Yuri.

“ya nanti malam aku akan menelponmu lagi..Yuri, I miss you..” jawab Soo Hyun
Terdengar suara tawa kecil Yuri “kau ini padahal tadi bilang tidak akan merindukanku dan bertaruh kalau aku yang akan merindukanmu duluan…”

Soo Hyun pun tersenyum lebar “lebih baik aku mengalah karena aku tahu kau akan berusaha mati-matian tidak mengucapkannya agar tidak kalah meskipun sebenarnya kau merindukanku duluan iya kan…”
Yuri pun tertawa mendengarnya “sudah nanti paman marah..bye bye..I miss you too Hyun..”

“bye..” jawab Soo Hyun. Ia mengakhiri percakapan di ponselnya dan berjalan menuju pintu kamarnya untuk keluar.

-06:55 PM Tae Wang Emporium Tower, Seoul-
“ponselku dimana ya?” pikir Yo Won sambil memeriksa rak-rak buku di ruangannya. Kemudian ia menuju mejanya dan memasukkan sederet angka dengan telepon.

“tut..tut..tut..” Yo Won melihat ke sekeliling berharap ada suara ponsel di sana. Tapi tak ada suara apa-apa.

“apa tertinggal di salah satu ruang rapat?” pikir Yo Won. Ia pun memutuskan untuk mencarinya ke luar ruangan.

“sraak..sraak..” Gun Wook membaca dengan cepat berkas-berkas penelitian yang tersimpan di ruang dokumen Divisi Riset dan Penelitian. Kertas-kertas yang dipegangnya sudah berwarna kecoklatan menandakan itu adalah berkas lama.

“ini benar-benar tanda tangan ayah…” gumam Gun Wook sambil meraba tanda tangan ayahnya. Air mata meleleh jatuh membasahi pipinya. Tidak terbayangkan olehnya ayahnya dibunuh oleh sahabat karibnya sendiri yang ia bantu. Dunia tidak mengetahui kebenaran mengenai kematian ayah dan ibunya.

“korban pembunuhan dan perampokan…hanya itu yang mereka tahu..”  pikir Gun Wook. Ia pun menghapus air matanya dan merapikan kembali berkas-berkas itu ke tempatnya semula. Kemudia berjalan menuju pintu untuk keluar.

“ada apa ini?” pikir Gun Wook begitu melihat beberapa cleaning service hilir mudik. Ia menghampiri salah satunya yang sedang memencet tombol angka telepon di salah satu meja staff.
Gun Wook menepuk bahu cleaning service itu “apa yang sedang kalian lakukan?”

“kami sedang ikut membantu Wakil Direktur mencari ponselnya…” jawab cleaning service itu.

“mencari ponsel Wakil Direktur?” tanya Gun Wook.

“ya..” jawab cleaning service itu.

“senior..di ruang Dewan Direksi tidak ada..” terdengar suara dari ujung lorong. “di ruang GM pun juga tidak ada..” terdengar suara yang lain.

“ya..coba kalian periksa di tempat lain..” sahut cleaning service yang berdiri di samping Gun Wook.
Gun Wook hanya berdiri terdiam mencoba mengingat sesuatu. “sepertinya aku tahu ada dimana..” gumamnya.

“berikan aku nomornya..aku akan ikut mencari..” kata Gun Wook pada cleaning service itu.

-07:15 PM Tae Wang Emporium Tower, Seoul-
“di sini juga tidak ada…” gumam Yo Won yang nampak kelelahan begitu selesai memeriksa rak-rak dokumen. Barang-barang yang selalu di tangannya saat di kantor adalah buku kecil, tempat alat tulis, dan ponselnya. Itu sudah menjadi kebiasaannya sejak ia bekerja dulu. Ponsel penting baginya selain untuk alat komunikasi, Ia meminta Yuri untuk mengirim update jadwalnya ke sana setiap hari. Ia pun berjalan keluar ruangan untuk mencarinya di ruangan yang lain. 

“Wakil Direktur..” dua orang cleaning service berlari ke arahnya.

“kami menemukannya…” ujar cleaning service itu. Salah satu dari mereka menyerahkan smartphone yang berwarna hitam itu kepada Yo Won. Kelelahan di wajah Yo Won nampak sirna sudah

“dimana kalian menemukannya?” tanya Yo Won.

“di ruangan tempat barang dan sample untuk eksibisi disimpan…” jawab cleaning service itu.

“di ruangan tempat barang dan sample?” Yo Won mencoba mengingat. Ia ingat sebelum ia kembali ke ruangannya untuk bersiap pulang, ia sempat berkunjung sebentar ke ruangan tempat barang dan sample itu karena ada beberapa alat peraga yang digunakan sudah datang dan ia ingin melihatnya. Di saat sedang mencoba alat-alat  itulah kemungkinan ponselnya terselip karena saat itu beberapa pekerja sedang memasukkan alat-alat yang lain juga.

“ah iya aku baru ingat aku sempat ke sana tadi…” kata Yo Won. “terima kasih semuanya…maaf sudah menyusahkan kalian..” Yo Won membungkukkan badannya sebagai tanda terima kasih.

“tapi Wakil Direktur bukan kami yang menemukannya…” jawab kedua cleaning service itu.

“lalu siapa?” tanya Yo Won.

“hei katanya kau tahu siapa orang itu..” cleaning service yang berdiri di kanan menyikut temannya yang di kiri.

“ya Wakil Direktur…ia karyawan baru yang ruangannya ada di seberang ruangan Nona Yuri..kalau tidak salah tadi di name tagnya tertulis Shim Gun Wook…”ujar cleaning service itu.

“Shim Gun Wook-ssi?” gumam Yo Won. Yo Won pun mencoba mengingat. Ia sedang memperhatikan alat peraga oli yang dituang ke dalam mesin yang terbuat dari Kristal. Saat ia sedang menoleh, sesaat ia memang melihat Shim Gun Wook sedang membantu pekerja yang membawa sample-sample dari laboratorium.  Tetapi hanya itu. Hanya sekali itu ia melihat Shim Gun Wook seruangan dengannya setelah kembali dari laboratorium.

“lalu dimana Shim Gun Wook-ssi sekarang?” tanya Yo Won.

“sepertinya sudah pulang, ia turun menuju lobby begitu menyerahkan ponsel ini kepada kami…” jawab cleaning service itu.

“baiklah..terima kasih karena kalian membantuku..maaf sudah merepotkan kalian…” ujar Yo Won sambil tersenyum.

-07:16 PM Suwon-
“tadi aku bertemu dengan Yuri di kantornya…kantornya benar-benar nyaman..” ujar Siwon sambil menarik kursi meja makan untuk ia duduk.

Soo Hyun pun tersenyum mendengarnya “ya Yuri sudah menceritakannya padaku…”

"Hei kak kau kan tidak boleh membawa yang berat-berat…” Soo Hyun segera bangun dari duduknya dan membantu kakaknya  yang sedang membawa sepanci sup. “kakak ipar bisa menembak kami jika terjadi apa-apa dengan kau dan bayimu…” canda Soo Hyun. Kakak tertuanya, Choi Yoo Hee pun tertawa mendegarnya. Daejia, kakak ipar Soo Hyun pun ikut bergabung di meja makan setelah selesai menyajikan hidangan lauk pauk di atas meja. 

“dimana ibu?” tanya Siwon pada istrinya yang duduk di sampingnya. “ibumu sedang di kamar..sebentar lagi pasti turun..” sahut Tuan Choi, ayah dari Yoo Hee, Siwon, dan Soo Hyun.

“lalu kakak akan menerima tawaran kontrak dari Tae Wang?” tanya Soo Hyun begitu duduk di samping kakaknya.

“ah kau ingin melapor pada kekasihmu ya mengenai keputusanku?mentang-mentang dia asissten Direktur..” ledek Siwon.

“bu..bukan begitu..Yuri tidak memintaku untuk itu…itu kemauanku sendiri…” jawab Soo Hyun.

“wajar kalau Soo Hyun ingin membantunya…mungkin kau bisa memintaku untuk membujuk suamiku untuk menandatanganinya hari ini..” sahut Daejia sambil tersenyum lebar pada suaminya.

Si Won mengangkat sebelah alisnya seakan-akan wajahnya mengatakan “apa kamu bisa?”. Yoo Hee dan Soo Hyun pun
tertawa melihatnya. Sementara Tuan Choi tersenyum melihat anak dan menantunya berkumpul bersama. Hanya kurang menantu laki-lakinya, Lee Han saja yang sedang ikut wajib militer di Namsan.

“hayo..hayo kalian tertawa tapi tidak mengajak ibu..” terdengar suara dari belakang Tuan Choi. Suara tawa pun mereda. “apa yang sedang kalian tertawakan?” tanya Nyonya Choi begitu duduk di samping suaminya.

“Siwon dan Daejia bu..”  jawab Yoo Hee.

“benarkah?memangnya mereka kenapa?” tanya Nyonya Choi.

“bukan apa-apa ibu, hanya lelucon pengantin baru…” jawab Siwon sambil menahan tawa.

“oh kukira kalian sedang membicarakan seseorang yang tidak ibu suka…baguslah kalau begitu..” kata Nyonya Choi sambil menyiapkan sumpit makannya.

Yoo Hee, Siwon, dan Daejia terdiam. Sementara Soo Hyun berpura-pura  tidak mendengar hal itu. Mereka tahu siapa yang dimaksud ibu.

“sudahlah mari kita makan…” ujar Tuan Choi sambil mengangkat mangkoknya, mencairkan suasana.

“iya..selamat makan semua…” sahut Yoo Hee. Ia segera mengambil mangkuk adik bungsunya untuk diisi dengan lauk dan sayur. “ini untukmu..” ujarnya sambil tersenyum. Senyum yang bermakna agar Soo Hyun tidak memmikirkan perkataan ibu tadi.

“ya..terima kasih kak..” jawab Soo Hyun begitu menerima mangkuknya.

- 07:38 PM  Seoul-
 “huuh..kenapa sms dan teleponku tidak dijawab..” Mo Ne menatap dengan kesal ponsel yang digenggamnya.

“Mo Ne tak bisakah kau simpan ponselmu itu..kita sedang makan malam sekarang…” Gi Hoon yang duduk di seberangnya menegurnya.

“itu bukan urusanmu..lagipula hidangan utama juga belum datang..” jawab Mo Ne.

Nyonya Hong hanya bisa menggelengkan kepala melihat pertengkaran kedua anaknya, dan menatap suaminya berharap suaminya memberi jawaban kenapa membiarkan Mo Ne menghubungi laki-laki itu. Tetapi Tuan Hong hanya diam saja.

- 07:40 PM, Seoul-
“vodka..” kata Gun Wook pada bartender yang meghampirinya. “tanpa campuran apa-apa Tuan?” tanya bartender itu.

“tidak..” jawab Gun Wook. Bartender pun segera menyediakan apa yang Gun Wook minta. Segelas Vodka dengan es batu di dalamnya.

“drrt…drrt…” ponsel di saku Gun Wook bergetar. Gun Wook merogoh sakunya dan mengambil ponselnya. Melihat siapa penelponnya, Gun Wook langsung mencabut baterai ponselnya dan meletakkannya begitu saja di atas meja. Ia pun segera meminum vodka pesanannya dalam sekali tegak dan memanggil bartender untuk meminta segelas lagi.
Dari jauh nampak seseorang berkemeja hitam mengawasi Gun Wook dari tempat duduknya. Ia mengeluarkan ponselnya dan menelpon “Tuan ia sedang berada di bar sekarang..sepertinya ia sedang kesal karena ia mencabut baterai ponselnya dan meletakkannya begitu saja…”

“bagus..awasi dia terus…terutama siapa yang mengadakan kontak dengannya…” jawab lawan bicara pria itu.
“ya Tuan…”  jawab pria berkemeja hitam itu.

-08:16 PM Suwon-
“aku suka foto yang ini…ini foto dimana?” tanya Siwon menunjuk layar kamera SLR yang dipegangnya.

“iya aku juga menyukainya…” jawab Yoo Hee yang duduk di samping adik pertamanya.

“oh itu sewaktu aku ke Gyeongju untuk meliput berita event Festival Gyeongju…” jawab Soo Hyun begitu melihat foto yang ditunjuk kakaknya.

“Siwon apakah cidera bahumu sudah membaik?apa tahun ini kau ikut membalap?” tanya Nyonya Choi begitu duduk di ruang keluarga.

“sudah membaik ibu..Dokter baru saja memeriksaku…sebelum sesi pertama dimulai aku pasti sudah siap…” jawab Siwon.

“Daejia…kalau kau tahu suamimu sakit tolong kau paksa dia agar ia tidak membalap dulu saat ini..ibu khawatir akan terjadi apa-apa dengannya..” kata Nyonya Choi pada menantunya yang duduk di seberangnya.

“baik ibu…” jawab Daejia.

“sebenarnya ibu ingin mengumumkan sesuatu kepada kalian sekarang…”  Siwon pun meletakkan kamera yang dipegangnya. Yoo Hee duduk di samping Daejia sementara Soo Hyun memilih untuk duduk sendiri.

“ibu..jangan kau paksakan keinginanmu..” Tuan Choi menarik tangan istrinya. Namun Nyonya Choi tidak peduli.

“ibu ingin Soo Hyun melanjutkan usaha ayah di sini…ibu ingin agar Soo Hyun meninggalkan pekerjaannya di Seoul dan tinggal di sini..” kata Nyonya Choi.

Terkecuali Tuan Choi, semua yang mendengarnya terkejut terutama Soo Hyun. “Ibu…apa maksud Ibu?aku kan sudah bilang jurnalistik adalah duniaku bu…aku tak ingin meninggalkannya…kak Siwon boleh membalap namun aku bekerja di Seoul tidak diizinkan..”

”Ibu tahu kau di sana tidak hanya sekedar bekerja..kau tinggal bersama wanita itu kan?” balas Nyonya Choi. “ibu tenanglah..bisa saja Nyonya Han salah melihat…” Tuan Choi berusaha menenangkan istrinya.

“ibu aku tidak pernah tinggal bersama Yuri…aku hanya mengantarnya pulang..wajar kalau aku mengantarnya pulang…kakak mengantar kak Daejia pulang saat mereka masih berpacaran dulu..” jawab Soo Hyun yang mulai emosi. Yoo Hee pun segera pindah untuk duduk di samping adik bungsunnya itu.

“tidak wajar!karena ibu tidak menyukainya…kau sudah banyak berubah Soo Hyun..kau menjadi pemberontak sekarang…putra ibu yang dulu penurut sekarang menjadi pemberontak…” bentak Nyonya Choi. “ibu ingin kau kembali sini dan tinggal di sini..masih banyak perempuan baik-baik dan penurut dengan latar belakang keluarga yang jelas yang lebih baik dari perempuan itu…”

“ibu!!” Soo Hyun pun bangun dari duduknya dan berjalan meninggalkan ruang keluarga.

“Soo Hyun..” panggil Yoo Hee.

“mau kemana kau?” seru Nyonya Choi.

“aku akan pulang ke Seoul malam ini…” jawab Soo Hyun sambil berjalan menuju tangga.

“kalau kau pergi ke sana…maka kau bukan anak ibu lagi!” teriak Nyonya Choi.

Langkah kaki Soo Hyun terhenti sesaat begitu mendengar perkataan itu. Namun ia kembali berjalan.

- 09:38 AM Kediaman Keluarga Hong, Gangnam-gu, Seoul-
“tak..tak..” Gi Hoon memasukkan beberap butir es batu ke dalam gelas dan menuangkan whisky ke dalal gelas itu lalu menyerahkannya kepada ayahnya.

“kau sudah menghubungi pembalap itu?” tanya Tuan Hong.

“sudah ayah…ia berjanji akan bertemu besok siang..aku yang akan menemuinya langsung…” jawab Hong Gi Hoon.

“kuharap kau bisa membawa hasil lebih baik meskipun kau tertinggal selangkah dari Tae Wang..” jawab Tuan Hong. Ia menegak whiskynya.

“ya ayah..” jawab Hong Gi Hoon.

- 09:55 PM Kediaman Keluarga Lee, Seocho-gu, Seoul-
“pip..” Yo Won sedang berbaring di atas tempat tidurnya sambil menatap ponselnya. Ia sedang menghapus sejumlah nomor telepon kantor yang menghubunginya tadi. Semuanya nomor kantor ia hapus menyisakan sebuah nomor ponsel yang ia tidak ketahui siapa pemiliknya.

“ini nomor siapa?” pikir Yo Won. “orang ini menelponku pukul 07:12 tadi..saat ponselku hilang, cleaning service mencarinya dengan telepon kantor..lalu ini nomor siapa?”

“ya Wakil Direktur…ia karyawan baru yang ruangannya ada di seberang ruangan Nona Yuri..kalau tidak salah tadi di name tagnya tertulis Shim Gun Wook…”terngiang dalam benak Yo Won perkataan cleaning service tadi.

“apakah ini nomor Shim Gun Wook-ssi?” pikir Yo Won. Ia pun langsung mengetikkan sms “Nona Yuri…apa kau tahu  ini nomor siapa?” ia memasukkan nama Shin Yuri di kotak send to dan mengirim sms itu.

“drrt…drrt..” ponsel Yo Won bergetar tak lama kemudian. Sebuah sms masuk. Yo Won pun segera membuka sms itu dan membacanya “bukankah ini nomor ponsel Wakil Direktur?Wakil Direktur menelponku menggunakan nomor ini saat Waki Direktur berada di kapal tanker waktu itu…”

“tunggu ponsel yang kugunakan di kapal tanker waktu itu bukan milikku..tetapi ponsel Shim Gun Wook…” gumam Yo Won.
Ia menatap nomor itu sejenak. “aku belum mengucapkan terima kasih padanya…”gumam Yo Won.
 Ia pun mengetik sms untuk nomor itu “terima kasih karena sudah menemukan ponselku, Shim Gun Wook-ssi. Lee Yo Won.”

Jarinya ingin menekan tombol send tetapi dalam benaknya terngiang kembali kejadian di laboratorium tadi. Kejadian yang membuat jantungnya berdebar-debar. Membuat jarinya meragu untuk menekan tombol send itu. Pikirannya memintanya untuk mengirim sms itu karena sudah seharusnya ia mengucapkan terima kasih, tetapi entah kenapa dirinya merasa malu untuk mengirim itu. Setelah perang antara etika dan perasaannya dimenangkan oleh etika. Ia pun menekan tombol send itu secepat kilat dan segera menaruh ponsel itu di atas meja kecil itu di samping tempat tidurnya, lalu menarik selimutnya untuk tidur. Mencoba memejamkan matanya sambil memegang dadanya yang berdebar keras.

3 komentar:

  1. Kereeen :D

    Sepertinya virus cinta Gun Wook sudah masuk ke Hati Yo Won. . . . Haha
    Lucu bgt tIngkah YW. . .
    Semangat Miya untk membwt chaptr selanjtnya. . . :D

    BalasHapus
  2. Ku mo tanya, itu yg fanfic bideok "raining", kok blum ada kelanjutannya ya?? padahal itu dah di posting cukup lama.. Kenapa?? padahal lagi seru2nya nie, penasaran bangettt...

    BalasHapus
  3. @fal kng: hhw yah begitulah kalo udah berdebar" yo won yang biasanya keliatan dewasa bisa konyol juga :D

    BalasHapus